Vote dan comment dongsssss, kali aja bisa rajin apdet akunya muehehehe😋
.
."Lo kenapa sama Iqbaal?" tanya Salsha saat perempuan itu berhasil mendaratkan bokongnya di kursi miliknya.
Steffi melirik sekilas ke arah Salsha, kemudian ia melanjutkan lagi bacaannya di halaman 112. Pagi ini Salsha sedikit merusak moodnya karena pertanyaannya yang sejak beberapa hari Steffi hindari. Tapi Salsha bukanlah orang yang mudah diam jika belum menemukan jawabannya.
Novel Longest Love Latter karya Arumi E, langsung dirampas oleh Salsha. Steffi yang kaget hanya bisa melebarkan kedua bola matanua tanda kesal.
"Ganggu lo!"
"Bodo amat! Lagian gue nanya di cuekin! Lo kenapa sama Iqbaal?"
Steffi memutar kedua bola matanya. "Kenapa apanya sih? Emangnya gue kenapa dan gue siapanya sampai lo harus nanya gue kenapa sama dia?"
Salsha mengernyit, "Ih? Kok galak?"
"Hmm."
"Astatang! Susah ya ngomong sama orang yang terlalu banyak memendam rindu."
"Berisik!"
Salsha hanya memberi Steffi cengiran kuda. Setelahnya novel yang semula ia tutup kini dibukanya kembali. Novel tersebut memang milik Salsha, Steffi meminjamnya beberapa hari yang lalu.
"Steff, kemarin lo balik sama Nino?" tanya Salsha.
"Iya."
"Tumben. Bareng gue aja nggak mau, sama orang lain mau."
"Baper banget sih, males gue jadinya."
"Dih, lo pms ya? Sensi banget."
"Bodo ah!" Steffi langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Juga meninggalkan Salsha yang mengerucutkan bibirnya dengan sebal karena ditinggal Steffi.
Kalau saja Steffi sedikit mau berbagi dengan Salsha, mungkin perempuan itu tidak akan galau seperti sekarang.
***
Iqbaal baru saja menutup pintu ruang guru dengan wajah masam. Ini kali kedua dirinya dipanggil karena ulahnya di minggu ini. Kalau sampai ketiga kalinya Iqbaal menghadap guru lagi, maka Surat Peringatan akan ia terima dengan segera.
Laki-laki itu berjalan melewati koridor sembari mengunyah permen karet yang ia beli di warung sebrang dekat sekolahnya. Sesekali rambutnya yang sudah mulai panjang ia sisir kebelakang dengan jari jarinya sebagai pengganti sisir sungguhan.
Perlahan, langkah yang semula dibuat stabil dengan Iqbaal, kini ia melangkah dengan sangat pelan karena melihat Steffi yang berjalan ke arahnya dalam keadaan menunduk. Degup jantung Iqbaal semakin tidak karuan saat dirinya hampir dekat dengan Steffi.
Sungguh, jika Iqbaal memang punya penyakit jantung, mungkin dia sudah pingsan sejak 30 detik yang lalu.
Iqbaal terus memperhatikan Steffi yang masih menundukan kepalanya. Perempuan itu masih sama. Masih membuat Iqbaal kangen terhadapnya.
Panggil, bego!
Jarak diantara keduanya semakin dekat, tapi Iqbaal masih mengunci mulutnya dengan rapat. Sampai si pemilik bulu mata lentik itu mengangkat wajahnya dan langsung melihat Iqbaal yang sedaritadi memperhatikannya.