part 8

103 3 0
                                    

*****
Part 8

Mobil berjalan memasuki parkiran, sekali lagi kuhapus airmataku "Rahasiakan pertemuanku dengan wanita tadi ya, mang. Juga tentang, aku menangis. Aku tidak mau membuat orang rumah khawatir.." kataku sebelum aku melangkah keluar.

"Rebes nyonya.." goda Mang Asep membuatku meliriknya sambil mendesis.

Papa, ayah dan Kak Bian makan makanan mereka sambil tersenyum senang.

Ayah mengacungkan sumpitnya "inilah enaknya punya calon mantu yang sudah dikenal. Tahu sekali makanan favorit calon mertuanya.." goda papa.

Kak Bian tersenyum dengan mulut penuh makanan begitu pula ayah. Tiba tiba pintu ruangan papa terbuka, sekretarisnya yang bernama bu Rita masuk.

"Maaf pak, Mr. Fork datang berkunjung. Apakah.." kata kata bu Rita terpotong saat seorang pria bule paruh baya masuk dengan wajah penuh amarah.

"We need to talk now.." kata Mr. Fork yang segera duduk di kursi tamu.

Mr. Fork sempat menatapku dari kepala hingga kaki sebelum ia memandang makanan kami.

Papa memukul sandaran kursi lalu menghela nafas. "Kalian keluar dulu. Papa ada tamu. Terima kasih makan siangnya sayang.." kata papa.
Kak Bian segera kembali ke pekerjaannya membiarkanku duduk di depannya tanpa berbicara. Cukup lama aku duduk di depan kak Bian namun kehadiranku tak digubrisnya. Pintu ruang kantor terbuka bu Kimmy masuk diikuti Luciana yang memakai pakaian mini melenggang masuk menilaiku dengan tatapan merendahkan lalu mendekati kursi kak Bian. Kak Bian melirik Luciana lalu menatapku, ia bangkit dan mengajakku pergi.

Luciana menekuk wajahnya sambil menghentakkan satu kaki "sebentar lagi dia milikku. Nikmati saja masa masa indahmu.." kata Luciana saat aku melewatinya.

Kak Bian membalikkan badan menatap Luciana dengan penuh amarah. Sungguh ini bukan seperti kak Bian yang takut wanita "jaga ucapanmu. Sampai mati, aku mencintai Nickita.." kata kak Bian penuh penekanan.

Luciana menyedekap sambil mencibir, kak Bian mengangkat tangannya marah.

"Kakak.."kataku menahan tangan kak Bian yang siap melayang.

Kak Bian menggenggam tanganku erat dengan nafas terengah engah menahan amarah. "ayo.." kata kak Bian sambil menarik tanganku. []

Infotainment, majalah, koran dan berita melalui media online berisi tentang berita mengenai pertunangan kami dan dihubungkan dengan skandal yang masih saja ditutupi oleh ayah. Di media online lebih jahat lagi dengan menyebutku tak tahu malu, tak tahu diuntung dan masih banyak lagi bahkan beberapa menghina ayah malah ada yang menghina keluarga Jayanata.
Papa, mama, ayah, aku dan kak Bian duduk di ruang keluarga sambil mengikuti berita mengenai pertunanganku.

"Aku sudah memprediksikan berita yang muncul pasti dikaitkan dengan 20 tahun lalu.." ujar papa.

Mama memicingkan mata "aish. Begini ini yang bikin negara kita gak maju. Pemikirannya sempit, yang lalu urusan lalu kenapa di ungkit ungkit.."

Ayah mengangguk "maafkan saya pak, bu.."

Aku menatap wajah tiga orang paruh baya sambil menautkan dua alisku. "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi 20 tahun lalu. Aku yakin ini ada hubungannya denganku.."

Ayah hanya menatapku tanpa menjawab.

"Katakan ayah atau aku harus mencari tahu sendiri. Apa ini berhubungan dengan ibu.." desakku.

Papa menghela nafas "ada baiknya Nicky tahu duduk permasalahannya.."

Ayah mengangguk "saya akan mengatakannya secara 4 mata dengan Nicky. Saya mohon pengertiannya.."

Papa mengangguk angguk "ya..ya..katakan saja seperti maumu.."

Airmataku tiba tiba menetes saat tahu kebenaran tentang ibu dari cerita ayah. Aku membungkam mulutku menahan diri untuk tidak histeris.
Ibuku dulu tinggal di paviliun rumah keluarga Jayanata bersama ayah dan kakek. Saat itu kakek adalah asisten CEO Darmono Jayanata ayah dari papa sedang ayah adalah asisten wakil CEO yang adalah papa. Ibu seorang janda beranak 1 saat menikah dengan ayah, putrinya masih berusia setahun saat itu. Kehidupan rumah tangga ayah dan ibu awalnya baik baik saja hingga tiba tiba ibu mengatakan bahwa putrinya yang bernama Bianca adalah hasil dari hubungan gelap bersama papa. Alasan mengapa ibu menikah dengan ayah tak lain adalah untuk melancarkan keinginannya untuk bersatu dengan papa.

Saat itu keluarga Jayanata dan Rahardian menjadi gempar, bahkan opa Darmono dan kakek masuk rumah sakit karena anfal. Papa melakukan tes DNA pada Kak Bianca dan setelah hasilnya keluar papa membuat conferensi pers untuk meluruskan masalah yang dibuat ibu. Papa dan ibu memang pernah saling mencinta namun kejadian itu sudah sangat lama bahkan sebelum papa menikah dengan mama. Saat tahu papa di jodohkan dengan mama, ibu tak terima apalagi saat mengetahui papa sangat mencintai mama. Ibu pernah move on dan menikah dengan seorang pria hingga lahirlah kKak Bianca, namun cinta ibu kepada papa masih sangat besar hingga timbul satu cara mendekati papa yang tak lain adalah menikah dengan ayah yang seluruh dunia tahu ayah tinggal di paviliun papa. Itulah alasan ibu menikah dengan ayah hingga ibu mengandungku, buah cinta ayah pada ibu.
Saat ayah tahu kebenarannya, Ayah berang bukan main hingga membuatnya kalap dan mengusir ibu namun niat itu urung karena saat itu ibu mengandung. Akhirnya ayah memilih pergi dengan ibu dan tinggal di mess karyawan hingga ibu melahirkanku. Saat aku lahir, ayah melakukan tes DNA padaku dan setelah tahu aku anak kandung ayah, ayah membawaku dan menceraikan ibu. Keluarga Jayanata yang tahu kondisi ini membawa ayah kembali ke paviliun dan sejak saat itulah aku secara tidak sah diangkat anak oleh keluarga Jayanata dan mengasuhku sama dengan kak Bian yang selisih usianya 9 tahun dariku.

"Sejahat itukah ibu. Keluarga Jayanata begitu baik dengan kita. Ayah, aku tidak mau bertemu ibu. Aku takut.." kataku sambil terisak dan memeluk tubuh ayah.

Ayah menepuk pundakku "Kamu benar benar anak Rahardian. Ayah bangga padamu.."

Kepalaku yang terasa berat kularutkan bersama air kolam. Hanya ini pelarianku, membuang tenaga dan amarahku dengan berenang. Pantas saja wartawan mencerca kami dengan begitu banyak pertanyaan tentang skandal yang sebenarnya tak lain adalah tipu daya ibu.

Tak lelah seusai berenang, kutuangkan pikiranku di atas kertas dengan mendesain dan membuat sebuah boneka kelinci hingga boneka itu kini telah jadi bersamaan dengan ayah yang baru selesai mandi dan sebentar lagi ia akan berangkat bekerja.
Bursa saham bergejolak, saham Jayanata group turun drastis semua akibat berita yang menjadi simpang siur dan terkesan berlebihan. Papa marah besar hingga memukul sandaran kursi "Pasti ada yang menunggangi masalah ini.."pekik papa.

Mama menghela nafas "kira kira siapa pa, lantas apa latar belakangnya sampai mereka tega menyangkut pautkan persoalan ini dengan perusahaan.." kata mama panik.

"Perlu bukti ma, yang pasti para pemegang saham dan investor menjadi resah. Kamu Bian, bagaimana dengan kapalmu.." tanya papa ke kak Bian.

Kak Bian yang duduk di sampingku memeluk tubuhku dari samping "masalah kapal kita bicarakan di kantor pa. Aku gak suka bahas pekerjaan di rumah.."kata kak Bian.

Papa menghela nafas dan meletakkan kacamata bacanya diatas meja. "Semoga kabar yang kudengar tadi sore tidak benar. Kamu tahu, proyekmu sangat berpengaruh pada posisi perusahaan kita.." kata papa sebelum beranjak pergi.

Di kampus, aku melihat berita tentangku yang dianggap Cinderella kesiangan, tak masalah bagiku. Namun berita yang paling membuatku sakit adalah berita tentang kecelakaan kapal terbaru rancangan kakak yang membuat anjloknya harga saham Jayanata.

****

Vote and coment

Luv im

RAINBOW AFTER STROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang