I'm sorry for the very very very very late update *bow
. . .
Lagi, lagi dan lagi Mark memeluk tubuh gadisnya dan mengacak surai cokelat cerah itu. Ia terlalu sering bepergian dengan sang gadis, jadi untuk pergi meninggalkan gadis itu sendirian rasanya berat sekali.
Karena sebagian hati dan seluruh hidupnya ada disini, di diri gadis itu.
"Aku ingin lebih lama denganmu, aku ingin kita menghabiskan malam natal bersama" jawab Mark sambil mencium rambut yang beraroma khas Eunseo itu.
"Sabar, sebentar lagi kau akan memilikiku seutuhnya" gurau Eunseo sambil melepaskan pelukannya.
"Lama kelamaan kau semakin menggemaskan" Mark mencubit pipi Eunseo gemas. Ia lalu mengangkat kopernya mendekat.
Eunseo tertawa, "Sebentar. Aku punya sesuatu untukmu" ia merogoh tas ransel yang ada di kursi dan mengeluarkan sebuah boneka dan memberikannya kepada Mark.
"Sudah kubilang jangan memberiku apapun" Mark menerima boneka itu dan memeluknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eunseo mengangkat pundaknya, "Bawalah ke Amerika. Kalau kau merindukanku tinggal memeluknya saja"
"Aku hanya ingin memelukmu seorang, terimakasih ya" Mark tersenyum dan kembali mengacak rambut Eunseo.
"Aku akan berangkat"
Mark maju beberapa langkah, mencium kening Eunseo dan berbalik sembari melambaikan tangannya dan menarik Kopernya.
Natal yang indah?
Tentu saja. Hadiah yang sangat membahagiakan telah di terima Mark. Sebuah pernikahan dengan orang yang paling dicintainya.
Hadiah terbaik dari banyak sekali hadiah yang diberikan Eunseo selama ini.
*
"Sedang apa?" Tanya Mark diujung sana.
Eunseo berjalan menjauh dari ruang tengah menuju balkon, menghadap ke taman belakang rumah yang sudah diselimuti salju.
"Melihat keluargaku yang sedang bersenda gurau sambil memasang hiasan pohon natal"
Eunseo memandang kearah salju dibawah sinar bulan didepannya itu. Ia lalu berkhayal semisal dirinya diselimuti salju itu dan salju itu berubah menjadi sebuah gaun pengantin.