Sedikit demi sedikit akhirnya terbukalah kelopak mataku.
Sepertinya aku terkena insomnia. Ini susah untuk tidur, dipaksakanpun tidakbisa. Otak ku terus memikirkan berbagai macam masalah, sedangkan batin ini yang menanggung beban. Sudah pukul sembilan pagi aku baru terbangun karena aku tidur pada pukul dua malam.
Handphoneku bergetar, kukira itu adalah alarm handphoneku yang menyala karena memang sengaja untuk kugetarkan saja. Aku mengecek benda kecil itu yang terletak di atas meja rias sebelah kasur, ternyata itu sebuah pesan.
Park Jimin: Bersiap-siaplah untuk pukul 2 siang, karena aku akan kerumahmu.
Kubalas pesannya dengan hati bertanya-tanya.
Eunji: Memangnya ada apa? Aku tidak bisa, maaf.
5 minutes ago.
Jimin tak kunjung membalas pesannya. Akhirnya kuputuskan untuk mandi saja sekarang. Setelah mengambil handuk ditempatnya, aku mulai melangkah masuk ke kamar mandi tetapi handphoneku bergetar banyak.
Langsung ku cek handphoneku yang tergeletak diatas kasur.
Incoming call..
+62886xxxxxAku mengernyit melihat nomor random yang tidak di kenal itu. Dengan pemikiran tetap, kuangkat teleponnya dalam diam agar si penelepon itu yang berbicara terlebih dahulu.
"Yoboseyeo?"
Oh, aku kenal suara itu. Park Jimin.
"Ada apa? Kenapa menelfon dengan nomor yang ini, bukan nomor seperti biasanya?"
"Kartuku di blokir, jadi aku mengganti nomor baru."
"Oh, ada apa menelfon?"
"Aku akan menjemputmu nanti siang, bersiap-siaplah."
"Aku tidak bisa."
"Kau bisa, aku tahu itu."
Tut tut tut
Dia mematikan sambungan teleponnya. Sebenarnya dia benar, aku bisa. Hanya karena aku malas untuk pergi dengannya, aku langsung berniat mencari kontak Yoongi dan menelefonnya untuk lebih baik pergi dengannya sebagai alasan.
"Yoboseyo, Min Yoongi."
"Hey."
"Mengapa suaramu lemas serak seperti itu?"
"Aku baru saja bangun, kau membangunkanku."
"Syukurlah, aku ingin jalan-jalan nanti siang sekitar jam 2... Apa kau bisa?"
"Hari ini aku ada urusan penting, aku tidak bisa, mianhae."
Aku terdiam sebentar. Apakah harus aku bertanya apa urusannya?
"Eunji? Apa kau masih disana?"
"Ah iya yasudah tidak apa-apa."
Setelah itu, aku menutup sambungan teleponnya. Dan sekarang, mau tidak mau aku harus ikut Jimin pergi. Itu tidak mungkin juga jika aku meminta Eomma berbohong untuk berbicara kepada Jimin bahwa aku tidak ada dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight 잡아줘 [민윤기]
FanficObat untuk sakit, Nasi untuk lapar, Aku untuk Yoongi. Semua berubah hanya karena seorang Park Jimin. Hak cipta terlindungi. [SLOW UPDATE]