Adit (Bunda)

549 5 0
                                    

Sekarang aku bergegas menuju rumah. Sebenarnya aku tidak ada janji dengan teman atau siapapun. Aku hanya ingin pulang ke rumah cepat cepat. Karena aku khawatir dengan kondisi bunda. Bunda terserang penyakit kanker. Memang tak disangka bunda bisa terserang penyakit seganas itu. Aku pun sebagai anak kandungnya sangat tidak percaya bunda terserang penyakit itu. Bunda sangat menjunjung tinggi pola hidup sehat. Tapi mungkin ini semua adalah cobaan dari sang pencipta untuk keluarga kami, terutama untuk bunda sendiri. 3 tahun belakangan penyakit yang diderita bunda menggerogoti tubuhnya. Dan setahun belakangan bunda baru memberitahukan semua yang ia sembunyinkan kepada ku. Awalnya aku sangat tidak mempercayai kenyataan ini, tapi mau bagaimana lagi ini sudah terlanjur terjadi.

Bunda tidak mengizinkanku memberi tahu pada siapapun. Termasuk Tiara. Bunda hanya tidak ingin Tiara khawatir akan keadaannya. Itulah yang membuatku merahasiakan semua ini.

Aku tau, aku banyak berbohong pada Tiara. Aku berbohong tentang kepergianku setahun terakhir ini. Aku memang mengatakan bahwa aku pergi ke Australia untuk belajar padahal sebenarnya aku pergi untuk menemani bunda melakukan perawatan disana. Aku tidak ingin Tiara berpikiran macam macam tentangku maka dari itu aku menyembunyikan kepergian ini.

Selama perawatan keadaan bunda terus membaik. Maka dari itu dokter mengizinkan bunda untuk kembali ke tanah air dan melakukan rawat jalan disini. Setiap minggu aku harus mengantar bunda ke rumah sakit untuk check up keadaan beliau.

Terakhir kali bunda melakukan check up, dokter mengatakan bahwa keadaan bunda terus membaik. Tapi tadi saat aku sedang berada di rumah sakit menemani Tiara, Sarah menelepon ku. Sarah adik perempuan ku satu-satunya. Hanya dia yang menemani bunda saat aku sedang bersama Tiara. Sementara itu ayahku sudah terlebih dahulu meninggalkan kami karena kecelakaan pesawat saat penerbangan ke Singapura untuk mengurus bisnisnya. Jadi hanya Sarah yang bertugas menemani bunda saat ini.

*flashback on

Drrtt drrttt

iPhone  ku bergetar, aku mengambilnya dari saku kanan celana jeans ku dan terlihat nama Sarah disana. Tanpa berlama lama aku langsung menerima telepon darinya dan langsung keluar,membiarkan Aldo menemani Tiara yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Ada apa sarah?"

"Bunda kak."

"Bunda kenapa? Baik baik aja kan?"

"Enggak kak. Tadi waktu aku nemenin bunda check up, dokter bilang penyakit bunda kambuh lagi."

"Kenapa bisa kambuh lagi? Bukannya dokter waktu itu bilang kalo bunda baik baik aja."

"Iya kak, tapi tadi dokter bilang keadaan bunda menurun drastis."

"Sekarang kamu dimana?"

"Dirumah kak."

"Kok dirumah? Kenapa nggak di rawat inap aja. Kamu ini gimana sih dek nggak becus banget ngurusin bunda. Harusnya kamu inisiatif dikit,kalo tau keadaan bunda menurun langsung dirawat inap. Eh ini palah diajak pulang lagi, nanti kalo bunda kenapa kenapa gimana? Kamu mau tanggung jawab?"

"Kakak bisa nggak sih tenang dulu! Aku udah ngomong sama bunda tadi, tapi bunda nggak mau. Bunda mau nunggu kakak dulu baru mau ke rumah sakit buat rawat inap. Makanya kakak buruan pulang sekarang, kasihan bunda daritadi nyariin kakak."

"Yaudah tunggu, kakak pulang sekarang."

"Cepetan kak."

"Iya"

Tuuuuuttt

Telepon terputus.

Aku memasukkan lagi iPhone ke dalam saku celanaku, dan saat aku  membalikkan badan ingin masuk ke kamar inap Tiara, Aldo ternyata sedang berdiri menghadapku.

I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang