1

21.5K 1.5K 70
                                    

ASHA SASMITY

Malam Minggu kali ini beda, aku bukan jalan sendiri tapi berdua cowok. Cowok yang dikenalkan oleh temanku, cowok tinggi, tegap, cakep. Dia baru pindah kerja di sini. Kesan pertama saat melihatnya pasti kata cakep yang muncul. Itu juga kesan pertamaku padanya.

Awalnya aku menolak dikenalkan karena kesannya tak laku banget gitu walaupun emang tak laku. Tapi melihat dia yang cakep aku malah jadi berdebar gugup. Tatapannya itu tajam dan dia terkesan kalem.

Tapi setelah jalan 15 menit dengannya kesanku untuknya berubah. Baru sebentar dengannya aku sudah ilfeel duluan. Baru duduk di meja makan restoran bahkan belum sempat semua menu pesanan datang dia sudah banyak mengatur.

"Jangan ketawa keras-keras, dilihatin orang."

See?

Sejak bersama tadi dia bilang jangan mungkin sudah ribuan kali. Cowok ini berbanding terbalik denganku yang cablak, ceplas-ceplos, dan sedikit ceroboh. Dia kalem, terlalu jaga image, dan membosankan. Catet tuh kata membosankan tebel-tebel.

Selera makanku mendadak hilang. Rasanya ingin mencekek temanku yang mengenalkanku pada cowok kaku macam cowok berkacamata di hadapanku. Namanya Ardo, cowok umur 30 tahun, bekerja di perusahaan konstruksi milik keluarga, selalu mendapat beasiswa saat pendidikan. Harusnya aku tahu dari awal, cowok nerd pastilah membosankan! Sedangkan aku cewek bebas yang terbiasa bebas tanpa aturan.

"Jangan menyisakan makanan, habisin. Orang di luar saja banyak yang kekurangan."

Ya Tuhan

"Oke," jawabku datar tanpa minat.

Aku tersiksa makan berasama dia, aku ingin bicara panjang lebar tapi takut dia mengatakan aku bawel. Dia sudah melarangku bicara berkali-kali karena aku keceplosan bicara terlalu keras saat kami berbincang.

Tarik aku dari neraka dunia ini, hei siapapun!!

"Pak Ardo," sapa cewek tinggi dengan rambut sebahu.

Lihatlah, dia hanya menoleh tanpa membalas sapaan cewek itu. Malah kini memandangku. Aku kan jadi bingung, kulirik cewek itu yang memasang wajah kesal.

"Lagi kencan ya Pak?"

"Ya, jadi tolong jangan ganggu kami."

Seketika kutelan salivaku, nada bicaranya terlalu dingin. Berbeda saat bicara denganku, memang kaku tapi tak sekejam tadi ekspresinya. Aku jadi takut sendiri sekarang. Awas saja besok kalau ketemu Nataya, kucekek juga dia!

"Maaf ya ada gangguan sedikit. Ayo teruskan makanmu. Setelah ini kamu mau ke mana?"

Kujawab pulang sepertinya salah. Kujawab pergi ke tempat lain, aku mana tahan dengannya lama-lama. Aku yang biasanya cablak saja jadi mati kutu.

"Kamu harus punya tujuan. Katakan saja keinginanmu. Jangan jawab terserah jika ada yang menawarkan atau kamu akan menyesal melewatkan kesempatan."

Kenapa dia jadi mendesakku sih? Tanganku jadi mendadak dingin begini.

"Aku bingung."

"Nonton?"

"Boleh."

"Ke toko buku?"

Next GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang