Kalau ditanya bagaimana perasaan Mark saat orangtuanya menuntut agar mereka segera menikah musim semi mendatang adalah, "Sebenarnya aku sendiri takut"
"Aku akan diberi tanggung jawab yang lebih besar dibanding saat berpacaran. Mungkin aku siap, tapi banyak yang ku khawatirkan" ia mengetuk-ngetuk meja kamar Jb dengan kukunya.
Sudah sejak pagi ini ia disini dan meminta pendapat Jb yang kenyataannya setahun lebih muda darinya. Tapi lelaki yang sedang menghadap serius ke komputer itu lebih bijak dan jiwa kepemimpinannya besar dibandingnya. Makanya ia kemari.
"Maka dari itu pernikahan akan dilakukan kalau kedua mempelai sendiri sudah sangat yakin dan pasti dengan komitmen masing-masing. Ini bukan permainan, melainkan jalan menuju masadepan kalian sendiri" kata Jb masih fokus pada komputernya, ia sedang menulis lagu.
"Berpacaran dengannya saja aku masih sering kali salah paham dan bertengkar. Apalagi kita baru saja putus" Mark mengacak rambutnya lalu merebahkan tubuhnya di kasur Jb.
"Makanya sering-seringlah berkomunikasi dengannya, bodoh. Lalu kenapa juga kau pasrah dengan keputusan orangtuamu, coba bicarakan dengan mereka dulu" Jb memutar kursinya menghadap Mark , ia sudah seperti seorang psikiater saja.
"Natal sudah tinggal menghitung hari, bicarakanlah dulu" lanjut Jb.
Oke sekarang ganti Mark yang gelisah memikirkan ini. Ia tidak berani membicarakannya dengan Eunseo tentang ketakutannya, bisa-bisa pernikahan mereka diundur sampai tahun depannya lagi kalau ternyata Eunseo menceritakannya juga pada orangtuanya.
Tidak sabar, tentu saja. Ia sudah sangat sering mengajak Eunseo menikah. Tapi kalau dipikir-pikir ini adalah hal serius yang harus benar-benar dipertimbangkan.
Dan ketika Mark menelepon orangtuanya kalau sebenarnya ia sendiri belum siap, mereka malah memaksa Mark.
"Apalagi yang kau takutkan, Mark. Kalian sudah sama-sama dewasa dan hubungan kalian juga sudah cukup lama, kan?" Tanya Dad diujung sana.
"Dad, ini adalah hal yang serius, kita tidak bisa seenaknya memutuskan begitu saja. Akan ada tanggung jawab besar yang diturunkan kepadaku" jelas Mark.
"Apa yang sebenarnya kau takutkan, Mark?"
"Aku takut tidak bisa menjaganya seperti kemarin. Aku takut mengecewakannya. Aku takut menyakitinya. Aku takut ia tidak bahagia" entahlah sebenarnya Mark malu menceritakan hal seperti ini kepada Dad.
Tapi kalau tidak begini urusannya akan semakin rumnyam kedepannya.
"Coba pikirkanlah dahulu dan bicarakan dengan Eunseo. Katakan semua yang kalian rasakan dan putuskanlah. Tapi kumohon, jangan tunda tunda lagi."
Dan Mark hanya bisa menghela nafas.
Sepulang kerja, ia ke rumah Eunseo. Ada beberapa saudara Eunseo termasuk bibinya dan Mark lupa mengabari Eunseo. Jadi terpaksa harus berkenalan dengan semua kerabat Eunseo disini, mungkin ia juga bisa belajar mengenal keluarga Eunseo agar tidak gugup besok.
"Oh kau yang namanya Mark?" Tanya bibi Eunseo.
"Oh kalian sudah berpacaran lama sekali, kan?"
"Wah kapan kalian menikah?"
"Kakak, apa mereka akan segera menikah?"
"Cepat menikah dan punya anak yang lucu"
"Sebentar lagi kita akan menjadi nenek haha"
Dan lain-lain dan Mark akhirnya menjawab kalau ia mereka sedang memikirkan untuk kedepannya. Untung saja Eunseo datang dan ia mengajak Mark menjauh, jadi Mark bisa melarikan diri dari 'tante-tante haus cucu' ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfie • Mark Tuan, Eunseo✓
Fanfic"Kau istimewa kau indah, aku beruntung" - 2017, Mark Tuan. HR : #21 in short story, #10 in Eunseo! © 2016, Baby.