Kabar tentangmu

48 4 0
                                    

Malam ini, setelah selesai makan malam dan selesai mengerjakan tugas aku langsung merebahkan diri dikasur dengan pikiran tak karuan.

"Selama setahun kalian pacaran. Dia masih belum bisa percaya sama cinta lu."

Seharusnya aku tidak mengatakan hal itu tadi sore. Kesannya aku menginginkan hubungan mereka berakhir, yaa walaupun itu ada benarnya juga. Tapi, tetap saja aku merasa itu salah.

Aku sangat merasa bersalah dan pikiranku tidak bisa berhenti memikirkannya, aku pun merubah posisi tidurku berharap dengan itu aku bisa tertidur.

Baru saja aku ingin menutup mata, telfon ku yang berada di nakas samping tempat tidur bergetar.

Aku pun mengambilnya dan melihat sebuah nama tertera disana. Rama.

Ada apa dia menelfonku? Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Angkat, tidak, angkat, tidak? Akhirnya setelah berfikir keras, aku pun menerima telfon tersebut.

"Ha-halo?" Ucapku terbata.

"Hai, kenapa lu? Ngomong gagap gitu?"

Rama tidak marah padaku?

"Nggak apa-apa, ada apa lu nelfon gue malem-malem gini? Ganggu tau gak!"

"Hehehe, sorry deh."

"Hmm, ada apa?"

"Besok gue jemput yah?"

"Hah?!" Teriaku kaget. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Kenapa Rama tidak marah karena perkataanku tadi sore? Apa yang terjadi dengannya?

"Hei! Lu masih disitu kan?"

Suara Rama membuatku tersadar dan segera menjawab panggilannya.

"Iya, gue masih disini."

"Gimana? Besok gue jemput yah, jangan sampe telat bangun. Good night Naisya."

Tut tut tut..

Panggilan pun putus sepihak. Apa yang terjadi dengan Rama? Terakhir kali dia menjemputku itu, sebelum dia pacaran dengan Ghina. Apa jangan-jangan mereka....

Tanpa sadar sebuah senyuman muncul di wajahku. Aku pun segera membaringkan tubuhku dan pergi ke alam mimpi dengan senyuman.

☆☆☆☆☆

Samar-samar aku mendengar suara pintu kamarku yang digedor dengan keras dan tak lama terdengar teriakan yang sangat cetar dari Bunda.

"NAISYA CEPAT BANGUN!!"

Aku segera membuka mata dan mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Aku pun meraih alarm yang berada dinakas dan melihat angka yang tertera disana. 06:30.

"GUE TELAT!!"

Dengan terburu-buru aku segera berlari menuju kamar mandi dan mandi secepat kilat, aku sampai tak sempat untuk keramas rambut. Aku segera mengambil dasi dan hanya mengikatnya pada leher, memakai kaus kaki asal, dan mengikat rambut dengan tergesa-gesa.

Setelah memakai sedikit parfum, aku segera berlari menuruni anak tangga dan langsung menyambar roti bakar yang sudah bunda siapkan dan segera mencium tangan Ayah dan Bunda. Dengan roti yang masih aku gigit, aku segera mengambil sepatu dan memakainya dengan terburu-buru.

Aku segera keluar rumah dan berjalan menuju gerbang dengan tangan yang merapikan dasi dan mulut penuh dengan roti.

Saat aku mendongkak betapa terkejutnya aku saat melihat Rama yang sedang duduk diatas motor nya sambil menatapku dengan senyuman geli.

Loving Him Was BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang