Prolog

116 15 5
                                    

Pintu berlapis coklat tua itu terbuka secara perlahan menimbulkan decitan kecil di engsel pintu yang berkarat. Gadis berparas manis itu menyembul keluar disela pintu, ia masuk dan menutup kembali pintu tua itu begitu pelan. Ia terdiam sejenak di tepi sana, menghembuskan perlahan nafasnya yang terasa berat. Dengan langkah gontai, perlahan kakinya memasuki ruangan lebih dalam. Ruangan di mana ia hidup dengan kertas-kertas saduran yang berserakan di tepi meja di depannya.
Ruangan itu tampak sangat tua. Dengan ornament dinding berbentuk kayu dan beberapa sarang laba-laba yang mulai berkembang biak, menambah suasana tua di ruangan tersebut. Tidak ada barang-barang cantik nan lucu yang bisa menggugah hati siapapun yang melihat di dalamnya. Hanya terdapat satu buah piano tua dengan lemari kayu besar bertengger tepat di sebelahnya. Juga dua sofa dan satu meja yang masih tertata apik tepat di samping piano tua tersebut.
Sari, gadis itu mulai memperhatikan bunyi kertas-kertas yang bertubrukan di atas meja. Ia kemudian duduk di atas sofa dan hanya menatap kosong ke arah meja tua itu. Beberapa dari kertas di depannya mulai menimbulkan suara yang menyakitkan akibat terkena hembusan angin malam dari jendela yang sudah berkarat. Remangnya lampu di sana membuat matanya awas terhadap suasana sekitarnya. Kemudian salah satu dari tumpukan kertas itu mulai menarik perhatiannya.
Sari melihat tulisan tangan yang rapi berjejer di atas kertas putih yang mulai menguning itu. Ia kemudian mengambil kertas itu dan membaca pesan di dalamnya.
Aku menunggu kakak di perpustakaan besok pagi. Sampai jumpa!

Tomorrow GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang