"Steff, lo ada hubungan apa sama Iqbaal?" tanya Salsa dengan lolipop yang ia genggam di tangan kanannya.
Steffi menoleh sekilas ke arah Salsa, kemudian, gadis itu kembali membaca novel milik Salsa. "Nggak ada hubungan apa-apa, emang ada apaan?"
Salsa memutar kedua bola matanya malas, gadis bersuara nyaring itu menggeser posisinya untuk lebih dekat dengan Steffi di tempat tidur. Salsa sedang menginap di rumah kontrakan Steffi, karena kedua orang tuanya ada tugas keluar kota untuk satu minggu kedepan. Tadinya, Salsa meminta Steffi untuk menginap dirumahnya, namun Steffi menolak dengan alasan mager. Mau tidak mau Salsa yang mengalah, daripada Ia harus sendirian di rumah, hanya di temani dengan pambantunya saja. Itu tidak diinginkan oleh Salsa.
"Kan lo sendiri yang bilang, waktu itu Iqbaal jemput lo pulang kerja? Kode alam atau kode terang-terangan ya?" Salsa menaruh jari telunjuknya di dagu, seolah Ia berpikir mana yang lebih tepat atas ucapannya.
Steffi menutup novel itu dan beranjak dari tempat tidurnya, Ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih. Salsa yang melihatnya hanya melongo, sahabatnya itu memang terlalu tertutup soal hati dan perasaan.
Gadis yang gemar memakan lolipop langsung mengikuti Steffi ke arah dapur. "Steff! Jawab kali, Iqbaal suka kan sama lo?"
"Astaga Salsa! Gue nggak tau, kenapa nggak lo tanya aja sama orangnya?"
"What? Ya keles gue nanya langsung! Sinting lo ya?" Salsa melangkah menuju ruang tengah, bersama Steffi yang membawa dua gelas air putih.
Keduanya langsung duduk di lantai beralaskan karpet berbulu warna tosca. "Emang keliatan kalo Iqbaal naksir gue?"
"Ya enggak terlalu sih, tapi coba lo pikir, cowok mana yang mau-mau aja jemput cewek pulang kerja? Disitu keadaannya kalian belum terlalu deket?" Salsa menaikam satu alisnya.
"Iya juga sih,"
"Lo suka nggak sama Iqbaal?" tanya Salsa dengan kedua alisnya yang naik turun. "Nggak lah? Gila aja, gue bukan lo yang nggak bisa liat cowok ganteng dikit langsung demen." Steffi mencebikan bibirnya kepada Salsa.
Gadis berambut pirang itu justru tertawa, "Berarti lo ngakuin kalo Iqbaal emang ganteng,"
"Ya gue akuin, udah ah ngantuk!" Steffi langsung beranjak pergi ke kamarnya, diikuti Salsa sambil cekikikan di belakang Steffi.
***
Hari senin, adalah hari termalas untuk seluruh siswa yang akan melaksanakan upacara. Termasuk Steffi yang kini sedang berlari menuju lapangan untuk mengikuti kegiatan upacara. Akibat ponsel yang lowbat tadi malam, membuatnya terlambat untuk bangun pagi.
Gadis itu terus berlari sekuat tenaga saat Salsa memberitahunya bahwa upacara akan segera dimulai, napasnya semakin tidak beraturan akibat kelelahan dalam berlari. Steffi harus menaruh tas sekolahnya di lantai tiga, dan baru turun kebawah untuk upacara. Bisa dibayangkan, capeknya seperti apa.
Baru saja Steffi ingin menginjakan kakinya di lapangan, ada sebuah tangan yang menariknya lebih dulu. Steffi yang bingung, hanya bisa ikut melangkah bersama cowok yang sekarang menarik pergelangan tangannya entah kemana.
"Lepas! Gue mau upacara woy!" gadis itu terus memukul tangan seorang cowok dengan tenaga yang ia miliki saat ini. "Diem Steffi, gue nggak akan ngapa-ngapain lo." cowok itu terus menarik Steffi melangkah ke arah belakang sekolah.
"Iqbaal?" Steffi menghentikan langkahnya saat mendengar suara Iqbaal. Iqbaal yang menariknya untuk tidak mengikuti upacara.
Iqbaal terpaksa menghentikan langkahnya, karena Steffi berhenti tiba-tiba. Laki-laki itu menaikan satu alisnya saat menatap Steffi, "Temenin gue, gue males upacara!"