Bidadari yang Lain

205 17 12
                                    

*. Welcome, hadir bab 4. Gimana kemarin bidadarinya, masih penasaran ya. Bab kali ini kita akan bahas satu bidadari lagi. Wah wah, bulan puasa bayangin bidadari bawaannya gimana gitu. Hehe. Sstttt, jangan keras-keras, nanti bidadarinya malu. Langsung aja masuk kedalam story.

***

Marhaban yaa ramadhan. Tepat. Ramadhan telah tiba. Bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim didunia telah tiba.

Malam ini adalah malam pertama ramadhan. Dan itu artinya malam pertama shalat terawih. Biasanya semua mesjid akan penuh sesak oleh jamaah. Yah maklumlah, masih semangat-semangatnya.

Ba'da magrib nampak anak-anak kecil mulai ramai berlarian dihalaman mesjid. Mereka memainkan kembang api dan petasan, sambil bermain dan kejar-kejaran. Beberapa orangtua nampak melerai, namun ya tetap saja mereka hanya patuh sesaat. Tidak lama kemudian bermain lagi. Masa kecil yang begitu bahagia.

Aku baru saja tiba dirumah. Ada lembur dikantor yang harus dikerjakan. Hampir pukul enam sore baru aku meninggalkan kantor. Dan jadinya terpaksa aku mampir shalat maghrib didesa Sepunggur. Separuh perjalanan menuju rumah.

Sampai dirumah aku langsung mandi dan segera memakai pakaian terbaikku. Tidak lupa wewangian juga menyelimuti tubuhku, sekarang aku sudah siap menuju mesjid. Menyambut bulan yang penuh rahmat dan bulan pahala.

Aku teringat akan sebuah hadis yang aku baca ketika masih kelas lima sekolah dasar yang artinya "Barangsiapa bergembira dengan datangnya bulan ramadhan, haramakan Allah haramkan jasadnya dari api neraka".

Walaupun beberapa ulama menganggap hadis ini sebagai hadis lemah, namun datangnya bulan suci ramadhan tetaplah harus kita sambut dengan gembira. Bulan dimana Allah menurunkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada semua makhluk. Bulan dimana pintu-pintu surga akan dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta bulan yang mana didalamnya terdapat suatu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa yang melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh pada malam itu, sungguh sangat beruntunglah dia. Ya apalagi jika bukan malam "Lailatul Qadar" malam seribu bulan.

Sesaat kemudian adzan isya berkumandang, masyarakat berduyun-duyun memenuhi mesjid. Suasana ramadhan benar-benar berbeda dari bulan-bulan yang lain. Semangat beribadah menjadi berlipat dan semoga semua yang dikerjakan penuh berkah dan mendapat ridho dari Allah.SWT.

Pelaksanaan shalat tarawih berjalan khusyu' dan tenang. Setiap gerakan dikomandoi sang imam. Tidak lupa pula shalawat atas baginda Nabi Muhammad SAW terus menggema mengiringi setiap kali usai salam. Bahkan dinding mesjid seperti bergetar mendengar nama kekasih Allah digaungkan.

Selesai melaksanakan shalat terawih berjamaah, disambung dengan tadarrus Alquran hingga selesai satu juz setiap malam.

Dalam perjalanan pulang kerumah, disaat aku melewati pesantren yang juga didalamnya Kyai Munawwir tinggal, tiba-tiba seorang gadis menyapaku.

"Kak Arul" sapa gadis itu.
Aku menoleh, asal suaranya dari balik pagar pesantren. Kulihat ada sesosok perempuan berjilbab lebar tengah berdiri dibalik pagar pesantren. Suaranya seperti tidak asing buatku. Namun sudah sangat lama aku tidak mendengarnya lagi.

Aku tertegun sejenak. Perempuan itu membuka sedikit pintu pagar pesantren. Setelahnya aku berdiri mematung ditempatku disaat mengenali siapa yang menyapaku.

Huriyani Iffah Rasyadah.

Itulah nama gadis yang menyapaku. Seorang gadis berparas cantik, memiliki lesung pipit dikedua pipinya jika tersenyum. Jilbab lebar yang selalu menjadi ciri khas darinya, tidak pernah ia tampakkan bagian tubuhnya kecuali wajah dan tangannya. Seorang gadis yang sangat menjaga aurat dan pergaulannya. Dialah putri tunggal kyai Munawwir.

Senandung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang