Sang Pemilik Hati

196 13 11
                                    

*. Berbicara mengenai pilihan,hidup ini memang pilihan. Life is choice. Dalam beberapa keadaan, ada pilihan-pilihan yang mudah untuk diambil. Namun tidak jarang ada juga pilihan yang sangat sulit. Apalagi soal asmara.
Ada yang pernah mengalaminya?

Hayoo ngaku aja. Aku sendiri sering mengalaminya. Pilihannya adalah memilih untuk ikhlas tanpa cinta atau pasrah dalam kesendirian. Haha, itu sih bukan pilihan ya, tapi nasib.
Ya sudahlah, mari kita lanjutkan story ini aja ya. Selamat membaca.

Aku sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 17.15 WITA. Hari ini aku memiliki janji dengan sahabat ku dari dunia maya. Siapa lagi jika bukan Assyifa Qalbi, tentu itu hanya nama pena saja. Dan hari ini aku akan tahu siapa dia sebenarnya.

Aku segera bergegas pergi, sebelumnya aku mengajak Rendra, sahabatku sejak SMA. Karena dalam perjanjian kami masing-masing harus membawa teman satu orang. Hanya agar kami tidak berduaan saja disana.

Limabelas menit kemudian kami sudah sampai dicafe D'Corner. Jaraknya memang tidak terlalu jauh. Nampak beberapa meja sudah terisi beberapa orang dan mereka asyik mengobrol sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.

Pandanganku terus melayang menjelajahi semua area cafe. Tiba-tiba mataku menangkap salah salah satu meja yang ditempati oleh dua orang gadis. Sepertinya mereka sebaya dengan adikku. Mungkin salah satu dari mereka adalah Syifa. Untuk memastikan aku mencoba menghubungi nomor handphone Syifa yang tempo hari dia sertakan dalam pesannya. Nampak salah satu dari mereka mengangkat telepon.
Dan yup, ternyata benar itu dia orangnya.

Aku dan Rendra berjalan santai menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum" sapaku dan Rendra setelah kami cukup dekat.

"Wa'alaikum salam" jawab kedua gadis itu hampir bersamaan. Mereka berdua berdiri menyambut kami. Keduanya melempar senyum dan mempersilakan kami duduk.

Kedua gadis tersebut sangat cantik. Jika kutaksir umur mereka sekitar dua puluh tahun. Salah satu dari mereka memakai baju berwarna hitam dengan dipadu jilbab abu-abu Sedang gadis satunya memakai baju berwarna putih dan dipadu dengan kerudung merah bergaris warna emas dan hiasan bunga kuning dibagian telinga membuatnya semakin terlihat cocok dengan wajahnya yang juga sangat cantik. Dan dia tentu saja Syifa, karena dia yang tadi menerima telepon dariku.


"Baiklah, yang mana diantara kalian pengembara senja" tanya gadis berkerudung putih tersebut sambil menatap aku dan Rendra bergantian.

"Bukankah sebaiknya kalian yang terlebih dahulu memperkenalkan diri kalian kepada kami" jawabku.

"Sebaiknya dimulai dengan laki-laki" balas gadis itu dengan senyum. Sepertinya gadis ini juga memiliki lesung pipit. Senyumnya semakin manis.

Aku berpikir sejenak.

"Baiklah, akulah pengembara senja itu. Dan ini sahabatku, Rendra." ujarku sembari memperkenalkan sahabatku.

"Oh iya, kenalkan juga, ini sahabatku namanya Nurul Maulida" ujar gadis itu. "Sekarang boleh aku tahu siapa namamu ya Akhi?"

"Muhammad Syahrul Ramadhan" jawabku singkat.

"Lahir dibulan Ramadhan yah, wah berarti sekarang lagi ulang tahun dong" sahut Nurul.

Rendra sahabatku juga ikut-ikutan menimpali "Iya dia memang ulang tahun bulan ini. Jadi tenang aja kita semua akan ditraktir" Rendra dan Nurul tertawa. Sementara Syifa kulihat hanya tersenyum.

Sahabatku ini memang paling bisa memanfaatkan suasana. Bisa-bisanya dia cepat akrab dengan mereka yang namanya saja baru tahu, batinku.

"Alhamdulillah" jawabku. Entah mengapa sulit rasanya berbicara dihadapan mereka berdua. Seperti lidah ini kaku dan aku kehilangan kata-kata.

Senandung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang