Aditum

89 10 1
                                    

Diego melihat ke kolong tempat tidur tetpat di mana Demi berada. Demi melihat Diego dengan tatapan tajam dan dia seperti siap untuk membunuh Diego kapan saja. Diego mengulurkan tangannya tapi yang terjadi Demi keluar dari dalam sana dan loncat ke tubuh Diego.

'Demetria!' Suara Sullivan dari speaker.

Diego merentangkan tangan kirinya ke arah kaca dua arah itu, meminta agar Sullivan tidak ikut campur. Demi melihat Diego dengan tatapan kosong dan mengancam.

"Aku melihatnya... Ini bukan hanya kau saja, kau mempunyai rekan di dalam tubuh kau ini bukankah begitu?" Gumam Diego melihat mata Demi yang masih menatapnya.

Demi tidak menjawab Diego, dia menyingkir dari atas tubuh Diego dan pergi ke sudut kamarnya. Dia mendekap paha dan lutunya ke dadanya dan menggerakan tubuhnya ke atas-ke bawah terus menerus.

Diego mendekati Demi perlahan dan melihat apa yang di lakukannya. Di depan tubuh wanita itu―tepatnya di lantai―terdapat tiga bangkai cicak, Diego duduk di sebelahnya dan melihat wajah Demi yang hanya tampak separuhnya saja.

"Untuk apa cicak ini?" Tanya Diego dan Demi melihat Diego dengan tatapan yang sama, tatapan kosong.

Demi melihat Diego dan langsung mengambil ketiga cicak itu. Dia menggenggam cicak itu layaknya permen dan tanpa di duga Demi memakai cicak itu dan mengunyah mahluk itu tanpa masalah.

Diego menarik nafas pendek dan menelan luduhnya seraya ia melihat Demi yang mengunyah kepala cicak itu, bercak darah di sekitar mulutnya dan tubuh cicak yang kini tanpa kepala tetap berada digemggaman tangan Demi.

"Kau orang itu, Diego." Ucap Demi dan Diego mengangguk.

"Dan kau Demetria, bukankah begitu?" Tanya Diego lalu ia mengeluarkan handphonenya. "Lihat, ini adalah kau. Kau adalah seorang penyanyi dan artis!"

Demi melihat foto dirinya di dalam handphone Diego, lalu melihat Diego kembali. Tangannya perlahan mengambil handphone tersebut dari tangan Diego. "Demet... argh!"

Diego menggeser tubuhnya dan melihat Demi yang tiba-tiba mengejang. Handphone dan cicak yang ada digenggaman tangan perempuan itu terjatuh ke lantai, tubuhnya kini terkapar di lantai dengan dada yang terangkat.

"Ross bukan hantu yang sembarang bukan?" Tanya Diego tapi Demi tidak peduli, tubuhnya kini menjadi kaku. Diego memegang tangan Demi dan seketika tubuh Demi kembali seperti semula. "Kau tidak apa-apa?"

"Siapa kau?!" Tanya Demi ketakutan dan perlahan menjauhi Diego.

"Aku Diego dan akan membatumu menghadapi roh bernama Ross, dia mengancammu bukan? Aku tau itu, karena setiap melihat fotomu aku bisa melihat dia ada di sana."

"Ross jahat. Membunuh-membunuh!"

Diego mengangguk mengerti. "Ya, aku tahu. Bisa kau beritahu siapa aku berbicara dan ada berapa banyak di tubuh perempuan ini?"

Demi mengangguk. "Tiga. Jotum, Ji'il dan Demetria."

"Aku berbicara dengan siapa?" Tanya Diego dan Demi tersenyum sembari menggerakan kepalanya.

"Jo....t...t...te...te...tum." Balas Demi dan dia berpindah ke atas kasurnya.

"Bisa aku berbicara dengan Demetria?" Tanya Diego dan Demi mengangguk serta menggeleng kepalanya.

"Kau berbicara padanya sekarang!!!" Seru Demetria dan ia tertawa dengan keras

Diego menarik nafasnya lalu berdiri. Dia berjalan ke kaca pengaman "Et adducam eum in domum suam." Ucap Diego dan dia melihat Demi yang kini sudah duduk di pinggir Kasur.

___________

Alunan musik country terdengar di mobil. Diego melihat Demi dengan bantuan kaca pengintip yang ada di atasnya. Perempuan itu menyenderkan kepalanya di jendela mobil dan menatap keluar. Mereka berdua sampai di sebuah rumah, rumah yang tidak mewah dan hanya di cat putih polos dengan bendera Amerika yang terikat di tiang kayu pendek.

Diego keluar dari mobilnya, dia membuka pintu bagian di mana Demi berada. Diego terdiam melihat Demi yang menatap ke atas atap rumah tersebut dengan tatapan kosong.

"Baiklah ini adalah rumah barumu, rumahku. Kau akan tinggal di sini sampai akhirnya kau bisa kembali ke rumahmu dan bernyanyi atau yang lainnya. Come on, kita lihat sekitar." Ucap Diego sembari merentangkan tangannya ke arah Demi.

"Ross, akan datang." Demi dengan nada lirih dan datar. "Kau tidak bisa melidungi tubuh ini. Darah dibalas darah." Lanjut perempuan itu.

"Demetria, Ross tidak akan membunuhmu karena aku sudah terbiasa membunuh hantu sekuat apapun mereka." Balas Diego dan Demi tampak tak peduli. Diego menggenggam tangan Demi. "Ayo kita lihat rumah barumu."

Diego menggenggam tangan perempuan itu. Diego membuka pintu rumahnya dan melihat Demi dengan ragu melangkahkan kaki dia. Diego tersnyum lalu melepas tangan Demi.

"Selamat datang di rumah barumu, Demetria. Kau lihat di sini ada dapur, di sini ada ruang tamu dan perapian. Kamarmu juga di atas, bersebelahan dengan kamarku." ucap Diego sembari melihat Demi.

Demi melihat Diego dengan tatapan datar. "Kau punya banyak tamu dan mereka ingin tinggal bersamaku."

Diego tersenyum lalu melihat keluar rumahnya. "Mereka tak bisa masuk ke rumahku dan tubuh kau. Jikapun mereka memaksa masuk, temanmu tak akan mengijinkan mereka." Diego menutup pintu utama dan lanjut berjalan menaiki tangga menuju kamar dia. "Baiklah ini tempat terakhir dalam tour rumah barumu. Kau bisa beristirahat."

"Kau tau jika ada yang lain selain kita bukan?" Balas Demi menatap pojok kamar barunya.

"Dia tak akan menyakitiku karena dia kepercayaanku―"

"Ross berada di sini, dia berput―"

            Diego dan Demi terlempar berlawanan arah, pintu kamar Demi tertutup begitu saja. Diego bangkit dan mencoba membuka pintu tersebut tetapi entah bagaimana caranya pintu tersebut terkunci. Diego menggedor-gedor pintu tersebut dan mendengar teriakan Demi bercampur dengan suara lelaki.

           "Shit!" Seru Diego dan dia mulai menendang pintu tersebut. "Bertahanlah!!! Come on!!!"

          Tendangan ketiga berhasil membuka pintu kamar Demi.
Demi berada di samping tempat tidurnya sembari bertekuk lutut dengan badan yang terangkat ke atas dan dua tangannya menjutai ke bawah.
Diego menggapai tangan Demi yang terdapat tato faith.

           "Go... away!!!" Seru Diego dan seketika menarik Demi. "Demi kau tak apa?!"

           Demi terbatuk beberapa saat dan melihat Diego. Perempuan itu menarik nafasnya dan segera menjauh, menuju pojok ruangan dan mendekap kedua kakinya. Diego melihat Demi sembari mengatur nafasnya lalu mengangguk. "Ku anggap itu sebagai ya. Baiklah, selamat malam Demi."

Possessed [lagi mau di edit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang