2. Sebuah Fakta

510 30 2
                                    

Deru napas masih terdengar disaat matahari mulai menampakan cahayanya. Iqbaal masih tertidur pulas dengan satu guling yang ada di dekapannya. Membuat perempuan manapun pasti akan ingin menjadi guling yang sekarang sedang di peluknya erat.

Alarm yang sedaritadi berbunyi, lebih memilih dimatikan. Cowok itu tertidur sangat pulas, layaknya orang tidak bernyawa.

"Baal, ayo bangun!! Udah jam berapa ini." suara ketukan pintu yang dahsyat, serta suara beriton seorang laki-laki mampu membuat Iqbaal membuka matanya perlahan.

Sejenak, cowok itu menatap langit-langit kamarnya untuk mengumpulkan separuh nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul. "Iya, Iqbaal udah bangun Yah."

Setelah ucapan Iqbaal, tidak ada lagi suara ketukan pintu dan suara bariton laki-laki seperti tadi.

Dengan malas, laki-laki yang bertubuh jangkung melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi. Dengan rambut yang masih terbilang acak-acakan. Meski begitu, kadar ketampanannya tidak luntur barang satu persen pun.

Hampir 30 menit di dalam kamar mandi, Iqbaal kini langsung melapisi tubuhnya dengan seragam sekolah miliknya. Tak lupa arloji hitam yang selalu melingkar di tangan kirinya. Diliriknya sekilas arloji tersebut, sudah menunjukan pukul 07:00, itu artinya 15 menit lagi bel masuk di sekolahnya akan berbunyi.

Bukan Iqbaal namanya jika memikirkan hal yang tidak terlalu penting dalam hidupnya.

Setelah semua terasa rapi, laki-laki itu langsung keluar kamarnya menuruni anak tangga hingga tiba di ruang makan. "Pagi Yah, Bun."

"Cepet sarapannya, nanti kamu telat." ujar Rike.

"Nanti keselek kalau makannya cepet-cepet. Dinikmati itu lebih enak Bun, apalagi masakan Bunda."

"Terserah apa kata kamu Baal."

***

Tiba di sekolah, Iqbaal langsung memarkirkan motornya di parkiran sekolah.

Pukul 07:45.

Iqbaal berjalan masuk kedalam sekolah dengan santai. Tak perduli berapa pasang mata kaum hawa yang memandangnya.

"IQBAAL!!!! KAPAN KAMU GAK PERNAH TELAT!!." suara Bu Kinar yang selalu melengking jika bertemu Iqbaal, langsung dibalas dengan senyuman manis dari Iqbaal.

"Kalau ibu udah gak janda lagi." jawabnya asal.

Bu Kinar langsung memberinya tatapan membunuh. "Puterin lapangan 25 kali!! SEKARANG!!!!."

"Siap sayang, ada lagi?."

"IQBAAL!!."

"Eehhh... Iya iya." cowok itu langsung berlari ke arah lapangan. Ranselnya di letakan di pinggir lapangan bersamaan dengan buku paket Biologi yang tadi dibawanya.

Meski bandel, Iqbaal selalu menjalani hukuman apapapun yang diberikan Bu Kinar, maupun guru lain yang menghukumnya. Saat ini, Iqbaal sudah mengelilingi lapangan 15 kali, itu artinya tinggal 10 kali lagi, hukumannya akan selesai.

Iqbaal terlihat menikmati hukumannya kali ini, ia merasa dirinya sedang olahraga di pagi hari -Jogging.

Saat putaran terakhir, matanya menatap satu objek yang kini sedang ada di depan mading sekolah.

Steffi.

Gadis itu membuat Iqbaal memandanganya hingga sekarang, bahkan tanpa sadar, Ia sudah lebih dari 25 kali mengelilingi lapangan. "Woyy, Baal! Lo lari gak selesai-selesai. Berapa kali emang?."

Ajari Aku CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang