Aku lelah sekali. Semalam aku tidak tidur karena masih belum bisa melupakan kejadian kemarin.
Kejadian dimana aku memilih untuk putus hubungan dengan Aldo, lelaki yang aku sayangi dan aku cintai selama ini.
Mataku masih terasa berat karena bengkak.
Ya, semalam suntuk aku menangis tak henti. Aku masih tak percaya Aldo bisa sejahat itu pada ku.
Padahal selama ini aku yakin dia akan menjadi yang terakhir untukku, tapi ternyata pemikiran ku selama ini salah.
Dengan malas aku mengambil iPhone yang kubiarkan tergeletak di meja sebelah kasur.
Melihat ke arah layar iPhone ku, ternyata ada 50 miss call dan itu semua berasal dari Aldo. Dia juga mengirim banyak pesan padaku. Semua isinya tentang permintaan maaf dan pengakuan bahwa ia telah menyesal melakukan itu padaku.
Aku sudah tidak akan peduli lagi dengan ucapan ucapannya itu. Aku sudah berniat melupakan Aldo-mantan kekasih yang brengsek itu.
Tunggu! Ternyata dari sekian banyak pesan masuk Aldo, terlihat satu nama. Nama ini begitu membuatku sedikit tersentak kaget saat melihatnya.
Adit?
Adit mengirim pesan?
Pesan yang kutunggu tunggu selama ini-semenjak aku berpacaran dengan Aldo, Adit sama sekali tidak pernah mengirim pesan pada ku.
Bahkan memberi kabar sedikit pun tak pernah.
Dia memang tidak setuju jika aku berpacaran dengan Aldo.
Dia bilang, Aldo terlihat playboy. Dan ternyata Adit benar, Aldo memang playboy. Seharusnya aku menuruti perkataan sahabatku ini-aku dan Adit bersahabat sejak kecil.
Keluarganya dan keluargaku memang dekat bahkan rumah kami selalu bersebelahan.
Adit yang selalu dipercaya Mami untuk menemaniku sepanjang waktu.
Bahkan Adit yang terus berjaga saat aku terbaring di rumah sakit selama seminggu.
Orang tuaku sering pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Maka Adit selalu diminta untuk menginap di rumah menemaniku.
Adit memang sudah seperti bodyguard untukku dan tentunya dia seperti kakak, saudara, sahabat, atau bahkan lebih dari semua itu.
Biasa nya di saat aku sedih, dia selalu memelukku, membelai rambutku, dan kadang mencium kening untuk menenangkan ku.
Di saat aku menangis dia menghapus air mataku dengan tangan nya yang lembut.
Di saat aku bahagia dia juga ikut merasakan kebahagiaan yang sedang aku rasakan.
Begitulah kami.
Bagai prangko dan surat, bagai pena dan kertas, saling melengkapi satu sama lain.
Tapi itu dulu.
Dulu sebelum aku berpacaran dengan Aldo.
Dulu sebelum dia menghilang.
Dulu sebelum dia meninggalkan ku.
Sebelum kami berpisah.
Aku membuka pesan dari Adit, isinya
From:Lovelyboy
Aku merindukanmu.Tanpa berpikir panjang aku langsung membalas pesan nya itu,
To:Lovelyboy
Aku juga. Call me dit.Tak lama kemudian iPhone ku berdering, nama Adit sudah terpampang jelas di layar, aku pun mengangkat nya.
"Hey cantik."
Suaranya yang terdengar dari sebetsng telfon tak berubah, serak serak basah. Aku suka. Terutama saat dia memanggilku sebutan itu.
"Hey dit . Kamu kemana aja selama ini? Aku merindukan mu, sangat merindukanmu. Kenapa selama ini kamu menghilang? Kenapa nggak kasih kabar ke aku?"
Terdengar suara ku lirih.
"Ceritanya panjang. Nanti aku ceritakan kalau kita bertemu. Kamu kenapa?"
"Aku? Aku nggak kenapa kenapa kok."
"Bohong! Please jangan berusaha membohongi ku."
"Aku baik baik aja dit."
"Kamu bohong Tiara. Aku kenal kamu udah dari kecil, aku tau semua tentang kamu. Bahkan aku hafal dengan suaramu. Please jujur."
"Oke aku jujur, akan kuceritakan semuanya. Saat kita bertemu."
"Kita sudah bertemu."
"Bukan bertemu lewat telepon seperti ini yang aku maksud dit."
"Aku tau Tiara. Aku tidak bodoh. Coba sekarang kau buka pintu kamarmu."
"Memangnya ada apa dit? Jangan menakutiku. Aku sedang dirumah sendirian."
"Siapa yang ingin menakutimu? Cepat buka Tiara. Lakukan saja apa yang aku perintahkan."
"Iya iya."
Aku bangkit dari tempat tidur ku dan berjalan menuju pintu untuk membukanya.
Saat pintu terbuka, terlihat seorang pria sedang berdiri membelakangi pintu. Tubuhnya tetap dan jangkung. Aku tidak asing dengan bentuk tubuh seperti ini.
Tak lama kemudian, dia berbalik badan.
"Adit? Sejak kapan kamu disini?" Kataku sambil tak percaya.
"Aku merindukanmu."
Tangannya menarik ku mendekati tubuhnya dan seketika aku berada dalam pelukannya yang hangat.
Aku bisa merasakan detak jantungnya dengan jelas. Dan sekarang detak jantungnya bertempo lebih cepat.
"Kamu kemana aja selama ini dit? Kamu jahat udah ninggalin aku tanpa kabar. Kamu jahat udah bikin aku khawatir." Tanganku memukul pelan dadanya yang bidang itu.
"I'm so sorry my princess." Dia berusaha menghentikan pukulan yang ku layangkan pada dadanya itu.
Dia melepaskan pelukannya yang sedari tadi melingkari badan ku.
Matanya menatapku dalam. Seolah ada sesuatu yang aneh di hadapan nya.
Dia pun bertanya padaku,
"Ada masalah apa?""Maksudnya?" tanyaku heran tak mengerti apa yang sedang dia bicarakan.
"Ada masalah apa?" Tanya nya sekali lagi.
"Tidak ada."
"Bohong."
"Tidak."
"Bohong."
"Aku baik baik saja."
"Lalu kenapa matamu bengkak seperti itu? Kamu semalam menangis kan? Apa ada masalah dengan pacarmu itu?"
Sial. Kenapa tebakan nya benar? Dari mana dia tau kalau aku sedang bermasalah dengan Aldo?
"Dari mana kamu tau?"Aku menunduk tak ingin melihat mata nya yang sedari tadi mencoba mencari kejujuran di mata ku.
"Aku hanya menebak. Lagi pula kamu tidak akan mendapatkan masalah lain dalam hidupmu, kecuali masalah yang ditimbulkan oleh laki-laki itu."
"Huft."
Don't forget to vomment guys:)
I hope you like my story.
Muah muah:*
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need
RomanceAku tersadar, selama ini kau benar-benar ada untukku. Kau selalu membuat ku bahagia dan nyaman berada di samping mu. Kau peduli dengan kehidupan ku, kau mengerti aku. Kau segalanya untukku. I NEED YOU