8. Igo's Brother

110 8 0
                                    

Igo langsung pergi meninggalkan Dira yang masih bengong dan tak mengerti maksud Igo.

Beberapa saat kemudian Igo sudah kembali dengan motor dan helm yang sudah ia pakai.

"Yuk pulang", ucap Igo sambil menyalakan mesin motornya. Dira yang sedari tadi bengong langsung menyadarkan dirinya dari lamunannya.

"Tadi loe bilang mau nyamperin Lira? Mana Lira?", tanya Dira penasaran dan sedikit kesal karena Igo malah mengajak gadis lain untuk mengantarnya bahkan Dira sampai menjulurkan lehernya untuk memastikan apa ada gadis dibelakang tubuh Igo yang tinggi itu.

"Ini Lira. Tunggu, kok nada bicara loe kayak kesel gitu sih? Loe cemburu?", goda Igo membuat Dira memalingkan wajah karena lagi-lagi semburat merah menghiasi pipinya. Igo menunjuk motor besarnya yang berwarna hitam.

Igo yang melihat sedikit semburat merah itu dan langsung tergelak geli. Dira mengerucutkan bibirnya tapi masih memalingkan wajahnya. Hal itu langsung mengurungkan niat Igo untuk melanjutkan menggoda Dira. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam setengah empat. Ia mengingat bahwa ia mempunyai janji pada Bima.

Saat meninggalkan Dira tadi Igo sempat mengirimkan pesan singkat pada Bima untuk bertemu dan menyelesaikan permasalahan mereka tentang Dira. Igo bertekad untuk tetap menjaga Dira dari orang-orang yang mengganggu Dira, meskipun orang itu adalah sepupu terdekatnya sendiri.

"Udah blushingnya buruan yuk pulang", ujar Igo pelan yang dijawab dengan anggukan dari Dira.

Dira menjalankan motornya dengan kecepatan yang bisa dibilang diatas rata-rata dari cewek kebanyakan. Alasan Dira jika ditanya mengapa melajukan motornya dengan cepat adalah ia tak mau berlama-lama dijalan raya.

Bahkan Igo yang ada dibelakang Dira kaget bahwa Dira yang dianggapnya sebagai bocah sd tersebut ternyata bisa mengendarai motor dengan cepat tapi tetap hati-hati. Hal itu membuat Igo semakin tertarik dengan Dira yang bisa dibilang mandiri.

Disaat gadis lain enggan untuk berpanas-panasan untuk mengendarai motor dan lebih memilih mengendarai mobil karena tidak panas. Apalagi Dira mengendarai motor sendiri hal ini seakan semakin menegaskan bahwa Dira adalah gadis mandiri. Karena jika gadis lain mau menaiki motor itu pasti hanya sebagai penumpang, bukan sebagai pengendara.

Motor Dira berhenti di rumahnya dan otomatis Igo juga berhenti. Igo mengamati rumah Dira yang terlihat sederhana namun terlihat nyaman. Sama seperti rumahnya yang juga nyaman namun berbeda dengan ukuran dan kemewahannya.

"Udah sampai? Ini rumah loe?", tanya Igo meminta persetujuan atas pernyataannya.

"Iya. Ini rumah gue home sweet home gue", jawab Dira bersemangat sambil menganggukan kepalanya dengan antusias.

"Loe gak berniat nawarin gue masuk dulu gitu? Ngasih minum atau makan? Gue laper nih!", ucap Igo membuat Dira terkejut karena ia tau Igo berasal dari keluarga berada melihat dari apa yang dipakainya, tapi Igo dengan santai mengatakan kalau ingin makan dirumah sederhananya.

"Seriusan loe mau makan di rumah gue? Disini gak ada makanan mewah loh Go! Loe gak nyesel makan disini?", cerocos Dira dengan cepat.

"Hahaha gue bercanda Di. Dan lagi kapan-kapan gue bakal pastiin untuk bisa makan disini apapun itu lauknya. Gue pengen ngerasain makan sama keluarga bocah sd ini!", ucap Igo yakin sambil menyentil pelan jidat Dira dengan gemas.

"Iya deh gue emang masih bocah! Yaudah gue panggil loe om aja kalau gitu!", jawab Dira sambil menahan tertawa karena membayangkan kalau ia benar-benar memanggil Igo dengan sebutan om.

"Anjir loe! Tapi gak papa deh yang penting panggilnya om ganteng!", ujar Igo dengan tingkat kepedean yang luar biasa.

"Idih iya loe emang om ganteng tapi om nya monyet loh ya!", jawab Dira seraya memeletkan lidahnya pada Igo.

I'm Your Patron Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang