Terik matahari pada siang ini, mulai memanaskan bumi. Menjamahnya dengan teriknnya yang cukup membuat dahi mengernyit.
Kelas XI-IPS 3 baru saja selesai mata pelajaran Sosilogi, itu artinya jam pulang baru saja singgah di kelas tersebut. Steffi mengemas buku-buku pelajarannya dengan rapi, kemudian Ia masukan kedalam ransel birunya.
"Steff." panggil seseorang. Lebih tepatnya, teman sebangku Steffi.
"Kenapa?."
"Tadi ada yang nyariin lo."
"Hah? Siapa?." mata Steffi menyipit memandang Salsha.
"IQBAAL STEFF, IQBAAL!." Salsha seperti orang kesetanan saat menyebut nama Iqbaal. Ia juga mengguncang lengan Steffi cukup kuat.
Steffi mengerjapkan matanya dua kali, kemudian gadis itu menghentikan tingkah sahabatnya yang menurutnya terlalu berlebihan. "Iqbaal? Ngapain?."
Salsha maupun Steffi sama-sama bangkit dari tempat duduk mereka. Kedua gadis itu melangkahkan kakinya keluar kelas untuk pulang.
"Gue juga gak tau."
Steffi memutar kedua bola matanya. "Gimana sih, tadi lo bilang dia nyariin gue."
"Ya iya! Tapi pas gue bilang lo gak ada, dia langsung kabur gitu aja." jelas Salsha sambil membuka bungkusan lolipop yang kemarin Ia beli di minimarket bersama Steffi.
"Oh gitu."
Salsha mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban Steffi. "Gitu doang? Astaga! Steffi, lo itu di cariin sama cowok most wanted di Pertiwi! Tapi reaksi lo?." Salsha mencebik kesal saat melihat respon Steffi yang menurutnya datar-datar saja.
"Ya, terus gue harus apa? Histeris kaya lo gitu? Alay, Sal!."
Salsha hanya memutar kedua bola matanya kesal. "Okay, lupakan! By the way, lo masih kerja part time di resto deket sekolah?."
Steffi pun mengangguk setuju, namun pandangannya tertuju pada ponsel yang kini Ia genggam. "Kenapa gak berhenti kerja saja sih, Steff? Gak tega gue liat lo pulang malem terus, ditambah abang-abang yang suka godain lo tuh, yang mangkalnya di deket gang kos rumah lo."
"Ya mau gimana, Sal. Gak selamanya kan gue tergantung sama beasiswa gue disini? Kapanpun itu, beasiswa gue bisa aja selesai ataupun dicabut. Antisipasi!." jelas Steffi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Gampang! Tinggal terima usul nyokap gue aja."
Steffi mengeluarkan earphone dari dalam tasnya. "Enggak, Sal. Selagi gue bisa berusaha sendiri, gue gak akan terima tawaran nyokap lo. Kan gue udah bil---." ucapan Steffi terpotong saat tangan kiri Salsha terangakat.
"Fine! Selalu gue ingetin, kalau lo ada apa-apa dan butuh apapaun, kabarin gue. Okay?."
Steffi menarik sudut bibirnya membentuk senyum kecil. "Iya bawel!."
"Gue duluan yah! Udah di jemput Genta hehehe." Genta adalah kekasih Salsha sejak satu bulan lalu.
"Yaudah sana! Hati-hati lo."
Salsha langsung menganggukan kepalanya, dan berjalan mendahului Steffi. Kemudian, gadis berambut pirang itu berbalik lagi ke arah Steffi. "Entar lo jadi nginep di rumah gue kan?."
"Gak tau, nanti gue kab---." lagi-lagi ucapan Steffi terpotong saat Salsha lebih dahulu berucap.
"GUE JEMPUT NANTI! BYE, STEFF!." gadis berambut pirang itu pun berlari kecil keluar sekolah, usai berteriak pada Steffi.