5

275 18 0
                                    

Senja memantul di meja kaca,memperlihatkan wajah mungil Reina yang sedang tersenyum menuliskan sesuatu di selembar post-it berwarna pink. Beberapa hari belakangan setelah kejadian unlucky-things yang menimpa dirinya, entah mengapa Reina mulai kembali dengan post it – post it miliknya. Menulis beberapa kalimat dan menempelkannya pada 'post-it wall' di dalam kamarnya.

''I don't know what it is,but its so amazing''-R

Reina tersenyum simpul kemudian bangkit dari tempat duduknya berjalan menuju post-it wall yang berada tepat di atas tempat tidurnya.

"Dek"

Reina menoleh kearah Rian yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan secangkir green tea di tangannya.

"I think something happened" ujar Rian yang kini duduk di kursi Reina tadi "udah lama abang gak pernah liat kamu nulis di post-it "

Reina berjalan sedikit sempoyongan lalu duduk di pinggiran tempat tidurnya,menggendikkan bahunya keatas

"I think so,bang" Reina tersenyum manis menatap Rian yang sedang menyeruput green tea panasnya, Rian selalu menyukai Green tea katanya itu sungguh nikmat dan menyehatkan bahkan sesekali Rian berucap jika dalam waktu dekat ini dia harus membuka sebuah kedai kecil untuk penikmat teh sepertinya.

"lagi jatuh cinta yah?" Tanya Rian

"em nggak tau deh" jawab Reina cengengesan "kalo di bilang cinta sih belum tentu,abang kan tau Rere gimana"

Beberapa saat suasana kamar Reina terasa hening, mereka sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Hingga akhirnya Reina membuka suara "jadi abang mau ngomong apa?"

Rian meletakkan cangkirnya di atas meja dan menatap adik semata wayangnya itu lekat. Reina tidak pernah bisa membaca raut wajah Rian walaupun mereka telah hidup belasan tahun lamanya. Rian lumayan sulit untuk di tebak,setidaknya itu yang Reina pikirkan

"im tasting the stars" ujar Rian berbinar menirukan gaya pelayan yang ada di film The Fault In Or Stars

"Bang that's not the point" timpal Reina

Rian menghela nafasnya pelan sebelum berucap "jadi kamu akan kemana setelah lulus sekolah?" tanya Rian akhirnya

Reina mengalihkan wajahnya menatap jendela kamarnya yang besar dan menaikkan kedua bahunya

"I don't know, ke Inggris mungkin em atau tetap disini" jawab Reina malas "gue cuman belum tau harus kemana bang,itu aja" lanjut Reina

Rian menganggukkan kepalanya mengerti lalu tersenyum mendekati adiknya dan merengkuhnya kedalam pelukan. Reina membalas pelukan abangnya menenggelamkan kepalanya di dada bidang Rian. Aroma parfum bvlgari extreme yang menyeruak dari badan Rian memberikan ketenangan pada Reina. Dia selalu menyukai aroma parfum abangnya itu, sangat menggambarkan kepribadiannya yang casual dan hangat.

"you know Re,it doesn't matter what you'll be, becasuse i will always here for you" Ujar Rian mengelus pelan rambut Reina "lo satu-satunya yang abang milikin saat ini dan abang gak mau kehilangan kamu lagi"

"iya bang gue tau,lo juga satu-satunya orang yang gue milikin" Reina makin mempererat pelukannya

"puncak yuk?" tawar Rian

Reina langsung melepaskan pelukannya dan menatap Rian berbinar "seriously?"

"yups,besok kamu libur kan?" Reina mengangguk semangat "gue ajak teman gue yah? Hem hem kan lo anaknya gak bisa di ajak geol bang,sekalian ngeramein suasana" Reina memasang wajah memelasnya memohon agar Rian mengiyakan permohonannya

Hello Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang