Buk!
Sebuah lengan kukuh merangkulku erat. Aku menunduk, mengusap cepat air mataku.
"Hyung, ada apa?" ujar Jimin, yang sedang merangkulku ini. Aku hanya menggeleng seraya menghapus air mata yang terus mengalir.
"Kau bisa cerita padaku hyung, tak usah ditutupi lagi.." bujuknya.
Aku menatap Jimin, kenapa dia bisa tahu?
"Kenapa kau..."
"Bisa tahu? Tentu saja. Belakangan ini hyung lebih sering menghilang di sore hari. Dan baru muncul malam hari. Awalnya kami kira kau pergi ke studio untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Kami pernah mencarimu kesana, tapi kau tidak ada."
"Lalu kalian membuntutiku?"
"Lebih tepatnya, aku. Mereka tidak yakin kau ada di dalam hutan seperti ini dan memilih menunggu di jalan depan. Padahal aku sudah mengikutimu sejak 3 hari yang lalu."
"Kau, apa?!"
"Iya, aku melihatmu berteriak-teriak dan,,menangis."
Aku terdiam, Jimin tahu sekarang.
"Ehm, hyung, apa masalahmu,,seberat itu?" tanyanya hati-hati.
"Rasanya aku ingin mati saja.."
"Hah? Apa maksudmu hyung?"
"Ini semua salahku.." tangisku mulai muncul kembali.
"Uljima hyung, uljima. Kau bisa cerita padaku hyung.." ucap Jimin seraya mengusap punggungku, menenangkanku.
Aku sekali lagi menatap langit, matahari mulai tenggelam. Sama seperti waktu itu.
# # #
PRANG!!
Hah? Ada apa?
Masih segar di ingatanku, aku langsung menuju ke lantai bawah, mendapati eomma yang pingsan di pangkuan appa, dan telpon rumah yang masih menggantung. Aku lantas menghampiri appa dan eomma.
"Appa, ada apa?" tanyaku.
Wajah appa tampak syok berat. Aku pun mengambil alih telpon rumah.
"Halo?"
"Apa ini dengan keluarga yang menumpang Airlines jurusan Korea dari Australia?"
"Iya benar.."
"Yang mendarat kurang lebih pukul 4 sore ini?"
"Iya. Ada apa ya?"
"Maaf sebelumnya. Tapi pesawat yang membawa keluarga anda kehilangan kontak dan mengalami kecelakaan di pinggir pantai."
"Apa?!"
"Kami sedang berusaha mencari korban selamat tapi ada kemungkinan juga akan ditemukan korban yang terapung di laut. Kami akan.."
Bruk
Aku jatuh terduduk. Rasanya langit runtuh seketika.
Apa katanya tadi? Kecelakaan? Pesawat yang membawa YoonHwa dan kawan-kawannya kecelakaan?
Lalu, bagaimana nasib YoonHwa?
Dengan susah payah, aku kembali bertanya,
"A..a..apa Min YoonHwa sudah di..di..ditemukan?" bahkan suaraku sendiri bergetar.
"Sejauh ini kami belum bisa mengidentifikasi korban yang meninggal atau.."
"Meninggal?" putusku.
"Iya, kami telah menemukan kurang lebih 17 korban tewas dan 5 korban luka berat. Sisanya belum kami temukan."
Aku kembali ambruk. Tulang sendiku terasa lemas. Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Tidak mungkin. Ini tidak mungkin terjadi.
Aku menoleh ke arah appaku yang sedang merawat eomma.
"Appa, katakan padaku kalau semua ini bohong.." pintaku.
Appa hanya menghela nafas berat, lalu menjawab,
"Ini kenyataan YoonGi.."
"Ini mimpi Appa!" bahkan aku masih menyangkal.
"Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk adikmu, YoonGi. Keajaiban pasti ada.." jawab appa lirih.
Aku meremas dadaku. Sakit sekali.
Kenapa ini harus terjadi pada adikku? Dia sudah berkorban banyak untukku, mengapa aku tidak memiliki kesempatan untuk membalasnya?!
"YOONHWA!!!" lolongku pilu saat itu.
Aku menangis sejadi-jadinya. Tapi sebanyak apapun air mataku, hal itu tidak akan bisa mengembalikan YoonHwa.
Tidak bisa.
# # #
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Lovely Sister
FanfictionIni kisah kakak tsundere dan adeknya yang jaim parah. Selamat membaca! "Bagaimanapun juga, dia tetap adik kecilku."