Selama satu bulan full, aku tinggal di toko kecil meisy yang bernama "Meishan", setiap harinya aku di kunjungi koka.
Dia merawatku dengan penuh kelembutan, tidak ada satu katapun membantah terdengar olehku. Apapun yang aku inginkan koka akan memberikannya dengan cepat.
Sofa yang mengistirahatkan tubuhku meredakan setiap sakit yang aku rasa, dalam masa penyembuhan tulangku. Aku tidak di izinkan untuk bergerak lebih seperti biasanya.
Makanan yang bergizi penuh dengan protein, selalu terpasang di atas meja kaca yang bening tepat di sebelahku.
Entah sampai kapan aku akan berbaring terus seperti ini, hanya akan ada sinar matahari dan cahaya bulan yang menemaniku saat kesepian.
Saat aku berfikir, sudah terlalu banyak aku merepotkan meisy seperti ini. "Anggap lah di rumahmu sendiri" ucap penggal perkataan meisy yang mengisi suara kekosongan di kepala.
Aku tidak bisa mengingat dengan jelas, mengapa tulang kakiku bisa patah seperti ini, aku terus mempertanyakannya. Meskipun jawaban meisy adalah."kau hanya terjatuh dari tangga"
Sinar matahari menembus dinding kaca polos mengenai mataku, aku menghalaunya dengan tangan kanan. Pendingin udara yang menempel di dinding menurunkan suhu ruangan ini.
Aku dengar saat dokter memeriksa ku, aku mengidap penyakit Arthritis pasca. Sebuah proses dimana fraktur yang meluas ke sendi, yang menyebabkan radang sendi.
"Apa maksud dari ini semua, apa ibu dan hiori tidak mencariku" ucap hatiku penuh kesal
Aku mendengar suara gagang pintu yang bergerak turun kebawah, dengan sigap aku menutup mata berpura-pura tidur.
Langkah kaki yang kini terdengar seirama dengan detik jam mengarah kepadaku, dengkul kaki yang putih bersih menyentuh lantai kayu bersama kedua tangan berada di atasnya
"Tipuan mu, tidak akan berhasil" ucap koka mempergoki mataku.
Akupun membuka mata melirik kearah dirinya, wajah yang selalu menggambarkan ketidak pedulian sesama dan kebencian. Terpancar di wajahnya.
Pandangan kedua bola matanya yang hanya terbuka setengah melihat kearahku, meskipun koka termasuk gadis yang manis. Dia selalu mempertahankan poker face miliknya.
Koka tidak pernah menunjukan ekspresi apapun di wajahnya, dia hanya duduk menemaniku tanpa mengucapkan sepatah katapun untuk meramaikan suasana.
"Aku ingin pulang" keluh hatiku dengan suara tangisan di hati
* * * * *
Aku berada di rumah sakit terdekat, letaknya tidak jauh dari toko meisy. Aku diantar dengan menggunakan mobil miliknya, aku duduk di belakang melihat tangannya yang lihai memasukan gigi, menambah kecepatan.
Di antara kami tidak ada yang membuka pembicaraan, aku tersenyum ketika meisy melihatku dari kaca spion dalam mobil.
Di parkiran rumah sakit aku turun dengan menyeret kaki kiri, tangan kiriku melingkar di leher meisy. Meisy merangkul pinggangku menuntun untuk berjalan masuk rumah sakit.
di ruang pendaftaran aku dan meisy menuliskan nama di buku catatan rumah sakit, selang beberapa menit aku di panggil menuju ruangan dokter.
Hampir setiap aku melangkah kaki kiriku merasakan linu yang sangat hebat, di tambah dinginnya ruangan dokter saat aku memasukinya.
"Silahkan duduk" menyambut kami dengan senyuman.
Meisy menjelaskan setiap perkembangan yang dialami oleh ku, namun di tengah perbincangan dokter melihat kearah wajahku.
Dokter itu memasang wajah mencurigakan kearah ku, sontak saat itu aku menatapnya memasang wajah datar mengikuti gaya koka. Entah apa yang di lihatnya namun sepertinya ada yang aneh di wajahku.
Aku kembali memalingkan wajah melihat patung anatomi tubuh manusia, sedikit aku melirik kearah meisy dan dokter yang nampak berbisik-bisik tentang diriku.
"Ryou?"
Aku mendengar suara yang memanggilku, aku langsung menatap meisy dan berkata "Ada apa kau memanggilku?"
"Aku tidak memanggilmu"
Aneh tadi terdengar suara wanita memanggilku, wajah meisy yang terheran-heran meyakinkan ku kalau yang memanggilku tadi bukan dirinya.
Aku memalingkan wajah kembali menatap patung anatomi, dan keanehan terjadi aku kembali mendengar suara wanita memanggilku. Aku lantas berdiri mendekati patung tersebut bertanya apakah dari patung ini suara itu berasal?.
Aku memperhatikan mulut patung itu, kalau saja mulut itu bergerak aku akan memberi tahu meisy. Kalau yang memanggilku tadi adalah patung ini.
Tetesan suara air jatuh dari atas terdengar oleh telingaku, aku berada di tempat yang tidak asing di ingatan ku.
"Aku mengingat tempat ini"
"Rio"
Aku melihat kearah belakang, orang yang bertudung hitam itu kembali menemaniku di dunia yang aneh ini.
"Ada apa" sahutku menyilangkan tangan
"Aku mempunyai permintaan untukmu?"
Dia menundukan kepalanya dengan perlahan, aku merasa di hormati, hidungku berkembang senyuman sombong keluar dari wajahku, aku membusungkan dada.
"Permintaan apa?"
"Lihat orang itu" menunjuk kearah pohon yang tadinya tiada "Dia telah membunuh orang tuaku"
"Jadi" jawabku cepat
"Aku mohon bunuhlah orang itu dan sabagai gantinya aku akan memberikan seluruh ingatanmu" mengepalkan kedua tangannya.
Aku berfikir sejenak, aku tidak bergitu tertarik dengan tawarannya namun. Apa pentingnya sebuah ingatan untukku, aku dapat mengingat apapun kalau aku mau.
"Aku tidak mau" jawabku memalingkan wajah
"Tolong bantu aku"
Dia menundukan kepalanya lebih rendah dari yang tadi, kali ini kepalanya menyentuh air tenang. Aku terus berfikir kalau aku terima apa gunanya ingatan, aku hanya ingin sesuatu yang lebih menarik.
"Aku akan menjadi temanmu" suaranya pasrah.
"Teman, lagian kita hanya bertemu di dunia aneh ini. Aku tidak bisa mengenalkanmu pada yang lain" ucap hatiku
"Aku bisa mendengar suara hatimu"
Aku terkejut dengan perkataannya tadi, dia mendengar dapat mendengar suara hatiku.
"Aku tau, aku tidak berbentuk di dunia nyata. Tapi disini aku terbentuk oleh dirimu, dan memakan ingatanmu seperti parasit"
"Berarti aku lupa ini, karena kau?!"
"Maafkan aku, aku lapar, apakah aku salah?, bukannya kalian saling memakan atau dimakan" ujarnya kembali berdiri
"Memang benar tapi ingatanku"
Pantas saja selama 30 hari di toko meisy aku hanya dapat mengingat 20 harinya saja.
"Aku lapar"
Dia mengelus perutnya memberikan isyarat, aku harus memberi makan kepadanya.
"Bagaimana cara kau makan?"
"Seperti ini"
Dia menunjuk kearah kepalaku dan keluar seutas benang warna biru dari keningku, dia langsung memakannya.
"Bagaimana kau mau membunuh orang itukan"
"Baiklah, aku mau. Kau akan jadi temanku dan satu lagi"
"Apa"
"Izinkan aku melihat wajahmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Assassin
RandomSebuah surat hitam yang awalnya di tujukan untuk di Ichirio sama, kini mulai tersebar dimana-mana. Hal itu telah menciptakan permainan, seluruh peserta harus membunuh 8 orang pemain. Ichirio yang mempunyai masa lalu yang kelam, menciptakan kepribad...