4. Misi 23 Hari

7.2K 609 14
                                    

Malam ini, (nama kamu), Verin, dan Iqbaal akan dinner di restaurant yang dipilih oleh Verin. Setelah menjemput Verin, Iqbaal menjemput (nama kamu) juga. Mobil Iqbaal sudah terparkir di depan rumah (nama kamu) selama 10 menit yang lalu, dan (nama kamu) baru saja keluar dari rumahnya yang langsung masuk ke mobil Iqbaal. Ia duduk di bagian penumpang depan, sebelah sopir.

"Hai.. sorry yaa, nunggu lama." Ucap (nama kamu).

"Lo habis ngapain sih (nam..) , lama banget dah," Kata Verin yang duduk di belakang.

"Biarin sih Ve, 10 menit doang kan. Ribet banget si," Timpal Iqbaal.

"Lo bilang apa? Biarin? Hello, yang daritadi nyuruh gue misscall (nama kamu) siapa? Yang suruh nge spam dia di line siapa? Dih sok banget sih lo." Kata Verin sakartis.

"Udah ah, sorry sorry, tadi gue ada urusan, gimana kalau kita langsung jalan?" Kata (nama kamu) dan diangguki oleh Verin dan Iqbaal. Iqbaal pun mulai menancap gas.

"Lo ada angin apa dah,Ve, ngajak kita dinner?" Tanya Iqbaal.
"Iyatuh, gak biasanya," Timpal (nama kamu).

"Biasanya kan kita pergi rame-rane, ber 12?" Ujar Iqbaal.

"Ya gue lagi males dirumah, dan gue ajak kalian lah, dan gue juga males rame-rame. Apalagi.."

"Lihat Ari-Dianty," Kata Iqbaal dan (nama kamu). Keduanya kemudian saling menatap karena terkejut mengucapkan kalimat yang sama. Dan selanjutnya, mereka tertawa.

"Ish, lo pada. Baal, kalo nyetir tuh lihat jalan, bukan lihat masa depan." Ceplos Verin.

"Eeee... apaan sih," Iqbaal kemudian menatap jalan, memalingkan wajah.

"Lo tau gak Ve? Lo ngejauh gitu ke Ari dan Dianty gak ada gunanya juga. Kita sekelas, kita segrup line, kita suka hangout bareng, terus mereka selalu ada. Percuma lah. Lagian nih ya, Ari tuh udah kayak peka gitu kalo lo.." Ucapan Iqbaal dipotong oleh Verin.

"HAH? Ari tau kalo gue suka diaaa? Aduh mampus. Nanti gue di cap PHO sama Dianty gimana? Teman makan teman? Ih gue gak mau kek gitu. Gimana dong," Verin ribut sendiri.

"Tenang ,Ve. Tenang.." Kata (nama kamu).

"Bukan,Ve. Makanya kalau ada orang ngomong tuh jangan di potong dulu! Ari tuh udah tahu kalo lo itu ngejauh ke dia. Jadi, menurut gue, lo biasa aja sikapnya ke mereka. Gak lucu juga kan, tiba-tiba lo berubah kayak gini ke mereka, lo sendiri aja panik ngira Ari tahu lo suka dia, apalagi sampai seriusan." Jelas Iqbaal. Dan di setujui oleh (nama kamu).

"Bener tuh Ve, kata Iqbaal. Gue setuju. Lo mendingan bersikap kayak biasanya aja ke mereka. Toh, nanti lo bakal bisa terbiasa." Kata (nama kamu).

"Terbiasa? Terbiasa sakit hati maksud lo?" Tanya Verin.

"Lo gak akan sakit hati kalo lo lihat yang ada di depan lo." Ujar Iqbaal. Verin mengeryit.

"Yap, benar, di depan lo, orang yang sayang sama lo," Timpal (nama kamu).

"Na-sim maksud kalian?" Iqbaal dan (nama kamu) mengangguk.

Verin terdiam. Apa ia memang harus melupakan Ari? Tapi, rasanya untuk Ari sudah tertambat lama. Dari pertama mereka dekat, kira-kira 2 tahun yang lalu, ya , saat mereka kelas 8. Dan dengan Nasim, Ve baru mengenal Nasim saat kelas 10, dan sampai sekarang, rasa untuk Nasim tidak berubah, tidak lebih dari seorang sahabat.

"Udah ah, diem mulu. Yuk turun," Ajak Iqbaal.

Dan semuanyapun turun dari mobil. Mereka memasuki restaurant , dan duduk di tempat yang telah di pesan oleh Verin sebelumnya.

Seorang Waiters menghampiri mereka.

"Selamat Malam, Saya Rina. Mau pesan apa,Kak?" Ucap Waiters itu sembari memberikan 3 menubook.

The One // IDRWhere stories live. Discover now