Tujuh

162 14 0
                                    

MINCHAN memerhatikan kalau setelah perkelahian itu, hubungan kris dan yifan semakin buruk. Mereka tak pernah bicara satu sama lain.

Minchan bahkan menyaksikan apa mereka memang pernah berbicara. minchan mengamati kris yang sedang mengambil baju di lemari.
Semalam, minchan sempat berpikir untuk menyerah tentang kris, tapi tak bisa dilakukannya.
"Kris, kenapa kamu nyerahin aku sama yifan?" tanya minchan tiba-tiba, membuat kris menghentikan kegiatannya.
"Ngomong apa sih kamu?" kata kris sambil meneruskan pekerjaannya memindahkan baju.
  Kris memutuskan untuk memasukkan semua bajunya ke koper sehingga dia tidak harus masuk kamar ini lagi selama minchan masih di sini.
"Kemaren kamu bilang kalo yifan mau aku, dia tinggal ambil aja. Apa maksudnya? Apa kamu pikir aku ini barang? Aku berhak milih, kris!" sahut minchan.
"Terus, kamu emangnya mau milih aku? Kamu udah gila?" kata kris dengan nada mencemooh.
"Ya, aku gila! Aku milih kamu! Emangnya kenapa aku balik lagi ke sini? Aku mau ketemu kamu!" sahut minchan tegas.

Kris menutup lemari, lalu menatap tajam mata minchan. Sepertinya gadis itu bersungguh-sungguh, tapi kris tak peduli. Tak ada seorang pun yang pernah memilihnya.
"Amerika ternyata udah ngubah kamu jadi perayu ulung ya? Ck, ck... liat kamu sekarang, minchan-ssi," sindir kris.
Minchan menggeleng. "Kris, kamu tuh cuma skeptis! Kamu anggap aku sama dengan yang lain! Aku beda kris, aku bener-bener peduli sama kamu!"

"Minchan-ssi, apa bedanya sih kamu sama orang lain? Kamu sama, kamu khianatin aku juga!" seru kris.
"Kris, aku ngaku salah, aku lupa alamat rumah kamu, aku lupa nomor telepon kamu, selama sepuluh tahun aku berusaha nyari tapi bahkan Ayah sama Ibuku juga nggak inget! Pas tanggal 14 Februari, aku sampe nangis gara-gara nggak tau mau ngapain! Aku kangen banget sama kamu, kris,"  minchan mulai terisak. "Baru pas sebulan setelahnya, aku liat nama yifan di internet, setelah itu baru aku nemu titik terang! Aku seneng banget waktu liat dia di sana. Dengan begitu aku bisa dapet alamat kalian lagi, trus bisa ketemu kalian lagi!"
Kris sangat ingin memercayai cerita minchan, tapi entah mengapa kris tidak ingin menerima alasan itu begitu saja.
"Kris, please... Waktu di The Club, aku pengen cerita. Sebenernya, begitu nyampe sini aku udah pengen cerita. Tapi karna kamu nggak pernah mau liat aku, kamu juga nggak keliatan seneng ngeliat aku, aku jadi ragu. Aku sedih banget waktu yifan bilang kamu udah ngelupain aku..." kris menatap minchan yang sekarang sudah berhenti menangis.
"Kris, kamu tuh cuma takut, ya kan? Kamu takut memercayai orang. Aku salah kris, aku pernah sekali ngekhianatin kamu, tapi waktu itu aku masih kecil! Dan sumpah mati, aku nggak akan ngelakuin itu lagi!" sahut minchan dengan seluruh sisa tenaganya.
Minchan sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa tentang seorang anak laki-laki yang sudah kehilangan kepercayaan kepada semua orang ini.
    Kris terlalu menarik diri sehingga minchan tidak bisa lagi menggapainya. Kris menatap minchan lama.

Kris tahu, minchan benar. Kris sudah terlaku takut untuk memercayai siapa pun lagi. Kris takut jika dia memercayai minchan, dan jika minchan mengkhianatinya sekali lagi maka kris akan benar-benar hancur.

"Kris, all you have to do is have a little faith in me," kata minchan pelan. Kris masih bergeming. Minchan akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya pasrah."Ya udah kalau kamu masih nggak yakin. Kamu mau kuliah kan? Ntar, habis kuliah, kamu cepet pulang ya. Aku mau buktiin kamu satu hal," minchan lalu tersenyum. "Buktinya cukup kuat lho," sambungnya lagi sambil mengedipkan mata lalu menghilang di balik pintu.

Selama beberapa saat kris terdiam karna otaknya terasa membeku, lalu lanjut mengepak bajunya.
Kris tak pernah merasa ingin pulang secepat ini. Perkataan minchan tadi siang berhasil membuatnya tidak berkonsentrasi pada perkuliahannya. Entah mengapa, kris membiarkan perasaan itu terus memenuhi hatinya. Perasaan yang tak pernah dirasakannya lagi semenjak minchan pergi.
   Perasaan senang. Berbunga-bunga. Kris melangkahkan kakinya ke atap untuk bersantai sejenak sebelum mengikuti kuliah selanjutnya. Kris mengeluarkan sebatang rokok, memandangnya, lalu teringat kepada bekas luka di telapak tangan minchan. Kris segera membuang rokok itu ke lantai semen.
   Merasa sedikit bangga dengan dirinya sendiri, kris menghela napas mantap dan melempar pandangannya ke arah lapangan bakset. Lagi-lagi, dia melihat yifan. Si banci itu sedang bertanding di lapangan yang dikerubuti gadis-gadis. Kris mendengus keras.
Mendadak, kris mendapati minchan di bangku penonton, sedang berteriak-teriak menyemangati yifan.
  Kris terdiam, tangannya terkepal keras sementara darahnya mendidih di kepalanya. Kris bangkit sambil mengisap rokok itu dalam-dalam. Kris akhirnya kembali pada satu kesimpulan.
Minchan sama saja dengan orang lain.

(Remake Novel By Orizuka) That Summer Breeze (Kris Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang