12

1.1K 106 11
                                    


Akhir-akhir ini Kelana sibuk sekali. Dengan kelasnya yang sekarang yaitu IPA 1 yang mengharuskannya belajar lebih giat lagi. Apalagi ditambah dengan teman sebangku seperti Angga yang benar-benar tidak mau membantunya sama sekali, membuat Kelana harus belajar seorang diri jika tidak ingin tertinggal dengan teman-temannya yang lain.

Sore itu, setelah selesai dengan kegiatan ekskul elektronya Kelana berencana pulang. Namun saat dia melewati taman milik sekolahnya yangsaat itu sepi, terdengar suara isak tangis milik seorang perempuan. Karena rasa penasaran, dicarinya sosok perempuan itu.

Di bangku sana. Duduk Kirana seorang diri dengan air mata mengalir dari kedua matanya. Dengan rasa iba Kelana memutuskan menghampiri Kirana.

"Na, ini pake..." disodorkannya sebuah sapu tangan ke arah Kirana.

Kirana yang kaget atas kedatangan Kelana, buru-buru menghapus air matanya.

Tetapi Kelana tetap menyodorkan sapu tangannya dan tersenyum. "Ini pake aja dulu Na, gakpapa."

Kirana menerima sapu tangan itu dengan ragu. Kemudian digunakannya untuk menghapus sisa air matanya.

"Kiran, mau cerita kenapa nangis?" kata Kelana menawarkan diri.

Kirana menatap Kelana ragu. "Janji gak di jadikan bahan gosip ya?"

Kelana tertawa kecil. "Enggak lah Na. Kamu kira aku suka gosip?"

Kirana sedikit tersenyum mendengar tawa Kelana. "Jadi gak papa kalo aku cerita?"

"Gak papa, kalo itu bikin seorang Kirana lega," kata Kelana tulus ingin mendengarkan.

"Jadi aku... aku gatau... aku gamau pulang Na... rumah... rumah... terasa mengerikan buat aku." Kirana mengatakan terbata disela tangisnya.

Kelana memegang bahu Kirana dengan lembut. Mencoba member ketenangan. " Kalo gak kuat dilanjutin gak papa kok Na. apa kamu mau aku belikan minum dulu?" tanya Kelana.

"Boleh minum Na," kata Karina merasa malu. Pasalnya dirinya juga merasa haus setelah menangis.

Lima menit kemudian Kelana kembali dengan sebotol teh kemasan, kemudian menyodorkannya kearah Kirana. "makasih Na, aku ngerepotin kamu banget ya." kata Kirana tidak enak.

"Santai aja Na. itu gunanya teman kan?" kata Kelana tulus tersenyum.

"sudah agak baikan kan sekarang?" tanya Kelana setelah meliat Kirana tidak menangis lagi.

"Iya Na, makasih ya." Karina mengucapkannya dengan sangat tulus.

"jadi kamu mau pulang sekarang?" tanya Kelana setelah menyadari hari semakin sore dan sepertinya sekolah sudah hampir ditutup.

"Eh... aku gamau pulang kesana Na, aku takut..." kata Kirana dengan suaranya yang gemetar.

Kelana berpikir sejenak. Dirinya tentu tidak tega jika membiarkan Kirana sendirian di sini. Apalagi Kirana seorang perempuan. Dapat Kelana bayangkan betapa membahayakan jika Karina sendirian di sekitar sekolahnya.

"kamu gak pulang kerumah saudara atau teman Na?" tanya Kelana.

"aku gak punya temen atau saudara Na." kata Kirana menatap sendu kearah Kelana.

Kelana tau, Kirana mungkin ingin ikut dirinya pulang ke rumah. Tetapi Kelana merasa rumah adalah tempatnya yang sangat pribadi. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang boleh datang ke rumahnya.

Sepertinya Kirana dapat membaca kebimbangan Kelana, kemudian berkata." Udah gak papa aku disini aja bentar lagi juga pulang Na. Kamu mending pulang, ini udah mulai gelap," kata Karina tersenyum.

Kelana yang merasa tidak tega dengan Kirana akhirnya memutuskan membawa Kirana ke rumahnya. Karina awalnya menolak. Tetapi Kelana meyakinkannya bahwa hal itu tidak apa-apa.

Setibanya di rumah Kelana, hari sudah mulai gelap. Kirana dibiarkannya duduk diruang tamu rumah Kelana, sedangkan Kelana izin untuk mandi.

Sepeninggalnya Kelana, Kirana mencoba berkeliling melihat-lihat deretan piala dalam lemari kaca yang terlihat paling mencolok dalam ruangan ini. kemudian dirinya berjalan berkeliling hingga sampai di dinding yang diisi dengan berbagai figura foto. Beberapa foto bayi laki-laki mengisi dinding tersebut. Kemudian ada beberapa foto keluarga yang sepertinya diambil setahun sekali karena dilihatnya berbagai macam foto keluarga dengan bertambahnya umur anggotanya. Namun dalam satu foto yang sepertinya diambil tahun lalu, Karina merasa ganjil. Disana anggota keluarganya berkurang. Karena dari semua foto yang menampilkan laki-laki dewasa yang sepertinya Ayah Kelana, dan perempuan dewasa yang sepertinya Ibu Kelana, dan anak laki-laki sepertinya Kelana, dan satu orang perempuan yang sepertinya kakak Kelana. tetapi di foto terbaru mereka tidak ada perempuan itu.

Apa mungkin sudah meninggalkah? Pikir Kirana.

Tiba-tiba Kelana sudah ada di samping Kirana yang sedang berfikir keras. " kamu liatin apa Na?" tanya Kelana menatap Karina serius.

"Eh... enggak... enggak..." kata Karina tersenyum dan mengajak Kelana duduk kembali.

Selama di rumah Kelana, Kirana banyak bercerita tentang sekolahnya tentang prestasinya, tentang pelajaran apa yang dia suka, atau tentang makanan apa yang dia benci dan dia hindari.

Kirana merasa, Kelana adalah satu-satunya temannya yang terlihat tulus berteman dengannya. Berbeda dengan teman-temannya sebelumnya, jika Kirana berteman dengan perempuan, bisa Kirana pastikan mereka hanya ingin mendekatinya karena ingin mendapatkan contekan saat ada tugas dan ujian. Jika ada teman laki-laki mendekatinya, bisa dipastikan juga mereka hanya ingin mencoba mendekatinya untuk menjalin suatu hubungan.

Tetapi Kirana merasa, Kelana berbeda. Walaupun sepanjang tadi dirinya bercerita, Kelana hanya diam dan menanggapi ceritanya seperlunya. Kirana tetap dapat merasakan bahwa Kelana menyimak ceritanya dengan baik.

Setelah jam menunjukkan pukul sembilan malam danKirana melihat Kelana sudah mulai mengantuk, Kirana meminta izin untuk pamit pulang.

"Makasih untuk hari ini Kelana, kamu teman yang baik," kata Kirana tulus mengucapkan kata terimakasih pada Kelana.

"Iya sama-sama Na, senang ngebantu kamu kok." Kata Kelana tersenyum.

"eh... sapu tangannya, aku cuci dulu ya. hehehe..." kata Kirana saat ingin mengembalikan sapu tangan Kelana tetapi baru menyadari sapu tangan itu basah karena air matanya tadi.

"Iya terserah kamu aja." Jawab Kelana tersenyum.

Tiba-tiba di peluknya Kelana oleh Kirana dengan sangat cepat hingga Kelana belum sempat menghindar. Kelana membeku ditempat. Tubuhnya kaku. Dirinya sebisa mungkin menghindar jika di sentuh perempuan. Tetapi untuk pelukan itu, Kelana hanya bisa berdiam diri kaku.

"Sebagai ucapan terimakasih," kata Kirana berbisik di telinga Kelana.

Kemudian Kirana beranjak pergi. Meninggalkan Kelana yang masih membeku di tempatnya.

-----

Haiiii semuanyaaa tata comeback to wattpad yeyyyyyy!!! setelah sekian lama mencoba meditasi dan melawan rasa malas akhirnya bisa juga ngelanjutin kisah di dunia sini. Jujur aja kangen banget sama Kelana, tetapi beberapa waktu yang lalu semangat nulisku terganggu. aku gatau apa namanya, tapi kata temen-temen wattpadku sih aku dibilang writers's block. ada yang tau kah cara mengatasinya? kalo ada kasih tau aku ya hehe.  doakan ini lanjut secepatnya yaa huhuy.


Kelana, Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang