part 3

139 5 0
                                    


*****
Part 3

Kak Bian menunjukkan bunga mawar merah lecek ditangannya, melihat kondisi bunga yang terlihat parah aku yakin itu bunga pemberian kak Dirga. Aku menghela nafas kembali.

"Bunga itu mengapung nona cantik.." kata kak Bian.

Iya ya, bodoh amat aku ini.

Astaga, kenapa kak Bian jadi begini sih. Jangan-jangan dah desperate karena dipaksa Mama kawin. Dengan perlahan aku berjalan mendekati arah kak Bian yang kini mengulurkan tangannya untuk membantuku. Ku ulurkan tanganku lalu menggenggamnya erat dengan dua tangan hingga tubuhku terangkat keatas.

Kak Bian segera meraih handuk dan menyampirkannya di kepalaku "sebaiknya kamu cepat berendam air hangat dan tidur.." perintah kak Bian.

"Baik kak.."kataku sambil memeluk tubuhku sendiri lalu berjalan masuk ke dalam paviliun untuk berendam dan mencari cara agar lepas dari kak Bian.
Gara gara aksi heroik ku semalam, pagi ini aku sukses kena flu. Ayah menancapkan termometer di mulutku, kepalaku lumayan berat dan dengan telapak tangan di letakkan di dahi, aku tahu aku juga sedang demam.

Ayah mencabut termometer setelah bunyi alarm menguar dari alat kecil yang sangat bermanfaat. "39. Ayah akan minta ijin Bu Helena buatmu.." ujar ayah.

Kak Bian yang telah siap dan rapi lengkap dengan jas dan dasinya menatapku khawatir. "Om Dicky berangkat saja, biar saya yang merawat dia.." kata kak Bian yang langsung di jawab anggukan oleh ayah.

Kak Bian melepas jas dan dasinya lalu menggulung kemejanya hingga siku sambil berjalan keluar kamar. Beberapa saat kemudian ia kembali membawa nasi lembek dan sup ayam juga obat penurun panas. Kak Bian duduk di sebelah ranjang lalu menyuapiku "gadis bodoh. Hanya demi bunga sampe demam.."

"Itukan bunga dari kak Dirga. Aku rela kok.." cicitku.

Kak Bian mendengus dan geleng geleng kepala.
Setelah nasi sup ayam habis, kak Bian menyuapiku obat penurun panas. "Sekarang tidurlah, kakak ada disini. Kalo perlu apa apa bilang kakak.." aku mengangguk nurut sama kak Bian.

Lamat lamat kudengar kak Bian meng-cancel semua jadwal meetingnya.

"Rancangan azimuth thruster sudah ada di meja saya. Kerjakan sekarang. Kimmy, cancel semua jadwal saya.."kata kak Bian melalui sambungan telponnya.

Hpku berbunyi, aku segera meraih hp yang selalu tak jauh dariku.

"Halo.."

"Aku Dirga. Bunga yang kukasih kemarin udah kamu terima belum.."

Wajahku sumringah, rasanya sakitku sekarang sembuh.

"Iya kak. Bunganya bagus banget. Terima kasih.." jawabku senang.

"Kamu kuliah hari ini.."

Kak Bian tiba tiba merebut hpku "Nicky sedang sakit. Dia butuh istirahat. Selamat pagi.." ucap kak Bian datar dan segera meletakkan hp diatas meja dan aku yakin hpku pasti di nonaktifkan.

Aku melirik kak Bian dengan bibir mengerucut. Kak Bian ih. Ck, ganggu aja. Nanti apa kata kak Dirga coba.

Kak Bian melirikku "udah cepetan tidur.."
"Iya iya. Kakak, kak Dirga cowok baik. Sekali kali biarin aku pacaran ya kak.." rajukku sambil meletakkan kepalaku di atas bantal.

"Dunia tahu keluarga Jayanata menyayangimu seperti keluarga sendiri. Kamu harus hati hati, siapa tahu mereka mendekatimu untuk memanfaatkanmu mendekati kami.."

"Kak Dirga gak akan begitu kok. Kakak.." nahlo mulai deh jurus manja lengkap dengan puppy eyes ditambah demam pasti wajah melasku dah sekelas kucing kecebur got.

"Ya udah. Kamu boleh pacaran.." kata kak Bian membuatku ceria dan segera duduk dengan senyum merekah.

Kak Bian tersenyum "tapi sama kakak.."

Ya..aku langsung lemes. Mending tidur aja dah.

"Kenapa, kakak kan ganteng, keren, kalo mau sama kakak ntar kakak buatin yacht kayak punya Tom Cruise.."

Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut "aku bukan penderita kelainan brother complex kak.."

"Kakak bukan kakak kandung, juga bukan kakak sesusuan juga bukan kakak tiri.."

"Auh ah. Pusing mau tidur aja.."
Selimut yang menutupi kepalaku di buka lalu kak Bian mencium keningku "Get well soon honey.." bisiknya sebelum ia mengambil laptop dari tasnya lalu rebahan di sampingku dan kak Bian kembali dengan pekerjaannya.

"Kak Bian pacaran aja sama laptop.." gumamku lirih sebelum aku tidur terlelap.

2 hari aku serasa di penjara sama kak Bian, dia menjagaku dari pagi hingga ayah pulang. Meninggalkan pekerjaannya hanya demi menjagaku padahal saat kak Bian sakitpun tak pernah meninggalkan pekerjaannya. Katanya pekerjaan bisa di handle dari rumah sementara meeting yang bisa diwakilkan akan diwakilkan dan yang tidak bisa diwakilkan masih bisa ditunda. Ck ck ck, padahal aku ini hanya kena flu. Parah kalo punya kakak super over-protective kayak dia.

Kembali ke perjanjian awal, pagi ini kak Bian mengantarku kuliah. Aku meliriknya sebal, sedari pagi menceramahiku tentang kak Dirga agar aku berhati hati padanya. Astaga kak Bian, kalo kakak terus menjagaku begini kapan aku punya pacarnya. Masak iya sama tukang las kapal, orang orang kantor anak buah kak Bian aja pada takut melihatku. Gak jelas deh kenapa alasannya, padahal aku yakin beberapa ada yang suka melirikku contohnya Mas Arya di bagian pengembangan, terus kak Surya dirut PT. Lautan Pacific trus kak Andra kepala staf marketing.

Kak Bian melirikku "udah jangan bengong. Atau kita pulang aja, kakak bisa meng-schedule ulang jadwal kakak.."
Aku mendengus sambil menatap jalanan dari samping jendela "kak Bian, cepetan cari pacar gih. Biar gak gangguin aku terus.."kataku merajuk.

"Kakak maunya cuma sama kamu. Gak sama yang lain.."

"Cewek yang dari fork company kan cantik kak. Atau Renata tuh artis papan atas yang juga suka ngejar kakak. Diakan cantik.."

"Nih anak ya!. Susah dibilangin, kalo kamu ngerengek terus. Kakak bakal ngeluarin Dirga dari kampus.."

Mulai deh sifat songongnya muncul

"Kamu itu masih terlalu muda, lugu dan polos. Kakak gak mau kamu diapa apain sama cowok gak tanggungjawab.."

Mobil berhenti di pelataran kampus. Aku mendengus dan membiarkan kak Bian membuka seatbeltku. Kulirik wajah kak Bian yang dihiasi senyuman manis semanis gula batu, karena sebal kubenturkan kepalaku ke kepalanya lalu nyengir kuda.

Aku membuka pintu mobil dan menutupnya agak kasar. Jendela mobil terbuka membuatku sedikit menunduk menatap wajah kak Bian.

"Ntar aku jemput jam 12. Selamat belajar cantik.." kata kak Bian yang lagi lagi membuatku sebal.
Apa begini rasanya punya kakak laki laki. Kata Rena kakaknya gak separah kak Bian, palingan kak Roni marah saat Rena telat pulang atau ketahuan bolos sekolah. Sedang kak Bian dia udah ngalah ngalahin ayah bahkan suami posesiv sekalipun. 19 tahun hidupku bersamanya, hubungan kami memang terlalu dekat. Aku satu satunya wanita yang bukan keluarga yang dekat dengannya dan membuatku kehilangan orang orang yang PDKT sama aku karena sikapnya yang suka mengintimidasi setiap cowok yang mendekatiku. Bahkan Rude cowok yang membullyku dari SD sampe SMA aja kalah sama kak Bian.

Kuliah berakhir jam 12 kurang 15 menit, kak Dirga cowok terkeren di mataku tiba tiba masuk ke kelasku. Rena mengedipkan sebelah mata meninggalkan kami berdua. Kak Dirga tampak gagah mengenakan kemeja hijau lumut dengan jaket coklat kehijauan dan skinny jeans biru.

Kak Dirga membalik kursi dan duduk di depanku "Kemarin aku main ke rumahmu tapi kata pembantu rumah, kamu gak bisa dikunjungi. Tapi, melihatmu sekarang aku senang. Kamu udah sehatkan.."

Kak Dirga datang ke rumah, dia mengkhawatirkanku. OMG. Aku menyelipkan anak anak rambutku ke belakang telinga. "Aku cuma kena flu, makasih ya kakak udah mengkhawatirkanku.."

"By the way, cowok yang ngangkat telponmu. Fabian Jayanata ya, kamu dekat banget sama dia sampe diantar segala.."

*****
Baca kelanjutannya!!

Vote and coment

Luv im

RAINBOW AFTER STROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang