Dua Puluh

892 24 0
                                    

Setiap tatapan yang kau berikan

Setiap perlakuan yang kau perlihatkan

Setiap perhatian yang kau sampaikan

Apakah wajar seseorang seperti aku yang notabanenya adalah sepupu bisa menganggap lebih dari seorang keluarga?

Apakah wajar aku memiliki perasaan ini? Memendam perasaan ini?

Tolong beri aku alasan apa bila ini wajar.

Aku benar benar bingung akan perasaan ini.

Bisakah aku menghapus kata penghalang ini?

Bisakah aku menjadikan ini hanya sebuah mimpi?

Bisakah aku bangun dari tidurku yang indah ini?

Apabila aku diberikan kesempatan kedua kalinya untuk hidup, bisakah status kita bukan keluarga?

Seseorang datang kepadaku, tetapi aku tak tahu harus melakukan apa

Dia mencoba mengubah perasaanku padanya, tetapi aku tidak tahu mengapa itu sangat sulit untuk aku lakukan

-Audrey, November 2017

"Aku mau keluar dulu"Audrey membuka knop pintu tanpa menjawab pertanyaan dari Alvin. Berat rasanya untuk mengatakan itu. Bahkan memikirkannya saja sudah cukup berat.

Audrey melangkahkan kaki ke kolam renang yang berada di 2nd floor hotel tersebut. Mencoba memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan. Harus jujur karena memang jawabannya itu atau bohong karena tidak mau menerima konskuensi yang diterima. Konskuensi ada 2, yaitu Hubungan mereka tidak lagi seperti ini dan semakin banyak haters yang membenci seorang Audrey. Konskuensi yang sangat sangat berat dan apabila Audrey memilih jujur semua itu akan terjadi dan Audrey harus terima itu.

Audrey menutup mata dan mencoba membuang pikiran tentang pertanyaan itu. Itu hanyalah sebuah pertanyaan tetapi mengapa itu sangat penting untuk dijawab?

"Hey, lagi mikirin apa sih lu nyet!"Alvin menghampiriku, membuat pikiranku buyar seketika

"Enggak, gua cuma pengen refreshing aja, kan besok udah balik ke Jakarta. Gua masih mau nikmatin nih udara"

"Egeb, semua udara sama aja kali. Cuma kalau diJakarta udah bercampur dengan debu, kalau disini kan lu lagi di hotel, lepas dari polusi"Jelas Alvin.

"Eh, gua pengen nanya deh ke lu mbing"Alvin mendudukkan dirinya disampingku, kakinya juga ikut diturunkan ke kolam renang. Mukanya sangat sangat penasaran, dengan apa yang akan aku tanyakan.

"Apa yang bakal lu lakuin kalau lu berada di posisi yang bisa dibilang tengah tengah dan lu tinggal milih apa yang lu suka tapi lu bingung apa yang bisa ngebuat lu nyaman kedepannya?"

Mukanya menunjukkan sangat bingung. Ya ini pertanyaan rumit, tapi aku berada diposisi itu sekarang.

Dia memikirkan perkataanku. Dia diam.

Bahkan kali ini, wajah David muncul dikepalanya. Senyuman David yang selama ini terngiang dikepalanya.

"Rey!"Aku menoleh ke arah Alvin. Alvin tersenyum polos.

"Gua dapat jawabannya loh. Lu mau denger gak?"Raut wajahnya sangat serius sehingga aku yakin aku dapat semua jawaban dari yang aku rasakan selama ini.

"Apa?Apa?Apa?"Aku mulai penasaran.

Dia menahan tawanya, "Gua gak tau wkwkwkwkwk"

"ANJAY!!!!!!"teriakku sambil menyiram air ke Alvin.

"Tau ah, kesel gua vin"Aku meninggalkan dia pergi, menyiapkan pakaian yang akan aku pakai untuk entar malam. Last Dinner with my parents.

"Eh kebo, mau nemenin gua bentar gak? gua mau cari dress untuk oleh-oleh doi gua di Jakarta"Aku memberhentikan langkahku yang ingin masuk ke kamar mandi.

DOI? Ternyata ada yang lebih cepat dari aku yang bisa mendapatkan hati seorang Alvin. Ingin nangis tapi aku siapa? ingin tersenyum bahagia tapi rasanya sedikit perih. Ada apa dengan perasaanku ini?

Aku tersenyum seakan akan tidak terjadi apa-apa, "Oke, tapi entar beliin gua makan ya. Laper nyet"jawabku.

"Ntar malam juga kita makan kali sama orang tua lu. Lu makan mulu ah pikirannya. Gendut barutau rasa lu ntar"oceh Alvin.

"Bodo!"Jawabku cepat

Aku sudah mengganti bajuku dengan dress minimalis berwarna hitam polos. Terlihat elegan dan membentuk lekukan badanku. Aku mengabadikannya dengan selfie mirror. Ini bukan Audrey yang biasanya. Aku tersenyum sendiri disaat melihat diriku yang sangat sangat elegan malam ini. Aku memutar-mutar badanku didepan kaca tanpa memperdulikkan Alvin yang dibelakang sana sibuk memakai jas. Ini bukan dinner formal, tapi aku ingin mengabadikan momen ini dengan aku memakai gaun seperti ini.

"Eh, emangnya sempat mau beli dress buat DOI lu? Kayaknya enggak deh, mama udah nunggu jam 8"Aku memalingkan pandangan ke dia, sangat sangat sangat tampan dengan menggunakan jas dalaman kaos polos putih. Aku tercengang.

"Sempat. Yaudah cepetan makeup-annya biar sempat kita kesana"Aku mempercepat merias wajahku dengan beberapa riasan yang nude tetapi elegan sesuai dengan gaunku malam ini.

"Gila nyet, beda banget anjir. Kayak bukan Audrey yang biasanya udah kayak gembel pasar lu"Ini antara memuji/menghina. Sepertinya dua duanya. Endingnya pasti jelek.

"Tumben lu muji nyet wkwk. Yaudah yuk"Aku memakai Higheels yang memang sengaja kubawa. Aku juga merasa terpukau dengan penampilanku malam ini. Ya benar, ini seperti bukan diriku.

Ternyata alvin sudah memesan taksi disaat aku mandi tadi. Tujuan kita pertama bukan ke cafe yang sudah dibooking dengan orangtua ku tapi kita mampir sebentar ke sebuah toko baju perempuan yang bisa dibilang bagus semua untuk membeli dress untuk doinya itu. iya doi. doi yang tidak aku tahu siapa. Bahkan aku tidak pernah tahu kalau Alvin dekat dengan seseorang selama ini. Hanya bisa kupendam perasaan ini. Aku tahu diluar sana ada yang lebih pantas mendapatkan hatinya Alvin. Aku hanyalah sepupunya. Yang masih sedarah sama dia.

"Bantu gua cari dong nyet, eh kayaknya yang itu bagus deh"Dia menunjuk dress yang sangat bagus bahkan warna dan motifnya sama seperti favoritku. Apakah kami memiiki  selera yang sama?

"Nyet, cobain gih!"Alvin dengan santai menyuruhku mencoba dress simple selutut itu

"Loh kok gua?"

"Badannya itu mirip mirip lu lah, udah coba aja sono"

Aku masuk ke dalam ruang ganti, mengganti dress yang bagus ini. Aku keluar memperlihatkan ke Alvin

"Beautiful~"Puji mba mba tokonya

Diriku tersyipu malu. AHAHAH.

"Cantik anjir, parah lu"Puji Alvin juga dengan wajahnya yang tercengang.

"Udah ah, gua mau ganti lagi pake dress item tadi"Aku masuk ke dalam ruang ganti itu tadi lagi.

Aku mengembalikan dress yang bagus tadi ke mba mba tokonya.

"Eh, doi lu siapa sih? lu ko gak pernah cerita ke gua? jaat bener lu ah"Aku mencoba mencairkan suasana hatiku saat ini karena tadi mencoba dress yang seharusnya untuk doinya.

"doi gua itu......"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~next chapter~~~~~~~~~~~~~~~~

maaf banget ya baru bisa upload, dan maaf kalau gak sebanyak kayak biasanya. semoga suka sama chapter ini. Jangan lupa like, vote yak. Komen juga wkwk. Gak terasa udah mendekati ending. Endingnya bagus sad/happy ya?

My CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang