10

1.5K 159 20
                                    

Hari ini hari minggu. Ulangan akhir semester sebentar lagi.

Tidak terasa, sebentar lagi Biru akan menjadi siswa kelas sebelas. Hampir setahun Biru menjadi siswa SMA.

Rasanya masa SMAnya benar-benar indah. Teman yang baik, sekolah yang menyenangkan walaupun kadang Biru harus mengeluh karena lelah dengan jadwal yang padat, dan pacar yang baik.

Kehidupan SMAnya sunggu seperti yang dia bayangkan dulu. Ekspetasinya sama dengan realita yang dia jalani sekarang.

Kembali dengan fakta hari ini adalah hari minggu. Yang berarti, seminggu lagi ulangan akhir semester akan dilaksanakan.

Dan Biru masih harus berurusan dengan guru matematikanya. Karena di ulangan terakhir, nilainya sangat jatuh. Dengan fakta nilai Biru yang hanya mendapat empat puluh dalam ulangan harian terakhirnya, membuat Kelana geleng-geleng kepala.

Dijadwalkannya oleh Kelana hari minggu ini Biru harus belajar di rumah Kelana. Yang artinya harus merelakan jadwal movie marathonnya dibatalkan.

Dengan setengah hati senang karena akan bertemu Kelana dan setengah hati kesal karena harus bertemu matematika yang memusingkan, Biru tetap berangkat menuju rumah Kelana.

Suasana rumah Kelana masih sama dengan suasana saat Biru datang ke rumahnya saat itu.

Bahkan, penempatan barangnya pun masih sama. Seperti tidak pernah ada makhluk yang hidup dalam rumah ini. Berbeda sekali dengan rumah Biru, walaupun Ibunya sudah beres-beres rumah setiap hari, tetapi tetap saja setiap Biru pulang sekolah, rumahnya kembali berantakan lagi.

"Salamualaikum, Kelana," kata Biru mengetok pintu rumah Kelana.

Pintu terbuka, kemudian muncul lah sosok seorang perempuan paruh baya. Yang Biru tebak adalah Ibunya Kelana.

Perempuan itu menatap Biru kaget. Walaupun secara bahasa tubuh tidak terlihat, tetapi dari sorot matanya dapat Biru rasakan perempuan itu kaget dengan kehadiran Biru.

"Permisi Tante, Kelananya ada?" tanya Biru sesopan mungkin.

"Kamu teman Kelana?" tanya perempuan itu tidak yakin.

"Iya tante," Biru menjadi salah tingkah ditanya seperti itu.

"Oh iya, tunggu sebentar. Saya panggilkan ya." kemudian perempuan itu pergi membiarkan Biru yang masih berdiri di depan pintu.

Yah gak disuruh masuk apa? kata Biru kecewa di dalam hati.

Kemudian muncul lah sosok Kelana dengan celana dan baju santai khas di rumah, sengan rambut yang masih basah. Terlihat sekali Kelana baru saja sehabis mandi.

"Masuk Bi, maaf ya Ibu ku gak nyuruh kamu masuk. Ibu mungkin heran soalnya belum pernah ada temanku satupun yang pernah ku ajak kerumah," kata Kelana berjalan menuju lantai dua yang terus diikuti oleh Biru.

Kemudian Kelana berhenti di depan sebuah kamar dan mempersilahkan Biru masuk.

Biru menatap Kelana ragu. "Ibumu gak papa aku masuk kamarmu? Maksudnya ini kan kamar cowok, terus aku cewek jadi kan takutnya.. ibumu mikir kenapa gitu."

Kelana tertawa mendengar kata-kata Biru. "Gak papa Bi santai aja, kamar ibuku di depan kamar ku kok nanti pintunya dibuka juga. Kalo di ruang tamu belajarnya Ibuku pasti nguping. Kitanya gak bisa belajar sambil pacaran dong," kata Kelana menggoda Biru.

Kemudian Biru hanya tersenyum dengan pipinya yang bersemu merah.

Kelana, Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang