Part 4

3K 163 1
                                    


Part 4

"Siapa dia?" tanya Alvin.

Alvin dan Gabriel berjalan mendekat kearah Shilla.

Gadis itu melotot kearah Alvin, "Lo..." suara Shilla tertahan.

"Gue akan bawa dia ke markas," ucap Shilla mantap.

Alvin melotot, namun tak dapat berkata-kata.

"Mana kunci mobil lo Gabriel?" tanya Shilla.

"Apa maksud lo?" Gabriel balik bertanya.

"Cepat, atau dia akan mati kehabisan darah," desak Shilla.

Gabriel pun memberikan kunci mobilnya pada Shilla.

"Telefon Elbert buat jemput kalian berdua, gue akan ke markas duluan, selesain apa yang lo butuhin disini," ucap Shilla, ia memapah Cakka tanpa mempedulikan berat badan lelaki itu dan rasa sakit di pergelangan kakinya.

"Shilla, lo gak bisa pergi tanpa gue dan Alvin, ada dua pengawal di gerbang," ucap Gabriel yang membuat langkah Shilla terhenti.

"Kasih gue tembakan bius, gue bergerak sendiri," ucap Shilla.

Gabriel dan Alvin saling berpandangan, namun akhirnya mengalah dan memberikan Shilla satu pistol mereka.

"Gak ada yang bawa tembakan bius, tapi lo bisa pakai pistol gue," ucap Gabriel dan menyerahkan pistol miliknya.

Shilla mengambil pistol itu, menarik pelatuknya dan dari tempatnya berdiri, ia melepaskan tembakannya ke arah Jordan yang tersungkur dilantai, tepat mengenai jantung pria itu.

"Gue harus pastiin dia mati," ucapnya lalu kembali berjalan dengan memapah Cakka.

"Bertahan, please," bisik Shilla kepada Cakka yang mungkin tidak dapat mendengarnya.

Shilla sudah ngos-ngosan ketika sampai diluar rumah, ia membaringkan Cakka di rumput dan berjalan tanpa alas kaki ke dekat gerbang.

Ada dua orang pengawal, Shilla tidak butuh waktu lama, ia bersembunyi dibalik batang pohon, dari jarak beberapa meter dibelakang pengawal itu, ia menembakkan pelurunya ke kepala keduanya, bergantian.

Mereka bahkan tak sempat menoleh kebelakang karena tak ada peluru yang meleset, Shilla sangat bangga akan kemampuan menembaknya saat ini.

Shilla kembali ke tempat ia membaringkan Cakka, bibir pemuda itu sudah seputih kapas, tapi Shilla dapat melihat bibir itu bergerak seperti ingin mengucapkan sesuatu.

Shilla membungkam bibir yang terasa dingin itu dengar bibirnya agar tidak berbicara, "Don't talk, you'll be fine," bisiknya, ia kembali memapah Cakka.

Shilla benar-benar tidak akan memaafkan Alvin, jika Cakka tidak selamat.

--

Cakka mengerjap ngerjapkan matanya yang terasa berat, seluruh tubuhnya terasa sakit, ia bahkan tak bisa bergerak sama sekali karena dalam posisi tidur telungkup.

Cakka mengingat ingat kejadian terakhir yang dialaminya sebelum tak sadarkan diri.

Ia menguntit Shilla, membantu gadis itu dari kelakuan bejat Jordan dan, apa?

Cakka tidak ingat apapun.

Suara knop pintu yang diputar mengalihkan pikiran Cakka, "Lo udah bangun?" suara lembut itu membuat Cakka sedikit mendongakkan kepalanya.

Ia melihat Shilla yang berjalan mendekat kearahnya, sebisa mungkin Cakka menahan rasa sakit dibahunya untuk bangkit dan duduk dari kasur.

Shilla menahan lengannya, "Luka lo belum kering," ucap Shilla tapi Cakka tidak peduli dan tetap berusaha untuk duduk.

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang