Kucing-kucingan!

16.7K 1K 4
                                    

Akhirnya aku bisa menarik nafas lega setelah Event di Bandung berjalan dengan lancar. Client merasa puas dan akan memakai jasa IO ku selama sisa tahun ini. Itu artinya ada dua kontrak tetap yang sudah harus dijadwalkan.

Seminggu di Bandung membuat otakku sedikit relaks dari pada di Jakarta. Kesibukan selama satu minggu ini lumayan bisa mengusir perasaan bersalahku pada Isabel.

"Mbak Ines... melamun melulu deh... semua dah beres mbak... siap berangkat!" seru Niken asistenku.

"Bukan melamun!!ga tega gue ninggalin Bandung... adem sih..." kataku merajuk.

"Yeee...Bandung mah sudah mulai panas mbak..." ucap Niken lagi. Aku hanya nyengir dan memang benar ucapan Niken. Tapi seenggaknya masih lebih adem daripada Jakarta.

Cling.

Suara satu sms masuk. Aku membacanya dan lagi-lagi dari nomor tak dikenal yang akhirnya kuketahui siapa pemilik nomor itu setelah tiga hari di Bandung.

From : 08133177xxxx

Hari ini jadi balik Jakarta??
Sampai jam berapa?
-K-

Aku hanya membacanya dan memasukkan hp ku ke dalam tas. Aku tidak ingin menarik perhatian Keynan atau laki-laki lainnya. Aku masih belum siap tersakiti atau menyakiti lagi.

Ingatanku kembali pada kejadian satu minggu lalu.

Flashback On

Bunyi lagu jingle bell membuatku terbangun. Itu ringtone khusus untuk Doni.

"Hallo..." suaraku parau karena bangun tidur.

"...."

"Ah..iya. thanks..." aku segera bangun namun pandanganku tertuju padaku dan orang disampingku yang tertidur lelap.

"Oh shitt!!" umpatku dalam hati.

Aku memandangnya yang tidur tengkurap dan dengan punggungnya yang telanjang menunjukkan warna kulit putihnya yang bersih. Dia terlihat sangat capek dan tersenyum.

"Kok ada sih makhluk seperti dia lagi?? gila!!" umpatku dalam hati.

Aku segera bangun pelan-pelan supaya tidak mengganggu dia dan mengambil semua bajuku yang berhamburan dilantai dan disofa.
Aku tidak butuh mandi dan harus segera pergi sebelum dia bangun. Aku meninggalkan pesan pada Oji yang bertugas malam supaya membangunkannya pada pukul 7 pagi.

Kurasa hal itu harus dilupakan bukan??

Flashback off

"Mbak!!" seru Niken yang membawaku kealam nyata lagi. Aku memandang Niken yang ternyata menunggu jawabanku.

"Melamun ternyata lebih asyik..." gurauku yang membuat Niken tertawa.

"Dah siap. Mau berangkat sekarang atau tunggu selesai melamunnya??" Niken yang hendak duduk segera berdiri begitu aku berdiri dan berjalan ke mobil.

Perjalanan tiga jam yang lancar membuatku merutuk dalam hati. Kenapa tidak macet saja.

Setelah mengantar Niken sampai rumahnya aku segera menjalankan mobilku ke apartemen. Aku berhenti saat lampu sudah orange, aku tak ingin ambil resiko jazz kuningku masuk bengkel. Lagu merdu britney mengalun dan dilayar hp muncul nama Isabel.

"Hallo Ines disini..." kataku riang setelah aku menekan tombol ok pada headset bluetoothku.

"Lu dimana sekarang? udah balik Jakarta?!" suara Isabel terdengar berisik.

"Nih lagi dijalan. Otw rumah...ada apa?" tanyaku penasaran.

Aku masih mengetuk-ngetukkan jariku mengikuti irama lagu yang sedang kuputar.

"Gue perlu bantuan lu...well...bukan gue sih...kantor yang ada event...lu mau kan?" tanya Isabel.

"Berisik banget sih?!! lu design web apa mandor bangunan sih?!" protesku seraya terkikik.

Aku kembali melajukan mobilku sambil melirik kekiri dan kanan.
Ada banner besar bergambar rumah adat minang dan mengingatkanku dengan nasi padang.

Membayangkannya saja aku sudah berliur dan jadilah aku mengarahkan mobilku kearah rumah makan padang langgananku.

"Ines...gimana? besok bisakan kekantor gue? atau ntar malam gue ke apartemen lu ya..."

Sesaat tadi aku sempat lupa jika aku masih mengobrol dengan Isabel ditelfon, dasar perut. Kalau sudah keroncongan suka lupa.

"Atur aja deh..." kataku singkat.

"Ehh..eh...lu ke apartemen gue aja ntar malam..." kataku meralat. Kalau kekantor Isabel bisa gawat ketemu Keynan.

Aku ga siap!!

Mau ditaruh dimana ini muka??

Selama seminggu saja aku tidak membalas smsnya dan hanya sekali aku angkat telfonnya, itupun karena aku ga tahu itu nomor siapa.

"Ok." itu jawaban Isabel sebelum dia menutup telfonnya.

Tak butuh waktu lama aku sudah memasuki parkiran rumah makan padang langgananku. Aku segera mengambil tasku dan berjalan masuk.

Ku layangkan pandanganku mencari tempat kosong namun pandanganku bertemu dengan seseorang yang ingin kuhindari.

"Oh shitt!!"

Aku segera berbalik arah dan berlari masuk mobil dan kabur. Menahan rasa laparku dan membatalkan keinginanku makan nasi padang. Sempat kulihat dari spion seseorang keluar dari restoran itu. Aku segera tancap gas kencang dan langsung pulang dan terakhir memesan pizza dan spagety.

-

Aku menoleh ke jam dinding. Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Aku buru buru memakai mantel mandi, menutup rambutku yang basah dengan handuk dan menyambar dompetku dan membuka pintu dengan segera takut pengantar pizza nya balik lagi gara-gara lama dibukakan pintu.

"Maaf la...ma..." gumamku seraya membuka pintu dan spontan aku tertegun.

Mr. And Mrs. (Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang