Part 7

4.5K 390 36
                                    

Semenjak insiden ciuman yang tidak sengaja di lihatnya, Naruto menjadi menjauh dari Sasuke. Naruto pikir dengan dia menjauh, dia tidak akan melihat insiden seperti itu lagi atau insiden yang lainnya yang bisa membuat perasaannya menjadi sakit.

Tapi Naruto salah, dengan atau tanpa menjauh juga dia tetap melihat insiden menyakitkan hatinya tanpa sengaja. Naruto berpikir takdir sedang mengejeknya dengan memperlihatkan dia kemesraan Sasuke dan Menma.

Dia tau ini kesalahannya membuat Sasuke bisa bersama Menma, tapi saat melihat guratan bahagia di wajah Sasuke, dia tidak menyesal melakukannya. Seharusnya dia ikut bahagia bukan? Tapi dia tidak bisa merasakan itu. Hatinya seolah-olah berkata bahwa dia tidak sanggup melihat permainan yang dia buat ini demi Sasuke. Hatinya mengatakan untuk menghentikan semua ini tapi tidak dengan pikirannya.

Dia hanya perlu bertahan seperti ini hingga pesta akhir tahun saja. Setelah itu dia akan pergi dari pandangan Sasuke. Tanpa Naruto tau, di balik ekspresi bahagia Sasuke, dia selalu mencari Naruto yang jarang sekali bisa dia lihat. Saat dia ingin berbicara dengan Naruto saat istirahat, Naruto sudah pergi bersama Gaara lebih dulu tanpa bisa dia hentikan.

Tanpa Sasuke sadari hari-harinya menjadi abu-abu tanpa Naruto, seolah-olah kehilangan cahaya dalam hidupnya. Hatinya menjadi kosong seakan kehilangan sosok Naruto.

Dengan adanya Menma pun tidak bisa membuatnya bahagia. Dia pikir, setelah dia bisa bersama Menma, dia bisa lebih merasakan hidup. Tapi ternyata dia salah.

Dia selalu bertanya-tanya sebenarnya ada apa, apa yang salah. Setiap dia memikirkan semua itu hatinya seakan merespon dan mengatakan kalau semua ini salah, perasaannya pada Menma salah. Seperti memerintahkannya menyadari apa yang dirasakan sebenarnya. Tapi dia tidak tau apa yang harus dia sadari.

• • •

Hari demi hari terus berjalan, sama seperti hubungan Sasuke dan Menma yang di dasari sebuah kebohongan dan sandiwara. Hingga tidak terasa esok malam adalah pesta akhir tahun. Malam yang akan menjadi akhir dari permainan konyol dan sandiwara yang mereka lakukan dan juga akan menjadi malam perpisahan untuk Naruto.

Saat ini Sasuke sedang bersama Menma menyusuri jalan setapak seperti kencan mereka dulu. Tanpa ada sepatah katapun yang terucap dari bibir salah satu dari mereka. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa memperdulikan pasangan yang berada di sebelahnya. Suasana malam yang hening bertambah hening dengan keadaan mereka seperti itu hingga dering ponsel Sasuke menghentikan keheningan mereka.

Sasuke merogoh saku celananya, mengambil handphone-nya. Keningnya berkerut saat melihat nama yang tertera di handphone-nya. Aniki is calling...

Dia bingung untuk apa anikinya menelpon, pasalnya yang dia ingat anikinya sedang berada di Paris melanjutkan sekolahnya di sana dan baru akan kembali satu bulan lagi. Tanpa membuang waktu, Sasuke memutuskan untuk menjawabnya.

"Moshi moshi"

"Otouto, aku merindukanmu"

"Kau menggelikan aniki. Ada apa baka-aniki?

"Setelah sekian lama aku tidak kembali, beginikah cara kau menyambutku? Bahkan kau tidak ada di rumah"

"Apa maksudmu aniki? Kau.. sudah kembali?"

"Tentu saja, tapi kau tidak ada di rumah. Cepatlah kembali kemari otouto. Aku merindukanmu~"

Sasuke membayangkan anikinya sedang di hadapannya dan mengatakan kalimat bernada imut itu di hadapannya. Mungkin Sasuke tidak akan mengakuinya sebagai anikinya.

"Aniki, bisakah kau tidak menggunakan nada yang aneh itu? Kau membuat image Uchiha yang kau sandang menjadi buruk. Baiklah aku akan pulang sekarang, tunggu sebentar"

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang