Janji Rega

499 52 33
                                    

Rega sedang berada di kelasnya. Saat ini dia sedang mengikuti mata kuliah yang digelutinya. Rega merutuki bel penanda kelas berakhir yang tak juga berbunyi. Bagaimana tidak saat ini dia sangat-sangat khawatir dengan kekasihnya. Rega menumpu kepalanya dengan kedua tangannya, dia meremas rambutnya tanda sangat frustasi.
"Anjir lama banget sih." Rutuknya dalam hati, karena sampai sekarang pun bel tidak juga berbunyi.

"Sabar bro. Bentar lagi juga bel kok." Ujar Alfi yang saat ini melihat Rega yang begitu frustasi.

"Lama banget Al. Gue kepikiran sama Bintang." Balas Rega sambil mendengus kasar.

"Ya sabar Ga, kalo lo kayak gini malah lo makin gak tenang." Alfi berucap sambil menepuk pelan bahu Rega.

Rega melirik ponselnya yang sedari tadi senyap. Sudah berkali-kali dia mengirimkan pesan pada Bintang namun tidak ada satu pun yang dibalas, jangankan dibalas diread pun tidak.

Dosen yang berada didepannya, yang sedari tadi mengoceh menjelaskan materi pun sama sekali tak diindahkannya. Karena apa? Pikirannya penuh dengan Bintang.

Kriinggggg. Suara bel terdengar. Rega bernafas lega. Dengan tergesa dia merapikan buku yang berserakan diatas mejanya dan mengambil tasnya dengan kasar. Saat dilihatnya dosen tadi sudah melangkahkan kakinya keluar, Rega bangkit dari bangkunya. "Gue duluan bro." Pamit Rega kepada keempat sahabatnya, dan dibalas anggukan oleh mereka.

Dengan langkah tergesa Rega melangkahkan kakinya menuju kelas Bintang. Namun saat sampai disana dilihatnya beberapa orang sudah berlalu keluar kelas. Rega semakin mempercepat langkahnya memasuki kelas Bintang.

Diedarkan matanya kepenjuru sudut kelas namun tidak ditemukannya Bintang. Jantung Rega berdetak cepat, tubuhnya melemas. Pikiran-pikiran buruk mulai mengantui Rega.

Rega mengampiri salah satu mahasiswa yang masih berada dikelas.

"Liat Bintang gak?" Tanyanya kepada laki-laki itu. Rega menahan geram karena yang diatanya tak juga mengeluarkan suaranya. Laki-laki itu tampak berfikir, terlihat dari alisnya yang berkerut. "Pengen gue tonjok nih muka. Lama banget sih, gak ngerti keadaan apa!"

"Emm, perasaan Bintang gak ada masuk kelas deh. Arina juga. Kelas pagi tadi ada, tapi kelas ini gak ada." Jawab anak laki-laki itu. Mendengar jawabannya, tangan Rega semakin dingin, jantungnya berpacu tak karuan. "Sayang, kamu dimana sih." Rega mengusap kasar mukanya.

"Yaudah. Thanks yaaa." Ujar Rega berlalu. Dengan langkah tergesa Rega mengitari seluruh penjuru kampus, namun tidak ada tanda-tanda Bintang. Sampai akhirnya Rega menuju ke taman belakang kampus tempat tadi pagi dia dan Bintang kunjungi.

Sesampainya disana dia melihat dua orang wanita sedang duduk berdampingan, salah satu wanita tersebut memiringkan kepalanya pada bahu wanita sebelahnya. Rega menghela nafas lega. Akhirnya dia menemukan Bintang. Yaa didepan sana adalah Bintang dan Arina.

Rega melangkahkan kakinya pelan menuju dua orang tersebut. Saat langkahnya tepat satu meter dibelakang kedua wanita itu, Rega memberhentikan langkahnya saat didengarnya suara isak tangis Bintang. Tangan Rega mengepal erat. Dia benci melihat Bintang menangis, hatinya sakit saat air mata itu keluar dari mata Bintang. Dan yang lebih menyakitkan lagi Bintang menangis karenanya.

Rega kembali melanjutkan langkahnya mendekati Bintang dan Arina. "Bintang." Panggil Rega dengan suara parau. Bintang menegakkan tubuhnya saat mendegar suara yang sangat-sangat Bintang kenal menyerukan namanya. Begitupun dengan Arina, dia megalihkan pandanganya kebelakang dimana tepat Rega berada. Dengan cepat Bintang menghapus air matanya. Dia tidak mau Rega melihatnya menangis, dia tidak mau terlihat lemah dihadapan Rega.

Love BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang