8. Cemburu

240 17 4
                                    

Dua jam berlalu tapi Steffi masih berdiam diri di halte dekat sekolahnya. Hari ini dia libur bekerja. Tidak tahu tujuannya berdiam diri di halte untuk apa. Salsha sudah lebih dulu pulanh saat jam pulang sekolah tiba. Tadinya Steffi sempat diajak pulang oleh Salsha, tapi gadis itu menolak dengan alasan yang menurut Salsha tidak masuk akal: masih betah disekolah. Tapi Salsha hanya mengangguk--mengiyakan jawaban Steffi.

Beberapa hari ini Steffi dengan sadar menghindari Iqbaal. Dirinya juta tidak mengerti kenapa harus menghindar dari laki-laki yang mulai ia rindukan sejak ajang menghindari Iqbaal itu berlangsung. Mungkin alasan Steffi menghindar karena tidak sengaja Mendengar Iqbaal bicara pada Aldi, dan dengan gamblangnya Iqbaal mengatakan bahwa laki-laki itu tidak menyukai Steffi.

Ah, apa yang Steffi rasakan adalah sakit hati? Memangnya Steffi siapanya Iqbaal? Kok pake sakit hati segala?

Steffi mengusap wajahnya cukup kasar. Tidak seharusnya dia seperti ini. Benar, memang dia siapanya? Pacar saja bukan, apalagi mantan. Gebetan pun kayanya bukan. Steffi merasa hanya sebatas orang asing yang saat itu Iqbaal lihat, dan saat laki-laki itu baik-baik saja, Iqbaal melupakan segalanya.

Juga melupakan pelukan erat yang Iqbaal berikan malam itu di danau.

"Steff? Belum balik?"

"Belum No. Lo sendiri?"

Nino duduk disamping Steffi dengan raut wajah yang menurut Steffi sangat amat kusut. "Kenapa muka lo, No? Kusut amat."

"Galau Steff."

"Kenapa?"

"Cewek gue selingkuh."

"Keyra?"

Nino mengangguk.

"Kok bisa?"

"Bisa aja kalo ada kesempatan mah,"

Steffi hanya mengangguk sebagai jawabannya. Nino ini teman sekelasnya saat kelas 10 dulu. Lumayan dekat dengan Steffi, jarak rumah Nino dan kontrakan Steffi juga cukup dekat, kadanng Steffi suka nebeng sama Nino pulang pergi waktu kelas 10 dulu. Tapi, semenjak naik kelas Nino pindah rumah.

"Sabar No. Cewek masih banyak kok."

"Iya sih, lo kenapa belom balik?"

"Males pulang."

"Ye! Balik sana, piring numpuk juga."

Steffi memukul lengan Nino. "Sialan lo!"

Nino hanya terkekeh. Menurut Nino Steffi ini perempuan yang apa aja bisa dan apa aja punya. Tapi nggak banyak orang yang bisa memahami apa yang Nino maksud, kecuali Steffi sendiri. Karena Nino pernah menjelaskan maksud pemahamannya pada Steffi.

"Balik Steff, gue anterin."

**

Entah sudah berapa kali Aldi melihat Iqbaal mondar mandir tidak jelas dikamarnya. Untungnya Aldi sedang sehat, tapi lama kelamaan pusing juga ngeliat Iqbaal seperti setrikaan. "Baal! Diem nape, kaya cacing kepanasan lo!"

"Berisik, Di!"

"Idih! Ganggu sumpah!"

"Nggak suka cabut dari kamar gue!"

"Ngegas mulu lo anying!" Aldi melemparkan sebuah bantal ke arah Iqbaal.

Iqbaal menyingkir dan bantal itu berhasil jatuh ke lantai dengan sempurna tanpa meneyentuh Iqbaal.

"Makanya kalo suka ngomong! Gengsi lo piara! Kambing lo piara, biar beranak." Aldi masih terus mengoceh meski Iqbaal hanya menanggapinya dengan gumaman.

"Siapa yang suka sih,"

"Elo lah! Kalo gue sama temennya aja, pirang-pirang gemes gitu rambutnya."

"Hmm."

Buat Iqbaal sekarang, dicuekin Steffi bikin dia ngerasa nggak lengkap. Steffi seperti sudah menjadu candu untuknya. Bahkan, setelah mengenal gadis itu, dirinya sudah tidak terlalu memikirkan masalalunya.

Kalau saja waktu bisa diputar kembali, dirinya tidak akan asal bicara pada Aldi bahwa ia tidak menyukai Steffi. Padahal jelas, dalam hatinya berteriak tidak terima saat Iqbaal bicara begitu pada Aldi.

"Anjing! Nino nganterin Steffi balik! Mampus Baal, keduluan orang lo!" cerocos Aldi sembari menatap layar ponselnya.

Iqbaal yang sebelumnya berdiri di dekat jendela sambil mondar-mandir langsung terjun ke tenpat tidur memastikan ucapan Aldi. Iqbaal langsung meraih ponsel Aldi yang menampilkan Timeline path milik Aldi. Disana tertera nama Nino yang mengupload foto dirinya bersama Steffi.

Tanpa sadar Iqbaal membanting ponsel milik Aldi ke tempat tidurnya. Sedikit mendengus Iqbaal langsung memeluk guling yang ada disampingnya.

"Gercep juga si Nino, nggak nyangka gue." kata Aldi.

"Bacot!"

"Dih, cemburu."

"Hmm."

"Steffi bukan sejenis mantan lo. Steffi beda. Kenapa gue bisa bilang beda? Karena dari awal yang terkesan ngejar itu elo, bukan dia. Sementara barisan para mantan lo?"

"Iya Di, ceramah mulu lo!"

"Anying ya kamu!"

**





Sumpah ini pendek banget:( mau unpub tapi sayang. Nggak di unpub tapi terbengkalai;((((((

Ajari Aku CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang