Kenapa?

42 6 0
                                    

Bel tanda berakhirnya jam pelajaran pun berbunyi, seluruh siswa pun berhamburan keluar dari kelasnya, termasuk Icha dan Anya.

Mereka berencana untuk belajar Matematika bersama dirumah Anya karena Icha tidak bisa mengerti pelajaran itu. Mereka pun berjalan berdua menuju parkiran sekolah.

"Hai Ichaaa, mau pulang bareng?" Tiba-tiba saja Rama datang dan langsung menghampiri Icha.

"Lah tumben amat?" Tanya nya heran. Karena semenjak kabar putusnya Rama dengan Ghina, sikap Rama semakin manis terhadap Icha.

"Emang kenapa? Biasanya juga ngajakin bareng kan?"

"Iya, tapi biasanya suka gak jadi kan?" Tanya Icha sambil menaik sebelah alisnya.

Rama terdiam, kemudian terkekeh kecil. "Itu kan dulu, masih ada yang ngekang. Sekarang kan nggak."

Aku dan Anya pun tertawa. "Jadi, ceritanya udah bebas nih? Gak ada yang ngekang lagi?" Tanya Anya yang gencar menggoda Rama.

"Iya dong. Sekarang gue bebas gak akan ada yang ngalangin gue lagi." Ucapnya sambil merentangkan tangan.

Aku pun memutar bola mata malas. Beginilah sikap Rama sebenarnya, dia menyukai kebebasan dan hal itu pun berlaku dalam hubungan hati.

"Jiwa playboy nya kumat lagi." Gumam Anya yang masih bisa didengar oleh Rama. "Gue masih bisa denger." Ucap Rama sambil menyipitkan matanya yang sipit.

Anya pun terkekeh pelan. "Yuk Cha! Pulang bareng gue?" Ajak Rama sambil memegang pergelangan tangan Icha.

Sekilas Icha melirik pergelangan tangannya yang digenggam oleh Rama dan beralih menatap Rama. "Gue mau belajar sama Anya, lain kali aja yah?" Ucap Icha lembut.

"Yahh, kok gitu sih.. udah lama juga kan kita gak pulang bareng? Ayo lah, kali ini aja.." Rama masih menggenggam erat tangan Icha dan Icha melirik kearah Anya memintanya untuk berbicara.

"PDKT nya nanti aja yaahh, kita mau belajar dulu nih. Bentar lagi kan UKK." Ucap Anya sambil menarik Icha.

"Nah, kalo gitu gue ikut kalian aja. Gue juga mau belajar, kan bentar lagi UKK." Rama pun tersenyum lebar.

"Kepala batu." Gumam Icha sambil memutar bola matanya.

"Belajar aja sendiri. Lu kan pinter." Ucap Anya masih pada pendiriannya.

"Gue gak pinter semejak kita jauh Anyaaa.." rengek Rama, yang lebih mirip dengan singa menangis.

"Jijik! Malah ngegombal lagi." Ucap Anya sewot.

"Gue serius Anya, aku kehilangan arah tanpamu." Ucap Rama dramatis.

"Iihh, ini napa jadi gombal begini deh?" Ucap Icha jengkel karena melihat adegan dramatis dari sahabatnya itu. "Udah deh, ajakin aja. Daripada ribut terus, berisik tau gak?" Ucap Icha yang sedikit kesal dan cemburu.

"Kalo gitu, Icha bareng gue aja yah?" Tanya Rama saat Icha dan Anya mulai berjalan di depannya.

"Terserah!!"  Ucap Icha dan Anya berbarengan sambil menoleh kebelakang, Rama pun tersenyum penuh kemenangan melihat kedua sahabatnya yang sedang kesal itu. Percuma saja berdebat dengan Rama, yang ada mereka akan meledak saat itu juga karena gejolak emosi yang tidak bisa dibendung lagi.

☆☆☆☆☆

"Mom, Anya pulang!!" Teriak Anya setelah sampai di rumah.

Tak lama, keluarlah seorang wanita paruh baya dari salah satu kamar di rumah besar tersebut.

"Sayang, gimana tadi sekolah nya?" Ucapnya sambil mengajak Icha, Rama, dan Anya duduk.

"Baik kok Mom." Ucap Anya sambil menyeruput minuman yang sudah disediakan oleh pembantu di rumahnya.

Loving Him Was BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang