✖️Seventeen One Shots➕

✖️Hoshi x Rain.

Langit belum mau berkompromi denganku. Sudah satu jam bel pulang berbunyi, dan aku belum sampai rumah. Hampir seluruh siswa sudah pulang. Bersama teman, pasangan, jemputan, dll, dll, dll. Ah.

Aku berdiri di koridor memperhatikan langit yang menangis tak mau reda.

"Belum pulang?"

Aku berjingkat terkejut mendengar suara dari belakangku. "Ah, Hoshi, belum. Kau sendiri?"

Ia menyeringai lebar sambil menggaruk belakang kepalanya. "Hukumanku baru selesai." Matanya menghilang didalam senyumnya.

"Kau selalu membuat masalah," aku tak bisa menahan tawaku. "Apa salahnya membuat orang lain tertawa? Itukan baik." Bibirnya mengerucut tetapi terlihat lucu bersamaan.

"Tidak dengan menjadikan gurumu bahan lelucon," aku mengingatkan. "Itu yang terakhir," balasnya. "Mau melakukan hal seru?" tambahnya.

"Apa?"

Tiba-tiba ia menarik tanganku, menyeretku masuk kedalam guyuran hujan yang masih deras.

"Hoshi-ya!"

Aku berteriak tetapi tetap mengikuti derap langkah kakinya menjauh dari sekolah.
Aku hanya bisa tersenyum senang menghiraukan bajuku yang mulai kuyup oleh guyuran hujan.

*input backsound india*

Kami berlari-lari kecil menyusuri jalan menuju arah rumahku. "Sudah sampai," ia berkata.

"Mau mampir?" tawarku padanya. Aku hanya sekedar ingin meminjamkan ia handuk atau mungkin payung. Takut ia kedinginan bahkan sakit.

"Tidak, terimakasih," jawabnya.

"Yasudah, sampai jumpa." Aku membalikkan badanku hendak masuk ke dalam rumah. Aku merasa seseorang menarik tanganku, kali ini hanya untuk berhadapan dengannya.

Dengan satu sentakan, ia menangkupkan kedua tangannya di wajahku.

Menciumku tepat di bibir.

Aku bisa merasakan air hujan dan hangat bibirnya bersamaan. Butuh waktu 15 detik sampai ia melepaskanku lalu menghambur lari. "Sampai bertemu besok!" teriaknya sambil berlari. Ia berteriak dengan senyuman lebar, berlari menjauh sambil melambaikan tangannya.

Kini pipiku mulai terasa panas dan merah.

DASAR TEN TEN!!!!!!