12. Don't Worry

85 6 0
                                    

Isi surat pertama :
Dirama Anggraini. Sudah sejak lama aku memperhatikanmu. Semua pengamatanku padamu mulanya berjalan lancar. Keadaan itu berubah saat kamu mulai memiliki bayangan kemanapun kamu pergi. Dia mengikutimu kemanapun dan tak segan untuk meluangkan waktunya berada di dekatmu. Hari ini adalah puncak kedekatanmu dengan bayangan itu. Aku tau kalian akan pergi kemana. Aku akan mengikutimu. Aku akan terus memperhatikanmu. Aku akan menemukan kalian.

Isi surat kedua :
Aku sengaja melepaskan kalian kali ini. Sudah sampai ke rumah dengan selamat kan, Di? Ingat kali ini kalian lolos karena aku masih bermurah hati. Oh tidak aku melihat tatapan tersipu di wajah kalian sekarang. Aku tak bisa lagi bermurah hati kali ini. Aku tak lagi mampu menahan rasa terbakar di rongga dadaku. Aku akan menghukum bayanganmu yang menjauhkan kamu dariku. Tunggu dan lihat bagaimana wajah bayanganmu setelah aku menghukumnya.

***

Kalimat-kalimat yang tertera di kedua pucuk surat itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Dira. Tangannya gemetar sambil berpegangan pada jaket yang dikenakan oleh Gilar. Ia mulai menggigiti bibir bagian atas dan bawah secara bergantian, tanda bahwa ia sedang cemas. Ia sangat cemas memikirkan Igo. Sebenarnya ia dan Gilar tak tau akan pergi kemana untuk melihat keadaan Igo, tapi Dira bersikeras untuk menelusuri saja jalan yang tadi ia lewati saat keluar bersama Igo. Ia merasa bahwa Igo pasti belum jauh dari daerah rumahnya.

Rupanya insting Dira benar, di kejauhan nampak beberapa orang berkumpul, tangan Dira mencengkram kuat-kuat jaket Gilar. Matanya nampak dengan cepat mencari apakah motor Igo ada di sekitar orang-orang tersebut.

Dan ternyata memang ada. Motor sport hitam itu ada di tengah jalan dengan keadaan ringsek total. Penyok di beberapa bagian motor tersebut cukup untuk menjelaskan bahwa motor tersebut rusak bukan karena kecelakaan, tapi karena memang sengaja dipukuli dengan benda keras hingga hancur.

Gilar memarkirkan motornya dekat dengan kerumunan warga yang ada di sisi kiri jalan tersebut. Dira segera melompat turun dan membuka jalan agar dirinya bisa memastikan keadaan Igo. Beberapa warga menyingkir dengan patuh karena melihat keadaan Dira yang sudah tidak karuan.

Pipi Dira sudah dibanjiri dengan air mata yang mengalir dengan sendirinya. Mata dan hidungnya nampak memerah karena isakan tangisnya yang tertahan. Dengan cepat Gilar menyusul Dira untuk ikut melihat keadaan Igo.

Mereka berdua akhirnya berhasil sampai di depan tubuh Igo yang tergeletak lemas. Di kedua sudut bibirnya nampak darah segar mengalir, di pelipis kanannya juga terdapat luka karena berbenturan dengan aspal. Tapi mereka semua yakin bahwa luka yang paling parah ada di salah satu organ dalam tubuhnya, karena melihat keadaan Igo yang sampai hampir tak sadarkan diri.

Dira menangis tepat diatas kepala Igo. Air matanya membasahi wajah Igo dan itu membuat Igo membuka matanya dengan perlahan.

"Kenapa?", suara Igo terdengar sangat pelan karena menahan rasa sakit.

Dira menatap kedua mata Igo dan segera meminta bantuan kepada beberapa warga untuk memapah Igo menuju rumahnya yang memang hanya berjarak seratus meter dari sini. Untung saja warga mau menolong. Sementara itu Gilar mengembalikan motornya dan kembali ke tempat kejadian untuk menuntun motor Igo yang sudah hancur.

Dira juga ikut memapah Igo, meskipun ada beberapa warga yang menawarkan untuk menggantikannya, Dira tetap ngotot untuk memapah Igo.

Akhirnya setelah sampai di ruang tamu rumahnya, warga membaringkan Igo di sofa panjang. Dira dan Gilar sangat berterimakasih pada warga yang mau membantu mereka.

Dira berlari mencari kotak P3K yang memang selalu tersedia di dalam rumahnya dengan air mata yang masih mengalir deras. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Gilar memperhatikan keadaan Igo yang lecet disana-sini.

I'm Your Patron Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang