Seperti biasa di jam makan siang keadaan kantin di perusahaan internasional 'Edward Corp' selalu ramai.
Berbeda dengan seorang gadis cantik yang lebih memilih berkutat dengan pekerjaannya.
"Stella ayo! Ini sudah jam makan siang kenapa kau masih berkutat dengan komputer dan berkas-berkas itu?" Ujar Karin yang berdiri di sebelah meja kerja Stella.
Ya seorang gadis cantik yang lebih memilih berkutat dengan pekerjaannya adalah Stella Caelan.
"Karin aku sibuk." Jawabnya tidak mengalihkan pandangannya dari komputer.
"Ayolah aku tidak ada teman, sebentar saja temani aku makan, hm...aku yang traktir deh..ya...ya?" Rayu Karin terhadap sahabatnya itu. Mereka sudah bersahabat sejak mereka kuliah dan mereka juga sudah janjian untuk masuk ke perusahaan internasional ini.
"Aduh...aku banyak kerjaan Karin kau makan bersama yang lain saja." Ujar Stella masih tidak mengalihkan pandangannya dari komputer dan berkas-berkasnya.
"Menyebalkan!" Gerutu Karin kesal karena tidak ditangapi oleh Stella.
Stella yang sadar akan kemarahan sahabat perempuan satu-satunya itu merasa bersalah, bukannya Stella tidak mempunyai teman hanya saja ia sudah tidak percaya dengan seorang teman karena Stella belajar dari pengalaman bahwa tidak ada yang mau berteman dengannya kecuali mereka hanya memanfaatkan Stella dan Stella benci itu. Sampai di masa kuliah ia mendapati Karin seorang teman-sahabat yang tulus ingin menjadi sahabatnya.
"Eh...ya sudah tapi sebentar ya? Kau manja sekali, kenapa tidak menelpon William saja?" Tanya Stella sembari merapikan meja kerjanya dan beranjak menuju kantin bersama Karin.
"William memiliki pekerjaannya sendiri dikantornya." Ujar Karin membela kekasihnya.
"Ck...dasar." Gerutu Stella. Mereka berjalan menuju lift untuk sampai di kantin perusahaan.
Saat menunggu lift terbuka, lift khusus para petinggi yang tepat berada di sebelah lift yang akan di gunakan Stella dan Karin. Menampakkan seorang kepala direksi dan CEO yang dingin dan sangat tampan bak keturunan para dewa.
"Siang sir." Sapa beberapa karyawan yang juga menunggu lift pada CEO itu sembari sedikit membungkuk. Begitu juga dengan Stella dan Karin meskipun selama dua tahun bekerja disini dan mereka tidak pernah bertemu langsung dengan CEO mereka yang sangat tampan itu, tapi mereka tahu siapa-siapa petinggi di kantor mereka ini.
Sapaan mereka hanya diangapi anggukan oleh CEO mereka itu dan tanpa menoleh pula.
"Kau lihat Stella CEO kita orangnya sangat dingin dan seperti tak tersentuh." Ujar Karin dan masih terdengar suara kagum para karyawati pada sosok CEO yang baru saja keluar lift itu.
"Aku tidak peduli dengan dia yang terpenting aku bisa bekerja disini. Ayo masuk aku tidak ingin berlama-lama dikantin, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan aku tidak mau menundanya lagi." Ujar Stella. Mereka pun segera masuk ke dalam lift saat lift sudah terbuka.
Alexander Edward pemilik perusahaan internasional 'Edward Corp' yang masih bisa mendengar Stella hanya bisa tersenyum sinis. Pasalnya tidak pernah ada satu wanita pun yang tidak peduli dengan dia, negara ini pun tahu siapa Alexander Edward. Meskipun Alex tidak mengenal Stella tapi dia yakin suatu saat karyawannya itu akan peduli dengannya. Sebenarnya Alex tidak terlalu peduli dengan karyawan-karyawannya itu, tapi entah mengapa Alex merasa suatu saat gadis itu akan peduli dengannya.
******
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Stella masih belum selesai dengan pekerjaannya. Karena tadi gara-gara Karin yang terlalu lama dikantin dan akhirnya Stella harus lembur. Pasalnya dia harus menyelesaikan berkas-berkas ini segera mungkin karena ia harus memberikan berkas ini pada atasannya besok. Dan sialnya pekerjaannya belum selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My CEO (DITERBITKAN)
RomanceDITERBITKAN OLEH RDM PUBLISHERS SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA ***** "Menikahlah denganku Stella Caelan. Aku akan memberikan apapun yang kau mau." Alexander Edward "Maaf Tuan, Anda mabuk. Permisi." Stella Caelan. Apa jadinya jika Stella Caelan yang ti...