Memulai baru

37 5 4
                                    


Sudah lebih dari lima belas menit Rama meninggalkan restoran ini, namun aku masih belum beranjak. Keringat dingin masih mengalir di keningku, degup jantung mulai berangsur teratur. Kenapa begitu gugup untuk memutuskan hubungan dengan Rama? Tapi Arin kamu harus segera bangkit ingat masih ada urusan yang belum terselesaikan, ujarku berkata dalam hati. Aku pun segera membayar makanan kami tanpa menyentuh sedikitpun makanan itu dan segera berjalan keluar restoran.

"Sekarang gimana gua balik ya, ga tau lagi angkot mana yang harus dinaikin" 

Aku berdiri dipinggir jalan, sebelum memutuskan untuk sedikit berjalan menuju jalan raya. Jalanan masih ramai, ini termasuk jam macet waktunya orang - orang keluar dari kantor mereka. Aku kurang familiar dengan daerah ini, mungkin lebih baik jika menggunakan taksi. 

"Arin, ngapain jalan sendiri?" Galang sudah berhenti disebelahku, dia menggunakan motor.

"Loh, kamu kok bisa disini?"

"Gua tanya duluan, lu ngapain sendiri disini?"

"Aku tadi dari restoran oriental itu, terus mau balik ini lagi cari taksi."

"Yaudah, gua antar buruan gua juga mau kerja soalnya" Galang menawarkan dirinya untuk mengantarkan aku.

"Ga usah, kalau kamu mau anter aku nanti kamu telat, aku pake taksi aja."

"Buruan naik, disini susah cari taksi lagian kalau jalan sekarang masih keburu kok." Galang menyodorkan sebuah helm cadangan kepadaku, kenapa dia bawa helm dua ?

"Boleh tanya ga, kamu tumben bawa helm dua ?" penasaran aku pun bertanya.

"Tiap kerja gua emang selalu bawa helm dua, soalnya pas pulang temen gua selalu nebeng balik ntar." 

"Oh kalian searah?" Duh, aku keliatan penasaran banget ga ya.

"Ga juga gua cuma ngantar sampai stasiun kereta aja, udah malam sekalian aja gua antar. Emang kenapa?"

"Oh gitu, gapapa kok cuma pengen tahu aja" ah lebih baik jangan terlalu banyak bertanya, nanti dikira cewek agresif. 

Jalanan benar - benar padat, kami melalui jalan tikus untuk menghindari kemacetan. Aku tau ini terkesan berlebihan, tapi aku senang bisa membonceng motor dengannya. Jadi ingat masa - masa SMA saat sekolah dulu, Galang selalu mengantarku pulang ke rumah. Dia bahkan tidak pernah mengizinkan aku untuk menaiki bus umum, takut aku dicolek orang.

Tapi sayang sekarang cuma sekedar numpang saja tidak ada yang spesial. 

"Rin, kita udah sampai." Galang menyadarkan lamunanku, ternyata dari tadi aku melamun dijalan.

"Eh udah sampai, makasih ya tumpangannya"  aku memberikan helm kembali padanya.

"Galang ....  hari minggu mau kemana?" tanyaku pelan.

"Belum ada rencana sih, paling bantu - bantu temen gua pindahan, kenapa?"

"Oh gitu.... gapapa kok hari minggu ada acara festival sekolah di Senayan, kirain kamu mau ikut liat."

"Belum tau, liat nanti deh gua duluan ya" Galang pergi sebelum aku sempat menjelaskan lebih lanjut tentang festival itu. Padahal, sekolah kami mengirimkan beberapa peserta untuk ikut andil di acara itu. Aku sudah berencana pergi kesana besok dengan Gisel. 

********************************************************

Dering lagu Sexy Back, Justin Timberlake kembali berbunyi nama Gisel muncul dilayar ponsel Nokia 3650 milikku. 

"Ya Sel, lu dimana?" Gisel rupanya telat dari jadwal janjian kami untuk melihat festival hari ini. Terpaksa aku pergi sendirian lebih dahulu kesana, sudah terlanjur janji dengan anak - anak kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ripley ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang