I'm Sorry

54 4 1
                                    

Saat aku akan menoleh kearahnya. Tiba-tiba...

Cup!

Mataku langsung membulat, jantungku berdetak cepat, dan pipiku semerah bibir taylor swift.

Aku hanya diam mematung, menatap mata Rama yang membulat dan pipinya yang memerah.

Tak lama, Rama pun segera menjauh dan menatapku dengan tatapan terkejut.

Aku masih terdiam menahan senyum yang akan mengembang dibibirku. Kalian tau? Rama mencium sudut bibirku. God! Kita hampir saja berciuman.

Jujur saja, itu pertama kalinya seorang lelaki mencium pipi ku, bahkan hampir saja mencium bibirku. Udah gak suci nih pipi.

"Cha... eemmm, so-sorry.." aku masih terdiam dan menatap lurus kearahnya. Aku mendengarnya, dan aku tak berniat membalasnya. Aku merasa sedikit kesal karenanya, sebenarnya bukan kesal lebih tepatnya aku malu. Namun aku tutupi dengan rasa kesal. Agar Rama tidak tau perasaan ku yang sebenarnya.

Aku segera berdiri sambil menenteng tas biruku. Aku segera berbalik untuk menjauh dari Rama, senyumku pun mengembang karena sedari tadi aku sudah tidak kuat menahannya.

"Icha!" Teriak Rama dan aku segera menghilangkan senyum ku dengan wajak kesal.

"Mau kemana?" Tanyanya yang sudah berjalan sejajar denganku.

"Balik." Ucapku datar.

"Gue anter yah?"

"Hmm"

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kita. Sesekali, aku melirik kearahnya yang terlihat merasa bersalah. Kalo dia masih pacaran sama Ghina dan nyium aku itu keterlaluan banget, tapi kalo udah putus? Seneng juga sih. Hehehe

"Thanks" ucapku setelah sampai didepan Rumah dan segera melepas helm, kemudian tanpa menunggu jawaban Rama aku langsung berjalan meninggalkannya.

"Icha?" Aku pun berhenti berjalan dan menoleh kebelakang. Tanpa bersuara, aku menatapnya dengan pandangan bertanya.

Rama bedehem sebentar sambil menggaruk tengkuknya, jeda beberapa detik sebelum dia berbicara, "Buat yang tadi..."

Please, jangan ngomongin itu lagiii. Batinku berteriak.

Sebelum Rama menyelesaikan kalimatnya aku pun segera berbalik untuk menghindari pembicaraan ini. "GUE MINTA MAAF!!" Teriak Rama yang masih bisa ku dengar saat aku membuka pintu.

BRAK!!

Aku membanting pintu dengan keras, agar Rama menganggap bahwa aku marah. Padahal, aku sedang senyam senyum sendiri. Tanpa sadar aku menyentuh pipi dan sudut bibirku yang dicium Rama. Gak pernah aku sangka kalo Rama bakal nyium aku. Hihihi

"Icha!!Kamu ngapain banting-banting pintu?!" Teriakan Bunda membuatku terlonjak kaget dan menyentuh dadaku dramatis.

Aku menghela nafas kemudian menghampiri Bunda, "Astagfirullah, Bunda ngagetin aja." Ucapku sambil menyalami tangannya.

"Gini yah cara kamu masuk Rumah? Gak ada sopan-sopannya." Ucapnya dengan nada lembut tapi nyelekit.

"Eheheh, oiya lupa." Aku pun nyengir lebar. "Assalamualaikum Bunda."

"Hmm, waalaikumusalam." Ucap Bunda dan langsung kembali duduk disofa dan menyalakan televisi.

Aku pun segera menaiki anak tangga dengan senyum yang terus mengembang dibibir.

☆☆☆☆☆

Selesai mandi dan berpakaian aku pun bergegas kebawah karena Bunda sudah memanggilku untuk segera makan malam.

Loving Him Was BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang