Chapter 8

2K 246 0
                                    

Maaf ya readers, aku buat banyak typo di FF ini😧 Jadi gak ngefeel buat lanjut-,
Semoga kalian tetep suka sama FF gajen ini...
*
*
*
*
*
Jiho terbangun dari tidurnya, ia sempat kaget karena, sekarang ia berada disebuah kamar dan tangannya diinfus.
Jiho mengedarkan pandangannya, ia melihat wonwoo yang tertidur sambil duduk diujung ruangan, gadis itu tersenyum
"Oppa!" Panggil Jiho, namun wonwoo tak bangun, bahkan bergerak saja tidak, Jiho berusaha duduk dan turun dari kasur rumah sakit, ia bermaksud membangunkan Wonwoo.

"Hey! Mau kemana..?" tanya wonwoo tiba-tiba, pria itu memegangi lengan jiho agar jiho tidak turun dari kasurnya "oppa, kenapa aku bisa disini?" Tanya jiho, Wonwoo membantu gadis itu duduk dikasurnya.

"aku 'kan sudah bilang kepadamu, aku akan selalu bersamamu... Aku tidak akan membiarkanmu, jatuh ditangan orang lain, kau ini milikku" kata wonwoo, pria itu tersenyum cerah kepada jiho.

"Setelah ini, kau tidak boleh pulang terlalu larut, mengerti!" Omel wonwoo, Jiho terkekeh melihat tingkah kekasihnya ini, Jiho hanya bisa mengangguk.

Seseorang mengetuk pintu kamar Jiho, dan masuklah seorang wanita paruh baya, yang notabenya adalah eomma jiho.

Jiho membelalakkan matanya, ia menarik wonwoo untuk lebih dekat dengannya, dan bersembunyi dibalik punggu pria itu.

"jiho, Ini eomma..." kata wanita paruh baya itu berusaha mendekat kearah jiho, namun jiho terlalu banyak menyimpan benci pada eommanya sendiri, ia hanya diam dan meremas kaos wonwoo.

"Oppa, aku ingin pulang" kata jiho pada wonwoo, Gadis itu hanya malas untuk melihat eomma yang selama ini tidak begitu memperhatikannya, dan memaksanya untuk menikah dengan pria yang tidak ia cintai.

Wonwoo membalikkan badannya, dan menatap jiho teduh "jiho... dia eommamu, setidaknya kau mengucapkan salam kepadanya" kata wonwoo mengusap kepala gadis itu, Jiho menatap tajam kearah eommanya dan menggeleng.

"aku tidak punya eomma, oppa apa ada? Seorang ibu yang selalu mengekang anaknya, Bahkan dia tidak mengerti seperti apa penderitaanku. Oppa, ayo pulang, aku hanya ingin bersamamu" kata Jiho, air mata gadis itu sudah mengalir sekarang.

"Maaf ahjumma, aku harus membawa jiho kembali ke seoul, Tolong... jangan menambah bebannya" kata wonwoo, eomma jiho hanya bisa menangis dan pasrah dengan apa yang jiho inginkan, Ia tak habis pikir... bahwa banyak penderitaan yang diderita putrinya sendiri karena dirinya.

Wonwoo membantu jiho untuk berdiri, dan turun dari kasur rumah sakit perlahan-lahan, sebelum pergi wonwoo membungkuk lalu pergi keluar ruangan sembari terus membopong Jiho.

Wonwoo membawa jiho masuk kedalam Mobilnya, selama perjalanan jiho hanya diam memandang keluar jendela, wonwoo mengusap kepala jiho lembut... namun matanya tetap tertuju pada jalanan didepannya "Jiho, menunggumu bangun selama 4 hari adalah hal yang kubenci" kata wonwoo, Jiho menoleh menatap wonwoo tak percaya .

"Aku tidur selama 4hari?" Tanya jiho tak percaya, wonwoo terkekeh dan mengangguk "kau melompat disaat mobil berjalan, apa kau gila? Bagaimana kalau kau meninggalkanku?" Celoteh wonwoo lagi "aku melakukan itu, karena mu" sahut jiho, gadis itu berdecak kesal lalu kembali menatap keluar jendela.

"Soal eommamu, Kau benar-benar tidak boleh melakukan itu padanya...Mengerti?" Gadis itu hanya diam, tidak menyahut perkataan wonwoo, entah mengapa ia sangat malas membahas eommanya sekarang.

"Jadi aku sekarang hanya tembok ya? Baiklah..." Goda wonwoo, Jiho menoleh dan menatap pria itu tajam, Wonwoo hanya terkekeh.

***

Wonwoo mengantar jiho keapartemennya untuk mengambil beberapa barang gadis itu, untuk dibawa kerumah wonwoo.

ya, wonwoo meminta untuk sementara ini Jiho harus tinggal diapartemennya.
"Apa sudah selesai?" Tanya wonwoo sambil melihat gadis itu yang menarik koper hijaunya, Jiho mengangguk dan tersenyum tipis.

Wonwoo mengambil koper jiho dan menariknya keluar apartemen Jiho "Oppa, apa kau juga akan melarangku datang kesekolah?" Tanya Jiho, Wonwoo terlihat seperti berfikir...

"Kita lihat saja nanti, kalau memang kau sudah mampu... Tidak masalah" jawab wonwoo, Jiho mempoutkan Bibirnya dan berjalan mendahului pria itu, wonwok berhasil dibuat gemas dengan tingkah laku jiho yang begitu menggemaskan.

"Astaga! Ponselku!" Kata jiho tiba-tiba, ia terlihat mencari-cari ponselnya "Oppa, ponselju hilang?" Tanya jiho pada wonwoo "sudah rusak, nanti akan kuantar membeli yang baru" jawàb wonwoo santai.

***

Jiho sedang berada didapur apartemen wonwoo, ia membantu eomma Wonwoo memasak untuk makan malam
"Tanganmu cukup cekatan, apa kau sering memasak dirumah?" Tanya eomma wonwoo ramah, Jiho terkekeh dan mengangguk

"Beruntungnya putraku memilikimu" sambungnya, Jiho menoleh... Pipinya merona sekarang, ia benar-benar malu mendengar kata kata dari eomma wonwoo yang terkesan seperti sebuah pujian baginya.

(To be continue)

Jangan lupa buat VOMENT^^
Btw makasih buat readers yang bilang FF ini bagus, kamu bikin aku semangat buat lanjut loh^^ terima kasih🙏

I Always In Your Side Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang