Tears

5.5K 476 4
                                    

Langkahku terhenti.

Aku pandangi pemandangan di depanku. Bukit-bukit, pepohonan, rerumputan menambah kesan damai. Masih jam 4 sore disini.

Aku memejamkan mata, menikmati semilir angin sore.

Tes

Satu bulir air mataku jatuh, disusul ribuan yang lain. Aku menggenggam dadaku erat, sesak sekali rasanya.

Rasa bersalah selalu menghantuiku. Aku terisak dalam diam.

Cukup angin yang tahu, cukup rerumputan yang menjadi saksi, cukup langit yang menampung segala keluh kesahku.
   
Kali ini, aku menahan diri untuk tidak berteriak, merutuki nasib dan takdir. Menjadi seperti orang gila dan pulang kembali ke dorm dengan wajah tanpa ekspresi. Kemudian kembali lagi keesokan harinya, di waktu yang sama, melakukan hal yang sama. Berulang dan terus berulang.

Aku hanya ingin melepas segala gundahku setelah sepanjang hari harus memasang topeng. Tapi untuk kali ini, aku hanya bisa berbisik lirih pada semilir angin,

"YoonHwa, mianhae..."

# # #

Pagi itu aku, Eomma, dan Appa melepas kepergian YoonHwa ke Australia. Study tour katanya.

"Jangan rindu padaku, ne?" Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya, genit.

"Tenang saja, aku tidak akan repot-repot melakukannya."balasku dengan ekspresi datar.

Dia hanya mendengus sebal. Lalu mulai memeluk eomma, yang tentu saja memberi banyak wejangan padanya, appa , yang menasihati singkat dirinya, kemudian aku.

"Hug me?"  pintanya.Aku menaikkan sebelah alisku,

"Kau bisa melakukannya sendiri kan?" jawabku.

"Haish,," dengusnya lalu maju untuk memelukku.

"Ingat, kau punya janji padaku!" bisiknya.

Dia melepas pelukannya, melihat diriku yang memasang ekspresi bertanya. Sebagai jawabannya, dia menggerakkan tubuhnya layaknya sedang menari.

"Hah? Mimpi aja sana!"ujarku. Rupanya dia masih membahas 'kursus dance' itu. Senyumnya seketika luntur.

"Pokoknya oppa sudah janji!"katanya mengancam.

"Kalau aku tidak mau?"balasku, menggodanya.

"Aku akan..."dia belum sempat menjawab karena panggilan untuk sekolahnya terdengar. Tanda sebentar lagi mereka akan berangkat. Dia menengok sebentar ke sumber suara, lalu menoleh lagi pada kami.

"Aku harus pergi sekarang."

"Hati-hati sayang!"ucap eomma.

" Ne eomma, hanya seminggu kok!"

"Mau kamu sehari, seminggu, sebulan, kamu harus tetap jaga diri!" balas appa.

"Siap kapten!"ucapnya seraya memberi tanda hormat. Dia menoleh kepadaku yang sedang memperhatikan keramaian bandara.

"Kau tidak ingin memberiku salam?"

"Untuk apa?" tanyaku polos.

"Ah, lupakan! Semuanya, aku berangkat."ucapnya lalu menyeret kopernya mendekati rombongan sekolahnya. Setengah berlari dia melakukannya. Rambutnya yang dikucir kuda berayun-ayun.

"Hati-hati!!"teriakku, spontan. Aku saja bingung mengapa aku melakukannya.

YoonHwa hanya menoleh sekilas, tersenyum, mengacungkan jempolnya, lalu lanjut berlari. Menghilang di tengah kerumunan. Kami menunggu hingga pesawat lepas landas, kemudian pulang.

Saat itu aku mendapat libur dari agensi selama 2 minggu. YoonHwa pergi ke Australia di hari ketigaku di rumah. Jadi, ketika dia kembali, aku masih di rumah.

Kuberi tahu satu hal. YoonHwa akan pulang seminggu lagi. Bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 18. Kami sudah mempersiapkan pesta kejutan kecil di rumah. Dan sebenarnya sikap cuek juga menyebalkanku pada YoonHwa akhir-akhir ini adalah skenario, skenario pribadiku.

Kupikir, aku sudah banyak berubah. Aku lebih banyak tersenyum, tertawa, bercanda, dan melakukan hal-hal yang sangat jarang aku lakukan sebelumnya.

Dengan teman-teman BangTan juga ARMY, aku lebih percaya dan berusaha untuk memberikan yang terbaik. Oleh sebab itu, aku akan mulai menunjukkan pada YoonHwa bahwa oppa nya ini sudah berubah.

Tak sekelam dulu, tak semenyedihkan dulu.




Andai itu bisa terjadi.


#next?
Hehehe ini chapter kedua
Masih bnyk typo bertebaran y
Harap maklum krn aku msh pemula.
Akan sngt membantu kalo readers mau meninggalkan komentar..
Thanks n happy read all!

Ma Lovely SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang