17

209 9 0
                                    

Jessica berjalan menuju kearah Azka yang diam membeku di depan pintu rumahnya, ada banyak hal yang terlintas di otak Jessica saat ini, dadanya naik turun menahan emosi,kecewa dan sedih melebur menjadi satu seperti reaksi kimia yang memiliki tekanan tinggi dan meledak. siapa gadis tadi, apa hubungan mereka dan sikap manis Azka tadi seharusnya itu selalu menjadi miliknya sejak dulu hingga sekarang.

"Azka kita perlu bicara" ucap Jessica tepat di hadapan wajah Azka.

Azka memutar bola matanya berusaha menahan gejolak emosi di dadanya.

"ngomong aja disini, gue ada keperluan" jawab Azka tidak senang

"Nggak, please we need to talk but not here" ujar Jessica memohon, memperlihatkan sisi yang paling Azka benci.

Perkataan Ibu Azka lalu kembali terngiang di kepalanya, mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya. Jessica tidak bisa terus menerus menunggu dan dia tidak bisa menghindar untuk waktu yang lebih lama lagi. Setidaknya apa yang ada di pikirannya harus tersampaikan saat ini juga.

"okey, lo tunggu bentar"

Azka berjalan agak terburu-buru menghampiri mobil Chevrolet Trax berwarna merah berpadu hitam milik Andika, mengetuk kaca mobilnya. Andika membuka kaca mobilnya dengan kerutan di keningnya.

"Dik, lo duluan aja gue harus nyelesein sesuatu dulu" ucap Azka melirik Reina yang berada di samping Andika sedang asyik melamun sesekali menggigit bibir bawahnya. Andika mengangguk "oke deh"

"thanks ntar gue nyusul" ujar Azka, hendak berbalik meghampiri Jessica yang menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya dan tidak sabaran.

"nggak" sela Reina sebelum Azka benar-benar beranjak dari posisinya, Andika dan Azka kompak menatap Reina dengan tatapan bingung " I mean, lo gak harus ikutan balik ke apart gue. Selesain masalah lo dulu lagian hari ini Bang Iyan juga udah balik kok, dia barusan sms gue, iyakan Dik?" ujar Reina seolah memberikan kode kepada Andika agar lelaki itu mengiyakan ucapannya.

Sejujurnya Andika tidak tahu apa yang Reina katakan tapi dia bisa mengerti apa yang di rasakan sahabat kecilnya tersebut, mungkin Reina butuh waktu dan Reina butuh penjelasan. Walaupun di sini antara Reina dan Azka tidak memiliki hubungan apa-apa.

"eh iya, gue juga gak nginep kok" Ujar Andika "yaudah kita balik" Andika segera menutup kaca mobilnya menatap Reina yang menghela nafasnya dengan berat seakan ada ratusan kerikil-kerikil kecil yang tertampung di dalam tenggorokannya.

*

Jessica sudah berdiri di dekat mobilnya menunggu Azka dengan tidak sabaran, lelaki itu berjalan dengan malas lalu segera menyambar kunci mobil yang berada di genggaman gadis yang pernah mengisi hari-harinya tersebut. tanpa bicara sepatah kata pun, Azka melajukan mobil menuju ke salah satu café yang dulu mereka sering datangi jika ingin berkencan atau hanya sekedar ngobrol tentang hal-hal yang mereka alami selama sepekan, seperti kebiasaan mereka di tiap minggu mereka akan menceritakan kejadian apa saja yang mereka alami.

Azka mencari kursi yang letaknya berada di pojok café, dia butu tempat yang nyaman untuk berbicara serius.

Azka memandangi jendela dengan tatapan kososng seolah menerawang ke masa lalu, dulu di tempat ini semuanya terasa indah dan menyenangkan. Kendaraan berlalu-lalang memadati gelapnya malam yang dijatuhi partikel-partikel bening dari langit, hujan mengguyur kota Jakarta seolah menjadi saksi bisu bahwa sang pemilik hati mengalami gunda gulana.

Sudah sekitar 30 menit mereka duduk saling berhadapan namun tak satu pun yang membuka suara, seolah satu kata yang terlontar akan menjadi boomerang. Aazka terus mengetuk-ngetukkan sepatunya di atas lantai sedangkan Jessica tidak melakukan pergerakan selain memainkan sedotan minumannya.

Hello Rain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang