part 10

235 10 9
                                    

Hi! Guy's tetep semangatkan
Baca cerita ini, semoga aja ini
Cerita bakal sukses kedepannya

*****
Part 10

Kelas 1 SMP lagi lagi aku sekelas dengan Rude hingga kelas 3. Rude tetap saja mengintiliku kemanapun kupergi, terkadang dia menyeretku pergi bersamanya ke tempat balapan mobil sampai ke hangarnya. Rude juga satu satunya cowok yang terang terangan ngomong ke ayah dan kak Bian kalo dia suka sama aku dan ingin menjadi pacarku. Berkali kali datang berkali kali diusir tak pernah membuatnya kapok. SMA aku sekelas lagi, awal masuk SMA aku demam tinggi hingga masuk rumah sakit yang ternyata akumulasi depresi karena gangguan dari Rude. Sekolah akhirnya memisahkan kelas kami meski begitu setiap pulang sekolah dia segera mencariku dan mengintiliku. Karena jengah aku mengadu pada kak Bian, keduanya sampai adu otot bertanding judo yang dimenangkan kak Bian. Tapi Rude tetaplah Rude, dia tetap saja menggangguku di sekolah meski tak lagi menyeretku pergi setelah jam pulang sekolah. Masuk kuliah aku bisa bernafas lega karena Rude memilih Harvard sebagai tempatnya mencari ilmu tapi sekarang kenapa dia muncul lagi.
Rude merebut tabku dan mengangkatnya tinggi tinggi. Bocah bongsor ini mungkin akan merongrong hidupku lagi "Rude, tabku.." pekikku sambil melompat berusaha meraih tab.

Rude tertawa bahagia melihatku menderita. "Dari SD sampe sekarang kamu masih sependek ini.." goda Rude. Sialan, aku udah cukup tinggi sekarang. Kamulah yang ketinggian.

Aku menggembungkan pipi sambil mendengus sebal. Aku menyipitkan mata dan berjalan melewatinya begitu saja. Biar saja tabku dibawa toh pasti dikembalikannya walau entah dimana dia akan meletakkannya.

Rude mengikutiku dan merangkul bahuku sambil menunjukkan tab yang dipegangnya di depanku. Saat aku meraihnya, Rude menariknya seperti itu berulang ulang. Rude satu satunya makhluk yang bisa membuat amarahku meledak ini sedang menguji kesabaranku.

"Please Rude, jangan ganggu hidupku lagi.." kataku berusaha tidak menangis.

Rude tersenyum dengan seringaiannya yang menakutkan secara Rude memiliki gigi taring sedikit agak panjang dari jajaran gigi yang lain. "Aku akan bersamamu Nick dan akan mendampingimu.
Makanya aku mundur dari Harvard dan kembali kemari demi kamu.." katanya membuatku bingung dengan maksudnya.

"Apa yang kamu ketahui Rude. Hidupku sudah tenang tanpamu.."

Rude terkekeh "kamu tahu disana terasa sepi tanpamu. Aku rindu melihat kemarahanmu. Juga siraman softdrink di acara prom night.."

Aku melirik Rude yang masih merangkulku dan membebani pundakku dengan sebagian berat badannya "Kamu mau aku siram lagi. 9 tahun hidupku kamu hancurkan. Kukira aku bisa move on setelah kamu pergi, tapi kenapa kamu kembali Rude.." kataku disertai tarikan nafas panjang.

"Aku akan membantumu melewati masa krisismu. Bagaimanapun, aku masih menyukaimu.." kata Rude disertai senyuman menakutkannya lagi.

Aku menghentikan langkahku lalu memegang keningku. Masalah ibu sudah menggangguku dan kini lagi-lagi seorang Rude menggangguku. Tak terasa airmataku menetes sebelum aku menangis tersedu sedu.

"Hei, jangan menangis. Aku janji aku tidak akan mengganggumu. Aku akan menjadi guardian angelmu.." kata Rude menenangkan.

"Tinggalkan aku sendiri. Aku..sudah cukup lelah menghadapi masalahku dan aku tak mau kamu datang menambah beban hidupku.." kataku sambil menatap ke kedalaman matanya.
Rude berdiri terdiam menatapku, kami saling bertatapan. "Aku akan membantumu sebagai sahabat. Aku tidak akan memaksamu melakukan yang aku mau.."

"Aku mencintai kak Bian. Aku tidak ingin melibatkanmu di dalam hidupku Rude.."

"Ya ya. Bicara saja sesukamu. Sekarang ayo pulang.."kata Rude yang tiba tiba membopongku seperti karung beras diletakkan di pundaknya, membuatku memukuli punggungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINBOW AFTER STROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang