7

9.8K 1.2K 79
                                    

ASHA

From: Prince Devil

I love you, Asha Gempita

Apa sih maksudnya makhluk bedebah ini? Mau kuabaikan malah bilang cinta. Aku kan mau menikmati sendiri lagi.  Kenapa dia harus bilang cinta sih? Bikin konsentrasiku buyar seketika.

Tiba-tiba sudah di kantorku pula. Pakai maksa mau naik ke sini. Aku harus bersikap gimana aku tak punya persiapan. Sialan betul dia itu. Bikin aku kelimpungan begini, gugup, dan salah tingkah sendiri.

Aku memang suka membuatnya berusaha untuk bertemu denganku. Tapi kali ini aku tak punya persiapan, tak berpikiran dia akan nekat datang ke sini setelah kejadian tadi pagi.

"Kamu ngapain sih, Sha?"

"Nggak pa-pa, Mba."

"Nggak pa-pa kok mondar-mandir. Kalau mau istirahat duluan nggak apa, nanti aku nyusul."

Jantungku rasanya mau copot saat ada yang membuka pintu ruangan divisiku. Tetnyata salah satu teman seruanganku yang membuka pintu. Kupikir Ardo akan nekat naik ke sini.

"Sha, pacarmu tuh nunggu di depan," serunya yang baru saja dari luar.

"Jadi gara-gara dijemput pacar kamu mondar-mandir macam ayam mau kawin. Cepetan sana, aku nanti makan siang sama yang lain nggak masalah."

Masa aku disamain sama ayam mau kawin. Ini semua gara-gara Ardo. Awas saja dia, gemes aku sama dia lama-lama. Kupasang wajah jutek menemuinya. Aku sudah tak bisa berwajah datar lagi. Aku terlalu kesal padanya. Emosi tingkat internasional kali ini. Jadi jangan harap aku akan pasang senyum.

Kulihat dia yang berdiri dengan membawa sebuket bunga. Jadul banget sih dia pakai bawa bunga, norak. Mending bawa bakso segerobak baru aku terkesan.

"Ngapain ke sini?"

"Mau ngajak makan. Laper katanya suka bikin orang emosi."

"Aku kan udah bilang nggak mau."

"Tapi kamu bawa tasmu, berarti mau ikut dong?"

"Orang aku mau makan siang sendiri."

"Aku temenin ya?"

"Males."

"Yang nggak males ngapain?"

"Kalau sama kamu semua jadi males."

"Dipeluk males nggak?" tanyanya tanpa persetujuanku sudah menarik dan memelukku di kantor.

Dia benar-benar sudah gila. Ini kantor dan banyak yang lalu-lalang. Tapi aku malah diam saja dipeluknya. Oh my God! Dia pelukable banget.

Abang, bantu aku! Aku meleleh.

***

Demi kelangsungan hidup di kantor aku yang terlambat sadar, menarik Ardo menjauh dari ruangan divisiku. Aku tak tahu apa masih punya muka setelah ini. Atau mungkin aku akan langsung dipecat karena melakukan tindak asusila di tempat umum. Kalau sampai itu terjadi, Ardo harus tanggung jawab.

"Awas saja kalau aku sampai dipecat. Kamu harus tanggung jawab!" seruku kesal.

Sekarang kami sudah ada di salah satu restoran western dekat kantor. Dia terus saja memasang senyum tanpa bicara. Bikin nambah geregetan sama dia. Tapi anehnya hatiku malah berdebar. Kan ngeselin.

Next GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang