Ending

3.4K 189 33
                                    


Ending.

Cakka berlari mendekati Shilla, ia membuka plester dari mulut gadis itu dan membuka tali dari tangan dan kakinya.

"Shilla.." panggil Cakka.

Shilla mendesah lemah, ia mencengkram jaket Cakka dan berbisik pelan, "Cakka?"

"Ya, gue disini, gue disini bersama lo," ucapnya.

Cakka dapat melihat gerakan lemah dari jari Shilla, ia mengeluarkan pisau lipat kecil dari sakunya, memotong bagian dalam jaketnya dan menekan bagian leher Shilla yang tersayat itu, kuat-kuat.

"Gue butuh seseorang kesini," ucapnya pada Difa.

"Ya, gue udah beri tahu Arnold dan Scott," balas Difa.

Semenit kemudian kedua orang itu sudah sampai di ruang tahanan.

"Apa yang terjadi?" tanya Scott begitu melihat darah yang menetes dari leher Shilla.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang!" ucap Cakka tanpa menjawab pertanyaan Scott.

"Di lorong sebelah kanan dari ruangan ini ada klinik, cepat ambilkan trolli pasien dan peralatan medisnya kesini!" perintah Cakka.

Keduanya segera berlari tanpa banyak bertanya lagi, begitu keduanya kembali dan membawa apa yang Cakka butuhkan, mereka mengangkat tubuh Shilla ke atas trolli sementara Cakka tetap menekan luka Shilla.

"Dorong cepat," ucap Cakka dan keduanya mendorong trolli itu.

Tangan kiri Cakka yang kosong memasang masker ambubag pada Shilla (ventilator manual untuk membantu pernafasan yang terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas).

Tapi tidak ada reaksi, Cakka melepaskannya dan beralih memeriksa mata Shilla, saat itulah ia menyadari tidak ada reaksi pada pupil mata gadis itu, dadanya bergemuruh tidak karuan, karena Shilla sudah tidak sadarkan diri.

"Apa dia masih bernafas?" tanya Scott.

"Detak jantungnya melemah," ucap Cakka.

"Apa kita sekarang dalam proses menyelamatkan orang koma?" tanya Arnold.

Cakka tidak menjawab dan itu dianggap Arnold sebagai jawaban 'Ya'.

Begitu mereka sampai di luar markas, Cakka menyuruh Arnold untuk menyetir mobil Difa.

"Lo gila, lo biarin anggota ESC yang lain kabur demi perempuan jalang ini?" ucap Arnold dengan suara lantang.

Cakka menoleh kearahnya, rahangnya mengeras, kalau saja Shilla tidak dalam posisi sekarat, ia benar-benar akan meninju Arnold saat ini juga.

"Beraninya lo bicara seperti itu dihadapan gue, setelah ini lo berurusan sama gue," ucap Cakka tajam.

"Lo yang nyetir," ucapnya beralih pada Scott.

"Dan gue kasih tau, gue yang mengatur lo, bukan lo yang ngatur gue," ucap Cakka pada Arnol sebelum masuk ke dalam mobil.

Mereka hanya butuh beberapa menit untuk sampai dirumah sakit terdekat.

Dua orang perawat membantu Cakka memindahkan Shilla ke trolli pasien, ia menggenggam jemari Shilla yang terasa sangat dingin, "Gue mohon bertahan," bisiknya yang tentu saja tidak dapat didengar Shilla.

Cakka dan Scott menunggu diruang tunggu selama Shilla berada di ICU, tangannya mengepal hingga telapak tangannya terasa sakit.

Rio berhasil kabur, ia tau Rio pintar untuk hal itu, tapi Cakka akan menemukannya dan menepati janjinya pada Shilla untuk membawa mayat Rio ke kakinya.

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang