Harapan yang Mengejutkan

236 17 5
                                    

*. Bab kali ini merupakan bab yang paling panjang dalam novel kali ini. Dimana tokoh utama kita akan dibuat lebih bingung dari perasaannya sebelum kejadian ini. Kejadian apa gerangan? Apakah bertemu gadis lagi? Ataukah Ibunya punya pilihan jodoh lain yang berbeda dengan ayah Arul? Ataukah, hem silakan terka sendiri.

Pikirkanlah satu opsi sebelum kalian masuk dalam bab berikut. Jika sudah, bandingkan imajenasi kalian dengan imajenasiku. Itu akan membantu jika kalian juga ingin menjadi penulis.

Allah Yuftah 'alaikum. Selamat menikmati.

***

Pukul 16.00 Wita waktu kerja memang sudah usai. Namun kami para karyawan BRI site Batulicin masih belum pulang, karena jam pulang kantor khusus ramadhan pukul 16.30 Wita. Pada hari kerja normal, biasanya kami pulang pukul 17.00 Wita.

Sembari menunggu waktu pulang, kami sibuk merapikan berkas-berkas dan semacamnya.

Tiba-tiba Ismi menghampiriku.
"Rul, ntar pulangnya aku bareng kamu ya" ucapnya.

"Lho, memang kamu ga bawa motor?" tanyaku.

"Tadi siang motorku dibawa sama kakak aku. Dia tadi mampir kemari. Katanya ada keperluan mau ke Kotabaru" jelas Ismi.

"Oh ya udah. Okay deh" jawabku.

Beberapa saat kemudian kami sudah bersiap pulang. Suasana sore hari dibulan ramadhan memang terasa sangat spesial. Orang-orang lalu lalang nampak ramai, ada yang sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga dan ada juga yang ingin berburu takjil untuk disantap saat berbuka puasa. Maklum, masih hari pertama, tentu sangat semangat.

Aku dan Ismi juga menyempatkan mampir kepasar Wadai Ramadhan diSimpang Empat. Dinamakan pasar wadai karena wadai dalam bahasa Banjar berarti kue. Dan memang yang dijual dsana semuanya takjil untuk berbuka puasa.

Jajanan takjil yang dijual pun beraneka ragam, mulai dari es buah, es cendol, bubur sumsum, kolak pisang, bakwan, kue pisang, dan berbagai macam bingka. Dan bingka kesukaanku yaitu bingka kentang. Bingka kentang juga sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat karena rasanya yang sangat enak.

Aku membeli dua buah bingka kentang, dan beberapa bungkus es buah. Sementara Ismi membeli bubur sumsum, bakwan dan 3 bungkus es kelapa muda. Setelah dirasa cukup, kami bergegas pulang.

Kuantar Ismi sampai kedepan rumahnya. Jalur rumah kami memang searah, tidak terlalu jauh, namun tidak juga dekat dengan rumahku. Nampak Ibu Ismi sedang membersihkan halaman rumah ketika kami sampai.
Beliau mengajak aku mampir, namun kutolak secara halus. Karena waktu berbuka puasa juga tidak lama lagi, sementara aku belum mandi dan bersiap-siap. Orangtua Ismi memang mengenalku dengan baik, karena dulu sewaktu masih duduk dibangku SMA aku dan Ismi sering mengerjakan tugas bersama. Kadang dirumahku, dan terkadang pula dirumahnya.

Sampai dirumah aku segera bergegas mandi. Masih ada waktu dua puluh lima menit menunggu waktu berbuka puasa tiba.

Selesai mandi aku mengenakan sarung berwarna hitam dan memakai baju koko biru muda berlengan pendek. Ditambah wewangian aroma vanilla dan kopiah, persiapan menyambut berbuka puasa selesai. Aku segera bergabung dengan Abah, Ibu dan adikku yang sudah siap dimeja makan.
Sambil menunggu adzan Magrib kami sama-sama berdzikir:

"Asyhadu an-la ilaaha illallaah, Astagfirullaah. Nasaluka aljannata wana'uudzubika minannaar. Allahumma innaka 'Afuwunn Kariim, tuhibbul 'Afwa fa'fu'anna, yaa Kariim" 3X

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuha selain Allah. Kami memohon ampun kepada Allah. Kami memohon surga kepada Mu dan kami berlindung dari api neraka. Yaa Allah, sesungguhnya Engkaulah Maha Mulia, Engkah yang suka memaafkan, maka maafkanlah kami. Wahai Yang Maha Mulia"

Senandung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang