Lima Belas

956 32 2
                                    

"Denger Rey, jadi gua mau jujur tentang perasaan gua selama ini. Mungkin ini terlalu cepat buat gua nyatain ini sebelum gua lulus entar." David memegang tangan Audrey, menatap mata Audrey lekat

"Gua suka sama lo, Audrey. Gua sayang sama lo. Mungkin gua punya 1 tantangan yang susah gua lawan tapi bisa gua taklukin, sepupu lo Rey. Yang gak pernah setuju sama kedekatan kita, kemesraan kita, tapi itu yang ngebuat gua jadi makin deket sama lo apalagi semenjak lo sama dia udah gak deket lagi dan ada si Rachel. Rey, would you be my girlfriend?" Dan kali ini David berlutut dibawahnya. *sumpah ini udah kayak drama aja ya*

Audrey masih terdiam. Bukannya dia tidak suka, tapi sebenarnya dia masih belum siap untuk membuka hati karena Audrey masih sayang dengan Alvin, sepupunya. Akankah ditolak? Atau diterima? Tapi sejujurnya Audrey benar benar merasa nyaman dengan David entah bagaimana-pun David yang selalu ada membantu Audrey, ada disaat Audrey butuh dan selalu peka dengan keadaan Audrey. 

"Hm, okay gua ngerti. Terlalu dadakan ya?"David berdiri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mungkin sekarang David berpikir bahwa Audrey akan menolaknya. David hanya menundukkan kepala kebawah.

"Kak?"Audrey menggigit bibirnya

"Kenapa Rey? Lo pasti mau bilang kan, kalau lo bakal nolak gue?"David menatap Audrey sendu

"B--bukan gitu kak, tapi aku masih belum siap buat pacaran"

"Sorry, mungkin lain waktu gue bakal nyatain perasaan gue yang versi seriusnya"David meninggalkan Audrey sendirian di lapangan basket. Entah menyesal atau bagaimana, saat ini Audrey benar benar menyesal dan menangisi apa yang telah dia katakan tadi. Apakah kata-katanya terlalu kasar? Terlalu nyakitin? Tapi gimana cara minta maafnya? 

"DIA ITU BULLSHIT. LO JANGAN PERCAYA!"Teriakan dari seseorang dibelakangnya. Audrey menoleh kearah suara tersebut. Alvin.

"Loh?! Alvin? Kok lo bisa ada--"

"Pinter bohong ye lu sekarang Rey"Senyuman seringainya membuatku terdiam. terbungkam.

"B--bukan gitu maksud gua, tapi..."Audrey mendesah berat. Mau alasan bagaimanapun seorang Alvin tidak akan percaya dan dia masih tetap menolak kedekatan Audrey dan David. 

"PULANG!!!"Teriak Alvin dari kejauhan, dan dengan langkah beratpun Audrey berjalan gontai menuju rumahnya.

Rasa bersalah masih menyelimuti pikiran Audrey, entah mengapa karena ia menolak tadi, ia takut hubungannya dan David akan berakhir sampai situ saja dan David akan menjauh. Audrey menyesal? sedikit, tapi semua sudah terjadi, ia tak tahu sampai kapan ia akan siap menerima seorang David. Masalah perasaan? Sebenarnya Audrey mulai menyukai David tapi tidak sepenuhnya, ia masih tetap menyayangi Alvin,sepupunya sendiri. Berbagai pertanyaan menyelimuti pikiran Audrey.

"Gua kan udah bilang ke lu, jangan pernah deket ataupun PACARAN sama anak XII IPS 1!!!"Alvin kembali menekankan kata PACARAN. tapi statusnya Audrey dan David belum sampai pacaran. Lebih tepatnya Audrey menolak perasaan David. 

"Gua gak pacaran! Jangan sok tau!!!"Audrey menghempas pintu kamarnya keras lalu menguncinya. Entah bagaimanapun, Audrey berhak menentukan siapa yang ia suka dan siapa yang ia cinta. Semua bukan tergantung dari Alvin yang jelas jelas statusnya hanya sebatas sepupu. 

"SEKALI LAGI GUA LIAT LU SAMA DAVID, GUA GAK SEGAN SEGAN BUAT NGEMBALIIN LU KE BANDUNG. INGAT ITU!"Air mata Audrey menetes. Baru kali ini ia melihat kemarahan dari seorang Alvin Aditya yang benar benar mencekal adanya hubungan Audrey dan David. Apakah ia salah untuk berteman? Apa masa lalu Alvin membuat ia menjauhi kelas xii ips 1 dari Audrey. Segitu beratkah masalahnya?

From : David Marvhino

'Lo kagak papa kan? Tadi gua denger teriakan si Alvin'


To : David Marvhino

'Gak papa kok ka, Alvin masih gak suka aja ngeliat kita deket'


From : David Marvhino

'Yaudah, jaga kesehatan lu ya. Kalau ada apa apa, jangan takut buat chat gue'


Audrey mengangguk tanpa membalas chat terakhir dari David. Airmatanya terus menetes antara menyesal karena menolak David atau sedikit kaget dengan bentakan Alvin, ia tak tahu. Audrey menjepit kepalanya di antara bantal dan menangis disana.Benar benar hari yang buruk.

Minggu pagi

Semua sudah melupakan masalah yang terjadi sekitar 3 hari yang lalu. Hubungan Alvin dan Audrey kembali membaik berkat Tante Deana. Alvin lah yang mengadu hubungannya yang renggang dengan Audrey, Alvin merasa ada yang kosong meskipun ada seorang Rachel, tapi posisi Rachel saat ini sangat sangat tidak mempengaruhi Alvin yang tetap mengharapkan kedekatannya dengan Audrey. Rachel sudah menjadi kekasih Alvin sejak 2 hari yang lalu, saat hubungan Audrey dan Alvin masih renggang dan mereka tidak berbicara satu sama lain. Alvin menyatakan cintanya pada Rachel disebuah taman yang dulu Audrey menolak cinta David.

Omong omong soal David, David sampai sekarang masih tetap menunggu waktu yang pas untuk menyatakan perasaannya lagi ke Audrey. Menyatakan untuk ke2 kalinya. Ia berharap kali kedua ini akan diterima. Try Out yang diadakan sekolah membuatnya semakin susah untuk freetime apalagi mengajak Audrey berjalan jalan seperti dulu. Makin kesini waktu semakin sempit untuk menyatakan semua itu, untuk bertemu Audrey saja susah. Kemaren, mama David sudah mendaftarkan David ke les design interior  karena tujuan David kedepannya adalah menjadi seorang Designer Interior .

"Makanan sudah siappp~~"Alvin membawa pancake nutella beserta kismis diatasnya ke meja makan. Disana sudah ada nyonya besar Audrey yang siap mencicipi hidangan Alvin yang pertama ini.

"Enak gak nih?"Tanya Audrey menyipitkan mata, tidak yakin dengan apa yang ia makan.

"Kaga bakal enak, sakit perut ntar lu kalau makan"Alvin menyilangkan tangannya didepan dada, kesal.

"Yaudah gua kagak bakal makan deh, mendingan beli ketoprak di luar"Audrey berdiri membawa handphonenya, tapi tangannya ditahan oleh Alvin.

"Eh pea, ketoprak kaga bakal ada pagi pagi. Udah lu makan makanan gua aja, dijamin lu mati"Alvin memegang bahu Audrey dan mendudukkannya di kursi makan lagi

"Kampret lu. Ada sianida kagak nih? Gua masih banyak dosa, belum siap mati"

"Makan aja, banyak tanya lu kayak dora"Alvin menjitak kepala Audrey. Audrey hanya bisa mempoutkan bibirnya, kesal.

"Enak kagak?"Tanya Alvin mendekatkan mukanya kedepan Audrey yang sedang asik makan

"Iya enak, gua habisin ya. Thanks banget Vin, lu emang yang terbaik"Audrey membawa piring yang berisi pancake itu ke dalam kamarnya

"Wah si upil kambing bawa bawa makanan gua aja, gua belum makan ini"Alvin berlari merebut kembali piring itu

"Woy!!Woy apaan nih main rebut aja, makan barengan bisa kali"Alvin mengambil kembali piringnya dan mendorong badan Audrey ke dalam kamar menggunakan kakinya.

Alvin pun memakan pancake yang ia buat dan menyisakan 1 bagian untuk Audrey. Kasian Audrey kagak makan, mending disisain meskipun sedikit lah, lagian Alvin juga yang beli bahannya, dia mah enak duduk di meja makan.

"Loh, kok disisain sedikit sih! Ihhhhh!!!"Audrey menjitak Alvin dan menjambak rambut Alvin. Sakit. Berasa rontok.

"Eh kampret jangan main jambak juga bisa-- woyy!!!"Alvin menggigit tangan Audrey bertepatan dengan seseorang memencet bel rumahnya. Mereka diam

"Bukain gih, rambut gua berantakan gini!"Alvin menyuruh Audrey dan merapikan kembali rambutnya

"Lu aja, baju gua kayak gembel gini"

Mereka pun saling suruh-suruhan dan berakhir Alvin yang mengalah membuka pintu

"Lu?! ngapain kesini.....?!" Alvin kaget dengan seseorang yang berada didepan pintu.

~~~~~~~~ To Be Continued

huft, akhirnya bisa nyelesein part ini juga setelah sebulan gak ada update dan gak ada ide satupun yang muncul di kepala. Disini bahasanya masih jelek banget huu, gk tau lagi soalnya. Maafin ya. Anw, don't forget to read, comment, and vote^^ thank you ^^


My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang