Aku kaget melihat Rama berada diatas bukit, seperti kepergok lagi selingkuh, tapi aku bukan sedang selingkuh. Namun yang dipikiran Rama pasti berbeda. Aku menghampirinya, raut wajahnya tidak bisa kutebak hanya terlihat kekagetan di matanya melihat aku dan Galang.
"Rama lu ngapain disini?"
" Nyariin kamu aja, ngapain disini?" nada suaranya berubah menjadi sedikit ketus.
" Ga cuma pengen tahu aja pemandangan diatas sini gimana, sekalian foto - foto tadi. Gua lapar ni makan yuk."
" Ok"
Kami menuruni jalan setapak perlahan, Rama masih diam tidak mengajakku berbicara. Sampai waktu istirahat selesai, kami masih tidak berbicara. Kegiatan kembali dilanjutkan, kali ini kami berkunjung ke pabrik pengolahan daun - daun teh yang telah dipetik untuk dijadikan teh bubuk atau sachet yang siap untuk dipasarkan. Kami tidak dikelompokkan berdasarkan kelas, melainkan nomor urut. Kelompokku terdiri dari 15 orang , 8 diantaranya anak kelas IPA, sisanya anak - anak kelas IPS, termasuk Galang. Entah keberuntungan apa, hari ini aku mendapatan kesempatan untuk lebih dekat dengan Galang.
Tur dimulai dengan mengelilingi wilayah pabrik bersama kelompok lainnya, aku memanfaatkan kesempatan ini dengan berjalan didekat Galang. Aku mencoba memulai percakapan dengannya.
" Tadi bekalnya dimakan ga? "
" Oh elu, iya udah gua makan makasih bekalnya enak." Awww makanan buatanku dipuji Galang, wajahku sudah mulai memerah seiring senyumku yang mulai merekah.
"Kenapa senyum sendiri?" Galang menatapku bingung.
"Oh gapapa, ga usah dipikirin. Kamu udah lama ya part time di restoran kemarin? kenapa part time?"
"Emm udah masuk lima bulan, gua mau cari tambahan uang. Ada perlu soalnya, lagian kerja nya juga ga susah kok. "
"Tapi apa ga capek, pulang sekolah langsung kerja gitu?"
Galang tersenyum tipis, " Kalau mikirin capek bukannya sekolah juga capek ya, belajar, ngerjain tugas, bersosialisasi, pacaran." Kali ini dia tersenyum seperti menyindirku.
"Eh, kamu nyindir aku?"
"Gak, kalau ngerasa aja hehehe. Gua ga maksud nyindir cuma emang yang pacaran di SMA cuma lu doang." Galang bicara sambil tertawa.
"Itu kita disuruh kesana merhatiin petugas petugas itu yuk."
Kunjungan dipabrik pengolahan teh berjalan sekitar 2 jam lebih, sebuah pengalaman yang baru bagi kami. Selama ini hanya sebatas tahu meminum produk kemasan teh yang dijual di toko - toko, tapi kali ini berkesempatan untuk mengenal proses produksi dan pengolahannya. Pastinya semua hal yang dilakukan hari ini harus dievaluasi dalam bentuk tugas laporan. Jadi anak SMA itu ribet banget, apa - apa selalu dijadiin tugas, rasanya aku sial sekali harus mengulangi masa - masa ini lagi.
Aku berjalan sambil memperhatikan pemandu kami menjelaskan mengenai cara kerja salah satu mesin pengolah daun teh menjadi bubuk. Tanpa sadar kakiku melangkah semakin ke belakang, kemudian badanku ambruk seketika, aku jatuh membentur lantai semen dibagian luar area pabrik. Kakiku terkilir dan terdapat luka goresan di sepanjang lengan kiriku. Teman - teman seketika melihat kearah belakang, salah seorang siswa berteriak memanggil guru pemandu kami. Aku mencoba untuk berdiri ketika seseorang menggendong ku dengan kedua tangannya.
" Pak, disini ada ruang kesehatannya? ke arah mana?" Galang bertanya kepada petugas pabrik.
"Mas jalan aja lurus ke arah pos itu terus nanti masuk pintu di kanan, ga jauh dari situ segera dibawa aja."
Galang segera berlari sambil menggendongku, aku diam sambil menahan sakit di pergelangan kakiku. Kami tiba di ruangan kesehatan yang dimaksud, petugas kesehatan dengan sigap langsung menggulung celana jeansku untuk mempermudah proses pengobatan. Pergelangan kaki kananku sudah membiru, rasanya sungguh nyeri.
"Ini kakinya terkilir, jadi kita obati langsung ya. Kamu jangan bergerak dulu, habis ini aku balut pake perban. Sepertinya kamu ga usah banyak jalan dulu, tunggu disini saja sampai kegiatan kalian selesai nanti biar saya yang kasih tau guru kalian."
"Terima kasih mba.. " Aku mengucapkan terima kasih kepada mba Ayu, petugas kesehatan yang telah mengobatiku tersebut.
"Kamu balik aja ke teman - teman, aku disini aja seperti kata mba Ayu. Ntar kasih tau aja kalau udah mau balik."
"Menurut lu gua bisa ninggalin elu gitu sendiri disini dalam keadaan ga bisa kemana - mana gini?" Galang bicara sambil menatap lurus kearahku.
".... Ya aku gapapa sih kalopun ditinggal sendirian. "
" Ga gua disini aja, lagian capek juga dari tadi berdiri sama jalan mulu keliling - keliling."
"Jadi kamu disini aja nemenin aku?"
Galang tertawa kecil, "Segitu senengnya gua temenin ya? apa perlu gua duduk sebelahan disitu?" Dia menunjuk ke arah tempat tidurku.
"hehe, maksudku kamu kan bisa balik sama teman - teman, habis ini kan acara bebas, jarang - jarang kan bisa nikmatin pemandangan disini sebelum balik ke Jakarta lagi."
"Lu mau nikmatin pemandangan juga? "
"Mau sih tapi kan aku ga bisa jalan dulu, kamu denger kan tadi kata mba Ayu"
Belum selesai aku bicara, Galang tiba - tiba jongkok sambil berbalik badan dia berkata
" lu bilang mau lihat pemandangan kan, ayo buruan." Dia menawarkan diri untuk menggendongku dari belakang. Ragu - ragu aku beranjak ke arah Galang, tidak sabar Galang langsung menarik tanganku kearah punggungnya.
Galang membawaku ke arah luar pabrik setelah berpamitan sebentar dengan petugas kesehatan yang melihat kami keluar. Teman - teman yang lain pasti sedang asik foto - foto di sekitar perkebunan. Galang berjalan memutari area pabrik, dan menemukan sebuah jalan setapak menuju ke atas gundukan yang menyerupai sebuah bukit. Setelah sampai dia menurunkan aku dengan perlahan, kemudian duduk disebelahku. Pemandangan yang tersaji didepan kami benar - benar indah, walaupun tidak begitu tinggi, namun dari sini kami bisa melihat petani - petani sedang memetik daun teh.
"Gimana, ini udah cukup kan pemandangannya? Gua ga bisa bawa lu ke tempat yang lebih jauh, lu berat soalnya." Dia bicara sambil tertawa.
"Enak aja, kamu yang lemes .. "
"Gua udah bawa lu dari bawah ke sini masa dibilang lemes, biar ga dibilang lemes gimana ya."
"Betewe, makasih banyak ya udah bantuin, udah bawa aku kesini juga."
" Santai aja sih sama temen ini, dibawa serius banget sih neng.."
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya, masih teringat jelas dibenakku saat - saat kami berdua bersama (dalam ingatanku), kami juga pernah mengunjungi sebuah perkebunan teh, dan bahkan merencanakan untuk mengambil foto pre - wedding disana. Rasanya seperti baru kemarin semua itu berlalu, hingga akhirnya Galang menikah dengan wanita lain. Ingatan itu mengalir perlahan scene demi scene seperti ada seseorang yang sedang memutar film dikepalaku.
"Kamu ingat kita dulu juga pernah ke tempat kek gini, terus kita punya rencana ambil beberapa foto dilokasi yang bagus ditengah - tengah daun teh itu. " Aku berbicara tanpa sadar. " Aku masih ingat saat itu, kita udah bikin rencana, tapi akhirnya ga ada yang kesampean.. "
Galang menatapku bingung, " Lu ngomong sama gua? "
Aku tersadar dari lamunanku, "Maaf aku ngelantur .." Aku menundukkan kepala untuk menutupi tetesan air mata yang perlahan mulai mengalir, berusaha menahannya.
Tidak ada kata - kata yang keluar dari bibirku, kebisuan diantara kami diiringi desiran angin dengan lembut membuat rambutku terurai mengikuti arah angin. Galang menjulurkan tangannya mengusap air mata yang sudah terlanjur mengalir dipipiku.
"Gua ga tau apa yang ada di pikiran lu, dan kenapa lu sedih. Tapi sekarang lagi ada pemandangan bagus didepan kita, nikmatin aja.." Senyumnya merekah sambil mengusap air mata di kedua pipiku.
*****************************************************************************************************
bersambung
Terima kasih untuk yang sudah membaca, tinggalkan komentar kalian tentang part ini ya^^
Jangan lupa vote juga yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripley Project
RomanceBerlatar belakang kisah cinta masa SMA, Arindi ingin mengulang kembali masa SMA nya untuk dapat memperbaiki masa lalu. Kembali ke jaman SMA setelah sepuluh tahun melewatinya, Arindi mendapati bahwa kenyataan tidak seperti yang ia bayangkan. Dia haru...