Part 5

3.3K 280 28
                                    

[Naruto POV]
Gaara membantu membaringkan tubuhku di kasur. Aku memandangnya yang sedang meletakkan tasku di atas meja belajar. Setelahnya, dia menghampiriku dan duduk di pinggir kasurku. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Gaara padaku.

Dia semakin membuatku berfikir kalau dia malaikat pelindungku. Dia seperti ini tidak mungkin karena mencintaiku bukan? Aku harap tidak, karena aku tidak ingin membuatnya menunggu perasaanku pada Sasuke menghilang.

Aku tau menunggu itu bukan suatu yang mudah. Terlebih lagi kita tau ataupun dekat dengan orang yang di cintai oleh orang yang kita cintai.

Bisakah aku berharap suatu saat nanti Sasuke akan berlaku sama padaku seperti ini, seperti Gaara padaku? Kalau ya, aku bisa jika harus menunggu lebih lama lagi untuk itu. "Hey kucing mesum, kau melamun?" Gaara melambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku melamun? Bagaimana mungkin aku bisa lupa padanya kalau aku selalu melamunkannya seperti ini. "Maaf mengabaikanmu" ucapku menyesal.

"Tidak apa, bagaimana keadaanmu?" tanyanya lagi.

"Sudah lebih tenang" ucapku jujur.

"Sebentar, aku ambilkan minum dulu"

Gaara berdiri dan berjalan keluar kamarku. Aku menatap langit-langit kamarku. Aku berfikir kenapa bukan Gaara saja yang aku sukai? Kenapa harus teme? Walau Gaara tidak menyukaiku tapi itu lebih baik karena dia masih bisa bersikap baik padaku.

Aku memejamkan mataku mengingat kilasan tentang masa kecilku dengan Sasuke sebelum dia menyukai Menma, sebelum dia dekat dengan Menma.

Haruskah aku egois dengan perasaanku dan memaksanya menyukaiku? Tidak, walaupun aku bisa memilikinya tapi aku tidak akan bisa membuatnya bahagia dengan cara seperti itu. Aku harus mendukung apapun yang bisa membuatnya bahagia.

Aku membuka mataku saat mendengar pintu kamarku di buka. Aku bisa melihat Gaara masuk dengan membawa segelas air putih di tangannya. "Minumlah" ucapnya setelah tepat di dekatku.

Aku mencoba untuk bangun dan duduk di kasurku. Aku meminum air yang di bawakan olehnya. "Dimana Iruka-jii?"

"Iruka-jii?" beo Gaara

"Maksudmu paman yang memiliki garis melintang di hidungnya?" sambungnya.

Aku hanya menganggukkan kepala mewakili jawabanku untuk Gaara. "Dia bilang kalau akan keluar sebentar karena memiliki urusan yang harus segera di selesaikan"

Aku mengangguk-angkukkan kepala mendengarkan Gaara. Aku tau pasti Iruka-jii menjenguk Kaa-sannya lagi. Kalau saja keadaanku tidak seperti ini, aku pasti akan menemani Iruka-jii menjenguk ke rumah sakit.

Aku tersadar dari pikiran-pikiranku saat merasakan sebuah tangan menyentil keningku. "Tidak usah terlalu banyak berfikir kucing. Tidak cocok dengan imagemu yang bodoh itu" tutur Gaara.

"Siapa yang kau bilang bodoh panda" ucapku naik satu oktaf.

"Tentu saja kau kucing mesum"

"Sialan kau panda" grutuku.

"Hey panda, apa kau tau siapa yang mencelakaiku?"

Hanya tanggapan sebuahhh gumaman yang kuterima. Sial! Kenapa dia mirip sekali dengan Sasuke sifatnya yang irit bicara ini. "Kusarankan kau menjauh dari Matsuri, Naruto" ucap Gaara tiba-tiba.

Aku tau dia pasti sedang serius, terbukti dari cara dia memanggilku. Bukan nama ejekannya untukku tapi dia memanggil namaku yang mengartikan dia sedang serius. "Apa dia yang mencelakaiku?" tanyaku ragu.

"Ya, jadi kuharap kau bisa menjauh darinya" terang Gaara yang membuatku mengangguk menyetujui ucapannya.
[Naruto POV End]

• • •

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang