8

9.3K 1.2K 37
                                    

ARDO

Aku butuh pengalihan setelah tadi aku mencium Asha dan tanganku mulai tak mau diam. Untungnya aku lekas sadar, kalau tidak bisa-bisa aku menghamili anak orang. Kucincang bawang putih di depanku berusaha konsentrasi dengan masakanku. Mengalihkan pikiran gilaku pada cumi-cumi dan kawan-kawannya.

Memasak memang salah satu kegiatanku saat senggang. Bukan karena aku mantan gay, tapi memasak menurutku bukan hanya pekerjaan cewek. Cowok pun bisa dan tak bisa langsung di judge gay hanya karena pintar masak. Sebagian chef kebanyakan juga berjenis kelamin cowok dan bukan gay.

Sadar Asha masih memperhatikanku setelah berkata tak bisa masak aku jadi gugup sendiri. Semacam bocah SMA yang sadar di perhatikan saat main basket, grogi tapi ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya.

"Masih lama?"

"Bantu aku biar cepat selesai."

"Bantu beresin aja ya?" katanya seraya merapikan alat masak yang sudah tak kupakai dan mencucinya.

Sedikit takjub, cewek cuek macam Asha nyuci piring. Aku sampai lupa dengan masakanku. Tips memasak cumi itu jangan terlalu lama dimasak atau cuminya akan terasa keras. Kupindah masakanku ke piring yang sudah kusediakan. Sementara Asha masih sibuk dengan mangkuk kotor bekas tempat cumi mentah tadi.

"Kamu ngapain?"

"Pengen meluk kamu," jawabku yang masih memeluknya.

Dulu aku pernah melakukan ini saat melihat Aya masak. Kuresapi aroma rambut Asha yang menyeruak menggantikan memoriku dengan Aya. Seperti tuli aku terus menciumi Asha hingga ke lekuk lehernya walaupun dia sudah melarangku. Dia memabukkan!

Dulu dengan Aya aku hanya sekadar memeluk. Sekarang Asha membuat keberanianku menyentuhnya lebih dari sekadar memeluk. Oh, damn!

"Ardo, geli."

Cicitannya bahkan terdengar seksi di telingaku. Aku masih dalam posisi memeluknya dari belakang dan menciumi pipinya yang kenyal, ingin kugigit rasanya.

"Ehem...."

Sial! Deheman Nio mengagetkanku saja. Ingatkan aku mengganti password apartemenku setelah ini. Wajah Asha memerah aku pun menutupi wajahnya dengan celemek yang kupakai.

"Bisa nggak kalian nekan bel dulu. Tahu fungsinya bel kan?" Kesalku pada mereka.

"Dan aku tahu fungsinya punya password apartemen cowok mesum," balas Nio.

"Apa kami datang tepat waktu?" tanya Aya dengan wajah sok polos.

"Ah, sial. Ngapain kalian ke sini?"

"Tadinya sih kami mau mengajakmu makan di luar. Kami baru periksa dede bayi di rumah sakit sebelah. Tapi sepertinya kita makan di sini saja."

"Kamu masak?" tanya Aya dengan pandangan ke arah Asha.

"Enggaklah. Aku kan nggak bisa masak kecuali masak mie instan."

"Kamu yang masak, Do? Sejak kapan bisa masak?" tanya Aya lagi terlihat lebih kaget dibanding saat bertanya pada Asha.

"Ardo memang jagonya masak, sayang."

Next GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang