Break

67 8 0
                                    

Hai! Aku datang lagi. Maaf baru bisa update, ide nya lagi buntu.

Oiya, disini tokoh Naisya bakal aku rubah aja, jadi Icha ---Nama panggilan biasanya--- biar kalian enak bacanya.

Selamat membaca😁

_____________

Pagi ini gadis yang selalu dikuncir ala ponytail itu sudah diizinkan untuk sekolah lagi. Dan sekarang dia sudah berada di kelasnya bersama Anya.

Bel masuk sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Tetapi, Guru yang mengajar di kelas tidak datang, karena beliau sedang sakit. Jadi, mereka hanya diberi tugas mengerjakan beberapa soal dibuku paket.

Setelah selesai mengerjakannya, Icha bercerita kepada Anya tentang dia yang tidak jadi diantar oleh Rama.

Sebenarnya, Anya sudah tau kalau Icha menyukai Rama. Dan Caca juga mengetahui, hanya Alvin dan Rama sendiri saja yang tidak tau. Atau mungkin saja dia sudah tau dari kejadian kemarin. Saat Rama menatap lekat-lekat mata Icha. Kata orang, mata itu jendela hati bukan?

Anya, sahabatnya itu selalu menjadi pendengar dan penasehat yang baik. Tapi anehnya dia tidak pernah bercerita tentang isi hatinya. Dan sampai sekarang Icha belum mengetahuinya.

"Makanya Cha, jangan terlalu baper sama sikap dia. Lu kan tau sendiri, dia cinta banget sama pacarnya itu. Dan lu juga tau, dia cuma nganggep lu sahabat. Jangan terlalu berharap dan baper. Inget itu!" Ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Icha.

Icha hanya mengangguk saja mendengar cerocosan sahabatnya itu, lagi pula dia juga sudah mendengar hal itu dari Bunda.

"By the way, kok gue belum pernah denger lu suka sama cowok yah?" Tanya Icha dengan tatapan menyelidik.

"Hah? Suka? Sama cowok?" Icha mengangguk. "Oohh itu hahaha, gue.. gue.. gak tau deh." Lanjut Anya tergagap.

Sepertinya Anya menyembunyikan sesuatu.-batin Icha-

"Kok gak tau sih?" Tanya Icha mencoba menggoda Anya.

Dia pun mengangguk "iya, gue gak tau sama perasaan gue sendiri." Ucapnya sambil menggeleng kebingungan.

"Emang apa yang lu rasain pas deket dia?" Icha berkata dengan nada sedikit ragu pada kata 'dia'.

"Jujur, gue ngerasa biasa aja kalo deket dia. Tapi, ngeliat sikap dia yang sayang banget sama keluarganya. Gue kagum aja sama dia. Dan ngerasa gue pengen milikin cowok begitu. Makanya gue gak tau sama perasaan gue sendiri." Ucapnya panjang lebar dan Icha hanya ber-oh ria sambil menganggukan kepala.

"Gak bantu banget sih!" Anya menjitak kepala icha. Dan Icha yang merasa tak bersalah hanya meringis dan mengelus kepala malangnya yang terkena jitakan dari Anya.

"Gak bantu apanya?" Tanyanya polos.

"Bener-bener nih bocah gak peka. Pengennya dipekain terus." Anya menggelengkan kepala sambil melipat tangannya didepan dada.

"Gak peka apaan?" Anya menyerngitkan alisnya, merasa bingung dengan ucapan Anya.

"Gak deh, gak jadi. Gue sendiri juga bingung." Anya hanya bersikap acuh dan mengedigkan bahunya.

"Em... emang cowok yang lu maksud siapa?" Tanya Icha penasaran, karena setaunya Anya itu tidak mudah tertarik dengan laki-laki.

"Gue yakin lo bakal kaget kalo sampe tau."

"Kenapa harus kaget?"

Dia mendekat dan berbisik ditelinga Icha. "Karena orang yang gue kagumi itu... sahabat gue sendiri."

Loving Him Was BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang