ASHA
Rasanya ingin nangis tapi juga percuma. Nangis buat apa coba? Lagian belum tentu itu benar. Itu kan hanya ingatan Hekal yang belum tentu kebenarannya. Ingatan Hekal kan sebelas duabelas dengan ingatanku yang tak bisa tahan lama.
Semakin diingat-ingat dari awal memang menjurus ke arah itu. Ingat semboyan cowok itu cuma ada dua tipe? Kalau nggak brengsek ya gay. Tapi soal Aya, hal itu bikin hipotesaku dan Hekal terbantahkan. Tak mungkin Ardo gay tapi melihat Aya saja sampai liur ke mana-mana.
Tapi daritadi kugoda Ardo malah kayak ayam mau mati bengong tak jelas. Prosentase kecurigaanku jadi naik drastis lagi. Apalagi kalau inget Hekal bilang Ardo pernah makan malam romantis bersama cowok. Yang benar saja masa pacarku gay.
"Sayang, jangan marah dong. Itu kan buat kebaikanmu. Baju dari luar kan kotor."
Ingin kugigit sebenarnya dia. Aku mikir apa dianya malah bahas apa. Aku tak peduli mau dia nyuruh aku ganti baju apa mandi sekalian itu bukan masalah. Masalahnya itu dia beneran gay seperti tuduhan Hekal atau bukan.
Bukannya membalas perkataannya, aku memilih langsung mencium bibirnya. Kali ini aku yang mendominasi tapi Ardo malah mendorongku menjauh.
"Kamu apa-apan, Sha?"
"Kamu itu yang apa-apaan?" seruku kesal.
Dia menolakku, berarti dia memang gay. Ya Tuhan, kenapa aku bisa jatuh cinta sama seorang gay? Lalu bagaimana sekarang, aku bingung. Tetap di sini atau pulang bersama sisa-sisa harga diri.
"Kamu kenapa?" tanyanya lagi kali ini menarikku mendekat.
Ardo memelukku dan aku menangis di dadanya. Harusnya aku tak menangis tapi aku kecewa, lebih tepatnya patah hati. Jadilah aku menangis dan dia makin bertanya kenapa terus-terusan.
Sepertinya jalan terbaik itu bertanya pada Aya. Masa dia tega mengenalkanku pada cowok gay? Kalau tanya langsung pada Ardo yang ada dia mengelak atau bahkan jadi marah padaku.
"Berhenti tanya kenapa. Aku lagi patah hati tahu nggak?" kataku yang kini sudah duduk menghadapnya tanpa menangis lagi.
Aku sungguh menjijikkan, nangis gara-gara tahu pacarku gay. Yang benar saja dari kemarin aku ciuman sama cowok gay. Ah, harga diriku berasa runtuh seketika.
Ingin marah merasa dibohongi tapi percuma. Yang namanya gay ya tetap saja gay. Untuk malam ini sudahlah aku tak mau memikirkannya. Aku males memikirkan hal yang menyebalkan.
"Kamu patah hati kenapa?"
"Kamu nggak mau aku cium, kamu nolak aku!"
"Bukan nggak mau, Sha. Cuma kamu itu aneh daritadi. Kamu bukan lagi goda aku kan?"
"Memang kalau aku goda kamu kenapa? Kamu nggak suka?"
"Bukan itu...."
"Ah, daritadi bukan bukan bukan tapi nyatanya iya."
"Astaga, sayang. Kamu sehat kan?"
"Kamu itu yang nggak sehat. Jauh-jauh sana," kataku seraya mendorongnya.
Aku benci padanya. Ingin sekali aku teriak di depannya tapi mengingat kata-kata Hekal aku pun meredamnya. Jangan sampai seorang gay sakit hati atau merasa tersakiti. Yang ada aku akan dihabisi.
"Sha, kamu nggak lagi hamil kan emosimu nggak stabil gini?"
"Hamil? Gimana aku bisa hamil kita aja nggak pernah ngapai-ngapain. Kayak kamu bisa ngehamilin aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Girl
RomanceSQUEL KEDUA 1. Sendiri atau Bersama 2. Next Girl 3. Little Chef Ardo, pria yang awalnya menyimpang lalu kembali ke jalan yang benar Dia meninggalkan Indonesia setelah mampu jatuh cinta lagi pada perempuan Tapi perempuan itu milik mantan pacarnya sej...